SuaraJogja.id - Bantuan air bersih saat ini sangat dibutuhkan sebagian warga Kabupaten Gunungkidul. Lantaran, stok air bersih di wilayah tersebut mulai menipis akibat sumber-sumber mata air yang biasanya dimanfaatkan warga untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Meski begitu, di satu sisi, harga air bersih terus mengalami peningkatan akibat semakin banyak permintaan. Seperti dialami Warga Padukuhan Tegalrejo, Desa Watugajah Kecamatan Gedangsari.
Seorang warga Desa Watugajah, Sutini mengatakan, kemarau yang melanda kawasan Kabupaten Gunung Kidul membuat masyarakat kian terjepit. Bantuan distribusi air bersih dari pemerintah sudah tidak bisa dirasakan oleh masyarakat secara keseluruhan.
"Ya satu-satunya jalan masyarakat terpaksa harus membeli air dari para penyedia jasa air bersih,"ujarnya, Senin (14/10/2019).
Masyarakat sangat membutuhkan droping air setelah mata air di wilayah mereka mengering. Namun di satu sisi, harga air bersih kian hari kian melambung. Bahkan di wilayah Kecamatan Gedangsari, tepatnya di Padukuhan Tegalrejo Desa Watugajah harga satu tangki air bersih ukuran 5.000 liter mencapai Rp 400 ribu.
Sutini mengakui, musim kemarau kali ini dirasa lebih panjang dibanding sebelum-sebelumnya. Akibatnya, sumber air untuk memenuhi kebutuhan mereka telah habis sehingga warga harus membeli air bersih.
"Sekarang harganya naik drastis dibanding dengan bulan sebelumnya. Kalau bulan-bulan lalu sekitar Rp 350 ribu per tangki, kini harganya sudah Rp 400 ribu,"tuturnya.
Harga yang cukup mahal tersebut tentu banyak warga yang tidak mampu membelinya. Sehingga terkadang warga seringkali harus patungan untuk membeli air.
Jika tidak maka warga harus menunggu uluran tangan dari para donatur yang bersedia menyisihkan rejekinya untuk membantu mereka.
Baca Juga: Tiga Bulan Kekeringan, Warga Desa Ini Cuci Pakaian di Saluran Irigasi
Menurut Sutini, harga air bersih di wilayahnya memang cukup mahal karena lokasi dusunnya sulit untuk dijangkau. Air yang mereka beli harus didatangkan dari Kabupaten Sleman ataupun Klaten Jawa Tengah.
Kondisi medan yang terjal untuk menuju ke padukuhan tersebut membuat tidak semua penjual air bersedia mendistribusikan air ke wilayah ini.
"Sudah banyak warga yang terpaksa menjual ternak-ternak untuk beli air agar bisa bertahan hidup," tambahnya.
Warga berharap agar hujan segera turun, sehingga kesulitan air yang melanda merek segera berakhir. Karena keadaan ini membuat warga kian terjepit setelah biaya hidup membengkak untuk membeli air.
Sementara itu, di Padukuhan Gunungasem Desa Ngoro-oro Kecamatan Patuk, sebanyak 104 kepala keluarga sudah mengalami kesulitan air bersih dalam sebulan terakhir.
Kesulitan air bersih ini baru mereka rasakan pada musim kemarau kali ini. Sebab di musim-musim sebelumnya warga masih bisa mendapatkan air bersih dari sumur milik mereka sendiri.
Berita Terkait
Terpopuler
- Moto G96 5G Resmi Rilis, HP 5G Murah Motorola Ini Bawa Layar Curved
- 4 Link Video Syur Andini Permata Bareng Bocil Masih Diburu, Benarkah Adik Kandung?
- Misteri Panggilan Telepon Terakhir Diplomat Arya Daru Pangayunan yang Tewas Dilakban
- 7 HP Infinix Rp1 Jutaan Terbaik Juli 2025, Ada yang Kameranya 108 MP
- 10 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 9 Juli: Ada Pemain OVR Tinggi dan Gems
Pilihan
-
Ole Romeny Kena Tekel Paling Horor Sepanjang Kariernya, Pelatih Oxford United: Terlambat...
-
Amran Sebut Produsen Beras Oplosan Buat Daya Beli Masyarakat Lemah
-
Mentan Bongkar Borok Produsen Beras Oplosan! Wilmar, Food Station, Japfa Hingga Alfamidi Terseret?
-
Sri Mulyani Umumkan 26 Nama Lolos Seleksi DK LPS, Ada Mantan Bos BUMN, BI Hingga OJK
-
5 Rekomendasi HP RAM 12 GB Memori 512 GB di Bawah Rp 5 Juta, Terbaik Juli 2025
Terkini
-
UMKM Kota Batu Tangguh dan Inovatif Berkat Dukungan Klasterkuhidupku BRI
-
443 Juta Transaksi: Bukti Peran Strategis AgenBRILink untuk BRI
-
Jebakan Maut di Flyover, Pengendara Motor Jadi Korban Senar Layangan! Polisi: Ini Ancaman Berbahaya
-
Gula Diabetasol, Gula Rendah Kalori
-
Angka Kecelakaan di Jogja Turun, Polisi Bongkar 'Dosa' Utama Pengendara yang Bikin Celaka