Scroll untuk membaca artikel
Eleonora PEW
Rabu, 10 November 2021 | 15:54 WIB
Siswo Suparjiyo (90) dan Samiyem (70), warga Gunungkidul yang pernah kedatangan Panglima Besar Jenderal Sudirman - (Kontributor SuaraJogja.id/Julianto)

Usai menasehati anaknya, Ibu Samiyem bergegas ke dapur untuk menyiapkan air minum. Saat itu, salah satu pengawal Panglima Jenderal Sudirman meminta agar ibunya merebus telur. Telur tersebut akan menjadi santapan Panglima Besar Jenderal Sudirman.

"Ajudannya datang ke dapur, Ibu dimintai tolong untuk merebuskan telur untuk dimakan Jendral," ulas Samiyem.

Samiyem ingat betul, Panglima Perang Griliya tersebut berbaring di dipan (tempat tidur terbuat dari kayu) yang berada di ruang tengah rumahnya. Di dekat dipan terdapat meja kecil yang digunakan untuk meletakkan telur rebus dan juga air. Tak banyak yang Samiyem ketahui apa yang dibicarakan oleh Jenderal Sudirman dengan pengawalnya. Karena setelah melayani Jenderal Sudirman, ia bersama ibunya bergegas menuju ke ruangan lain untuk beristirahat.

Malam itu, Panglima Besar Jenderal Sudirman memang beristirahat di rumah Samiyem. DI hari berikutnya, sekitar pukul 04.00 WIB Sang Jendral terlihat meninggalkan rumah tersebut dengan ditandu oleh para pasukannya. Mereka nampaknya meneruskan perjalanan menuju ke tempat gerilya selanjutnya untuk mengatur siasat perang.

Baca Juga: Mengenal Sosok Ismail Marzuki, yang Tampil di Google Doodle Hari Pahlawan

"Seingat saya pasukannya yang ikut menunggu Jendral di rumah ini hanya beberapa saja, membawa pasukan dan berjaga-jaga," jelas dia.

Beberapa hari setelah digunakan untuk singgah Jendral Sudirman, dari udara wilayah Padukuhan Karangtengah sempat dihujani peluru oleh Pasukan Belanda. Warga di padukuhan ini banyak yang mengungsi di wilayah pegunungan sisi selatan. Ia masih ingat betul, hanya rumahnya yang tidak tertembus peluru. Hanya satu keping peluru seukuran baterai jatuh tepat di ceting (tempat nasi) dapurnya.

" Ukarannya kecil, saya kira ulat, tapi ibu bilang saya tidak boleh menyentuhnya. Tapi saya dan ibu tidak mengungsi, pas ada serangan saya diajak ibu sembunyi di dekat tanaman karang, saya teriak ibu itu bu, saya disuruh diam," urai Samiyem
Sementara Siswo mengaku memang bertetanggaan dengan Samiyem. Saat itu keduanya memang masih anak-anak Rumah Siswo dan Samiyem memang tidak jauh namun diselingi beberapa rumah dan kebun jati. Seperti biasanya, sore itu dia tengah mencari pakan ternak di dekat rumahnya. Saat itu, ia melihat ada iring-iringan pasukan menggunakan seragam menuju rumah Samiyem. Ia lantas berlari ke rumah Samiyem melihat iring-iringan tersebut.

"Sebelum Jendral ke sini, saya dikasih tau sama orang sakti yang berbicara dengan orangtua saya, kalau ada orang hebat akan datang ke desa Karangduwet ini, saya sambung-sambungkan kok benar," ulas Siswo.

Kakek dari empat orang cucu ini kemudian menikah dengan Samiyem. Hingga tahun 1955, anak dari Jendral Sudirman datang dan membangunkan monumen di depan ruamhnya. Memang monumen tersebut berbentuk wajah Jendral dengan tandunya.

Baca Juga: Jadi Inspektur Upacara, Mentan Ajak Jajarannya Hidupkan Semangat Kepahlawanan

"Kemudian dipan dan bangku dibawa ke museum," kata Siswo.

Load More