Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Rahmat jiwandono
Senin, 22 November 2021 | 20:06 WIB
Pembudidaya ikan koi di Padukuhan Singosaren II, Kalurahan Singosaren, Kapanewon Banguntapan, Kabupaten Bantul pada Senin (22/11/2021). [Rahmat Jiwandono / SuaraJogja.id]

SuaraJogja.id - Pandemi Covid-19 membawa berkah bagi pembudidaya ikan koi di Padukuhan Singosaren II, Kalurahan Singosaren, Kapanewon Banguntapan, Kabupaten Bantul. Itulah yang dialami oleh Fajar Amin (38) bersama adiknya. 

Fajar menceritakan, sejak adanya pandemi Covid-19 pada awal 2020 lalu membuat bisnis ikan air tawar konsumsinya terdampak. Pandemi ini memaksa dia mencari usaha lain untuk bertahan hidup. 

"Sebelum pandemi saya kan jualan bibit ikan air tawar konsumsi lalu adanya pandemi macet penjualan. Dulu ikan yang saya jual itu lele, nila, dan gurami dan sering kirim ke luar Pulau Jawa via udara," ujar dia, Senin (22/11/2021). 

Lantaran usahanya tersebut terdampak pandemi, ia berpikiran untuk menjual ikan-ikan koi yang selama ini dipelihara. Ikan koi itu dijual online melalui media sosial. 

Baca Juga: Dinas Pariwisata Bantul Pastikan Target PAD Tahun Ini Tak Tercapai: Kurang 4 Miliar

"Karena saya dan adik saya punya banyak ikan koi di rumah kemudian dijual online melalui media sosial. Eh ternyata laku semua," paparnya

Kemudian dengan modal awal sekitar Rp100 juta, mereka membuat kolam serta mendatangkan ikan koi. Ia mengaku mendatangkan ikan-ikan koi itu dari Kabupaten Blitar, Jawa Timur. 

"Setelah ikan-ikan koi yang di rumah kami terjual habis lalu kami kulakan dari Blitar, Jawa Timur," kata pemilik Saka Koi Jogja itu. 

Kendati demikian, ia menemui kendala di mana ikan-ikan koi yang dikirim dari Blitar sering membawa virus. Virus yang sering ditemukan pada ikan koi adalah aeromonas hydrophila. 

"Ikan yang terserang biasanya akan mengalami pendarahan pada bagian tubuh terutama di bagian dada, perut, dan pangkal sirip," katanya. 

Baca Juga: Rawan Kecelakaan, Jalan Bantul Dipasangi Water Barrier

Adapun jenis ikan koi yang dikembangbiakkan antara lain ikan koi showa shunsaku, kohaku, sanke, showa, tancho. Ihwal jumlah ikan koi yang dipelihara, ia menyebut mencapai ribuan ekor. 

"Kalau untuk jumlah pastinya berapa enggak tahu ya, yang jelas ada ribuan ekor ikan koi," ujar dia. 

Diakuinya, terkait cuaca yang sering hujan sekarang ini bisa menimbulkan penyakit seperti jamur, bakteri, dan virus. Risikonya ikan-ikan koi bisa meninggal. 

Omzet Ratusan Juta 

Dia menjelaskan, awal pandemi tahun lalu, dalam waktu sebulan bisa menjual sekitar 2.000 ekor ikan koi. Untuk harga ikan koi dibanderol mulai dari Rp25.000 sampai Rp15 juta tergantung ukuran serta kualitasnya.

"Yang menentukan harga ikan koi itu dilihat dari bodi, pola, dan warna ikan," tutur dia. 

Sejauh ini ikan koi hasil budidayanya telah dijual di dalam dan ke luar Pulau Jawa. Ia menggunakan penjualan secara daring ataupun luring. 

"Kalau di Pulau Jawa sudah menjual ke wilayah DIY, Klaten, Solo, Wonosobo, Purworejo, Bandung, Jakarta, Surabaya. Untuk yang di luar jawa seperti Pontianak, Aceh, Medan, Samarinda, hingga ke Manado," katanya. 

"Saya jualannya secara offline dan online. Online lewat Instagram, Facebook, dan promo di Tiktok," imbuhnya. 

Perihal omzet yang didapat dalam waktu satu bulan, katanya, sekitar Rp150 juta. Sementara biaya yang dikeluarkan untuk operasional sekitar Rp15 juta. 

"Rp15 juta itu sudah untuk perawatan dan beli pakannya," ucapnya. 

Load More