SuaraJogja.id - Hewan ternak milik warga di Desa Pohan Tonga, Kecamatan Siborong-borong, Kabupaten Tapanuli Utara mati secara misterius.
Darahnya diisap, sedikit bagian dalam perutnya dimakan dan bangkainya dibiarkan begitu saja. Belum diketahui penyebabnya kematian hewan ternak itu.
Bupati Tapanuli Utara, Nikson Nababan mengatakan, hewan ternak yang mati misterius, yaitu ayam, itik dan babi. Namun, dirinya tidak merinci berapa jumlah yang mati.
Ia mengaku, kematian hewan ternak itu telah membuat keresahan di masyarakat, karena hal ini baru sekali terjadi.
Baca Juga: Hewan Ternak di Tapanuli Utara Mati Misterius, Darahnya Diduga Dihisap
Masyarakat tidak memiliki pengalaman menghadapi penyebab kematian misterius hewan ternaknya.
Jika sebelumnya ada gangguan dari hewan lainnya, hanya sebatas monyet. Namun demikian, pasti ada jejaknya.
“Hanya kelihatan jejak cakarannya di pohon, ternak itu hanya diisap darahnya dan sedikit bagian dalam dimakan. Ini dagingnya tak dimakan, ceceran darah ada tapi tidak banyak,” katanya seperti dilaporkan Kabarmedan.com--jaringan Suara.com, kemarin.
Berdasarkan cerita nenek moyang, katanya, kejadian-kejadian serupa disebabkan oleh homang atau siamang yang suka mengambil anak kucing untuk dibawa ke dalam hutan.
“Kita bersama BBKSDA Sumut, TNI dan Polri, serta masyarakat melakukan perburuan. Setiap hari berburu mencari hewan, kalau memang itu hewan,” katanya.
Baca Juga: Jelang Idul Adha, Dompet Dhuafa Kunjungi Mitra Ternak di Cilegon
Tim gabungan juga memasang CCTV (camera trap) dan jebakan- jebakan di beberapa titik. Namun, belum ada jawaban pasti untuk mengetahui penyebab kematian hewan ternak tersebut.
Sayembara Rp10 Juta
Untuk menambah semangat dan sekaligus menenangkan masyarakat di lokasi, pihaknya membuat sayembara senilai Rp10 juta. Uang itu akan diberikan kepada siapa saja yang berhasil menangkap "pelaku".
“Saya putuskan untuk memberi istilahnya spirit ke orang yang mau mencari. Mereka bisa menenangkan masyarakat, mengantisipasi masyarakat dengan cara berburu. Diharapkan hewan ini bisa ditangkap, mungkin jadi stres atau bagaimana,” jelasnya.
Nikson mengaku, awalnya pernah menduga yang berbuat adalah beruang madu. Tapi hal itu diragukan karena walaupun ada jejak-jekak menyerupai beruang madu seperti yang terjadi di tanah maupun di pohon.
“Beruang madu kan konsumsi madu, bukan darah atau daging. Yang pasti kita sedang mencari tahu,” kata dia.
Dari foto-foto yang beredar, hewan ternak yang mati kondisinya mengenasnya. Terdapat luka di bagian lehernya, ada yang tercabik-cabik pada itik-itik yang mati.
Pada ternak babi terdapat luka robek lebar di samping telinganya dan juga di perutnya.
Sementara itu, jejak-jejak berupa goresan terlihat di tanah dan pohon. Ada juga ditemukan beberapa helai bulu yang diduga milik hewan tersebut
Terpopuler
- Diminta Cetak Uang Kertas Bergambar Jokowi, Reaksi Bank Indonesia di Luar Prediksi: Kalau Gitu...
- Ragnar Oratmangoen Akui Lebih Nyaman di Belanda Ketimbang Indonesia: Saya Tidak Menonjol saat...
- Warga Jakarta Jangan Salah Nyoblos Besok, YLBHI Bongkar 'Dosa-dosa' Cagub Nomor Urut 2 Dharma Pongrekun
- Pelatih Jay Idzes: Saya Tidak Senang, Ini Memalukan!
- Pratiwi Noviyanthi Ditinggal Pengacara Usai Tak Mau Selesaikan Kisruh Donasi Pengobatan Agus Salim
Pilihan
-
Dirut Baru Garuda Langsung Manut Prabowo! Harga Tiket Pesawat Resmi Turun
-
Pandji Pragiwaksono Sindir Sembako 'Bantuan Wapres Gibran' Pencitraan: Malah Branding Sendirian
-
Bansos Beras Berlanjut Hingga 2025, Siapa Saja yang Dapat?
-
Review Jelly Master, Game Mukbang Gratis yang Menggemaskan
-
Tak Ada Muka Jokowi, Ini Daftar Pahlawan di Uang Kertas Rupiah
Terkini
-
Keroyok dan Bacok Orang saat Tawuran, Polisi Amankan 11 Orang Dewasa dan Anak-anak
-
Yuk Dapatkan Diskon Biaya Provisi 50% Sambut HUT ke-129 BRI, Ini Daftar Program Special BRIguna
-
Warga Keluhkan Bau Busuk dari Sejumlah TPST di Sleman, Ini Langkah yang Dilakukan DLH
-
Temui Endah Subekti-Joko, Bupati Petahana Gunungkidul Sunaryanta Akui Kekalahannya
-
Damkar Kota Jogja Evakuasi Buaya Sepanjang 3 Meter, Diduga Peliharaan Warga yang Lepas