SuaraJogja.id - Sudah lima hari Kabupaten Bantul tidak mengumumkan adanya kasus pasien positif covid-19 baru. Sementara, pasien positif yang dinyatakan sembuh terus bertambah. Hingga saat ini dilaporkan masih ada 17 pasien positif yang masih menjalani perawatan.
Dari 56 pasien positif di Bantul, 37 diantaranya kini telah dinyatakan sembuh dan dua lainnya meninggal dunia. Juru Bicara Tim Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Bantul, Sri Wahyu Joko Santoso mengatakan, meski jumlah pasien berkurang, namun pihaknya belum bisa menyebutkan adanya penurunan.
"Ini kurvanya belum bisa dikatakan menurun. Karena masih ada kemungkinan resiko dari para pelaku perjalan yg masih ada yg pulang dari daerah terjangkit," kata pria yang akrab disapa Oki ini saat dihubungi, Rabu (27/5/2020).
Oki menyebut, masih ada potensi terjadinya lonjakan kasus baru yang berasal dari pelaku perjalanan yang datang dari daerah terjangkit. Namun, ia juga berharap status pandemi di Bantul saat ini sudah mencapai puncaknya.
Baca Juga: Strategi UMKM dalam Menghadapi New Normal
Terkait wacana adanya "new normal" di tengah pandemi yang direncanakan segera dilakukan di DIY. Oki mengatakan, tidak hanya jumlah kasus saja, perlu adanya pengkajian mendalam pada sektor lainnya.
"Maksud dari kehidupan normal yg baru tidak hanya melihat jumlah kasus saja, tapi juga dilihat dari sektor lain diluar kesehatan," imbuhnya.
Menurutnya, resiko penularan akan tetap ada, sehingga masyarakat diminta untuk tetap menerapkan tata tertib kehidupan yang lebih baik dan disiplin.
Pakar Epidemiologi Universitas Alma Ata (UAA), Hamam Hadi mengatakan, saat ini masyarakat perlu memulai metode hidup baru, mengingat wabah ini akan berlangsung cukup lama hingga vaksin pencegahannya dapat ditemukan.
"New normal dapat dilaksanakan dengan tetap memperhatikan karakteristik virus corona," kata Hamam.
Baca Juga: Gelombang Tinggi Hantam Pesisir Pantai Ampenan
Ia menngatakan, salah satu karakteristik utama virus corona adalah sensitif terhadap mobilitas masyarakat. Hamam menekankan, penerapan new normal perlu memperhatikan physical distancing.
Berita Terkait
-
Pasar Saham Indonesia Terjun Hebat, Lebih Parah dari IHSG Era Pandemi COVID-19?
-
Trump Sempat Telepon Presiden China Soal Asal-Usul COVID, Ini Kata Mantan Kepala CDC!
-
Survei: Milenial Rela Rogoh Kocek Lebih Dalam untuk Rumah Modern Minimalis
-
Trump Tarik AS dari WHO! Salahkan Penanganan COVID-19
-
Kronologi Dewi Soekarno Didenda Pengadilan Jepang Rp3 Miliar Gegara Pecat Karyawan
Tag
Terpopuler
- Pemilik Chery J6 Keluhkan Kualitas Mobil Baru dari China
- Profil dan Aset Murdaya Poo, Pemilik Pondok Indah Mall dengan Kekayaan Triliunan
- Jadwal Pemutihan Pajak Kendaraan 2025 Jawa Timur, Ada Diskon hingga Bebas Denda!
- Pemain Keturunan Maluku: Berharap Secepat Mungkin Bela Timnas Indonesia
- Jairo Riedewald Belum Jelas, Pemain Keturunan Indonesia Ini Lebih Mudah Diproses Naturalisasi
Pilihan
-
Bodycharge Mematikan Jadi Senjata Rahasia Timnas U-17 di Tangan Nova Arianto
-
Kami Bisa Kalah Lebih Banyak: Bellingham Ungkap Dominasi Arsenal atas Real Madrid
-
Zulkifli Hasan Temui Jokowi di Solo, Akui Ada Pembicaraan Soal Ekonomi Nasional
-
Trump Singgung Toyota Terlalu Nyaman Jualan Mobil di Amerika
-
APBN Kian Tekor, Prabowo Tarik Utang Baru Rp 250 Triliun
Terkini
-
Jogja Hadapi Lonjakan Sampah Pasca Lebaran, Ini Strategi Pemkot Atasi Tumpukan
-
Revitalisasi Stasiun Lempuyangan Diprotes, KAI Ungkap Alasan di Balik Penggusuran Warga
-
Soal Rencana Sekolah Rakyat, Wali Kota Yogyakarta Pertimbangkan Kolaborasi Bersama Tamansiswa
-
Solusi Anti Pesing Malioboro, Wali Kota Jogja Cari Cara Antisipasi Terbaik
-
Praktisi UGM Rilis 2 E-Book Kehumasan: Solusi Jitu Hadapi Krisis Komunikasi di Era Digital