Memanusiakan ODGJ menjadi kunci keberhasilan kesembuhan penyakit kejiwaan ini. Masyarakat mereka ajak kerjasama untuk memberlakukan ODGJ dengan baik.
"Dan responya baik. Kalau mereka (penyandang ODGJ) datang, tidak terus kami pergi, tapi tetap kami ajak komunikasi," ungkapnya.
Gerakan 'memanusiakan' ODGJ ini dimulai dari Forum Komunikasi Lentera Jiwa yang terbentuk 9 Mei 2017 lalu. Warga Kalurahan Petir bahu membahu mengatasi persoalan ODGJ.
Di mana awalnya masyarakat yang keluarganya termasuk ODGJ dikumpulkan untuk kemudian mendapatkan pencerahan dan mampu menguatkan jiwa mereka.
Ketua Lentera Jiwa yang juga perangkat desa di Kalurahan Petir, Pratama Windarta menuturkan, Lentera Jiwa dapat tetap eksis hingga saat ini berkat kesadaran dan bantuan seluruh warga demi menjadikan Desa Petir, kampung yang benar-benar ramah jiwa.
Tak sepeser pun dana dari pemerintah yang diterima hingga kini.
Kemudian, warga sekitar diajak berkomunikasi. Komunikasi ini bertujuan untuk tidak mengintimidasi juga mencemooh warga dengan status ODGJ ataupun keluarganya.
Warga juga menyepakati akan menerima dan memberlakukan ODGJ sebagaimana mestinya.
"Kebetulan ODGJ disini jumlahnya tertinggi di Gunungkidul, pemerintah juga kesulitan memetakan penyebabnya. misalnya pada 2020 ini saja, dari awalnya 31 sembuh dan tinggal 29 yang masih gangguan jiwa," jelas Sarju.
Baca Juga: Didesak Transparansi, Pemda DIY Kembangkan COVID-19 Monitoring System
Sementara itu, salah satu keluarga ODGJ yaitu ibunda Edi, Rutinem mengaku, anaknya ini mengalami gangguan jiwa sejak duduk di bangku kelas empat sekolah dasar.
Meskipun Ratinem kini semakin tua dengan telaten tetap merawat Edi.
Di usia senja, ia tetap dengan sabar merawat anaknya yang mengalami gangguan kejiwaan. Ia tidak membeda-bedakan dengan dua anaknya yang normal.
Justru, Ratinem lebih sayang kepada Edi dan dengan sabar merawatnya. Setiap paginya ia menyiapkan sarapan untuk Edi.
Setiap pagi suara sang buah hati yang sudah dewasa tersebut menghiasi telinganya dan sang suami. Begitu keras didengar, ucapannya pun juga acak sangat sulit dipahami.
"Ya kalau makan menunya sama dengan saya dan anak-anak yang lain. Saya juga terkadang masih memandikan Edi,"ungkap Ratinem.
Berita Terkait
Terpopuler
- Skincare Reza Gladys Dinyatakan Ilegal, Fitri Salhuteru Tampilkan Surat Keterangan Notifikasi BPOM
- 3 Klub yang Dirumorkan Rekrut Thom Haye, Berlabuh Kemana?
- Pemain Liga Inggris Rp 5,21 Miliar Siap Bela Timnas Indonesia di SEA Games 2025
- Selamat Datang Jay Idzes! Klub Turin Buka Pintu untuk Kapten Timnas Indonesia
- 15 Kode Redeem FF Hari Ini 2 Agustus, Klaim Hadiah Kolaborasi Naruto, Skin Kurama, & Emote Ninja!
Pilihan
-
PSSI-nya Wales Raup Untung Rp648 Miliar Meski Prestasi Timnas Berantakan
-
Irak Mulai Panik, Ketar-ketir Lihat Perkembangan Timnas Indonesia
-
Tarif Trump Berlaku 7 Agustus 2025, IHSG Borpotensi Merana Hingga Akhir Tahun
-
Saham Terafiliasi Suami Puan Maharani Bergerak Abnormal, Langsung Kena Sentil BEI
-
Antam Tarik Utang Rp8 Triliun dari Bank Asing
Terkini
-
PSS dan PSBS Oke, PSIM? Pemkab Sleman Buka-bukaan Soal Nasib Stadion Maguwoharjo
-
Bye-bye Maguwoharjo? PSIM Jogja Mantap Bidik Stadion Sultan Agung Sebagai Kandang Super League
-
DPRD DIY Pasang Badan, Lawan Kebijakan PPATK yang Bekukan Rekening Warga Tanpa Bukti
-
Dampak Ekonomi Tol Jogja-Solo: 6 Exit Tol di Sleman Diharapkan Dongkrak Pariwisata dan Kuliner
-
Aksi Nekat Maling Sasar SD di Sleman, Uang Puluhan Juta Lenyap! Polisi Turun Tangan