SuaraJogja.id - Banyak yang tidak menyadari, bahkan cenderung abai terhadap kesehatan, padahal tanda dan peringatan masalah kesehatan ini perlu ditindaklanjuti untuk menghindari kondisi yang lebih parah.
Dalam kasus kanker ovarium, ada beberapa tanda dan gejala halus yang dirasakan oleh pasien. dr. Niti Raizada, direktur onkologi hemato dari Rumah Sakit Fortis, Richmond Road, Bangalore, India mengatakan bahwa kanker ovarium dimulai pada organ wanita yang menghasilkan sel telur.
Beberapa gejala umum yang diderita pasien kanker ovarium adalah perut kembung, perubahan kebiasaan buang air besar, gangguan pencernaan, mual, penurunan berat badan drastis, kelelahan, ketidaknyamanan di panggul, sakit punggung, frekuensi buang air kecil meningkat serta menstruasi yang tidak teratur.
Selain itu, ada juga tanda seperti kesulitan makan, terdapat cairan di perut yang disebut asites, serta masalah buang air kecil lain. Namun, ciri tersebut merupakan gejala jika seseorang sudah berada di stadium lanjut ketika kanker telah menyebar ke panggul dan perut.
Baca Juga: 6 Jenis Cek Kesehatan Rutin yang Harus Dilakukan Perempuan
"Sayangnya, tidak ada gejala pada tahap awal. Ketika kanker terkandung di ovarium, itu adalah yang paling mudah untuk diobati," ujar dr. Raizada dilansir Indian Express, Minggu.
"Setiap wanita yang memiliki indung telur berisiko terkena kanker ovarium, meskipun ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko ini," lanjutnya.
Meski demikian, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko kanker ovarium.
Diet dan olahraga
Olahraga mingguan dan diet sehat adalah hal yang paling penting. Banyak mengkonsumsi buah-buahan, sayuran dan makanan yang kaya vitamin D. Berolahraga 30-40 menit setiap hari juga dapat mengurangi risiko hingga 20 persen.
Baca Juga: Ketahui 4 Penyebab Umum Menstruasi Berkepanjangan atau Menorrhagia
Menghindari karsinogen
Karsinogen adalah zat yang mampu menyebabkan kanker. Zat seperti bedak (bedak bayi, deodoran vagina, dan riasan) diketahui memiliki hubungan dengan risiko kanker.
Kehamilan dan menyusui
Wanita yang telah melahirkan setidaknya satu anak, terutama sebelum usia 30 tahun, memiliki risiko lebih rendah terkena kanker ovarium dan bahkan kanker payudara. Menyusui juga diketahui menurunkan risiko.
Gaya hidup sehat
Menghindari penggunaan dan paparan produk tembakau tidak hanya dapat menurunkan risiko kanker ovarium, tetapi juga banyak jenis kanker lainnya. Bersamaan dengan itu, membatasi konsumsi alkohol adalah yang terbaik.
- 1
- 2
Berita Terkait
-
6 Jenis Cek Kesehatan Rutin yang Harus Dilakukan Perempuan
-
Ketahui 4 Penyebab Umum Menstruasi Berkepanjangan atau Menorrhagia
-
Waspadai Kanker Ovarium, Gejalanya Sama Seperti PMS Namun Baru Diketahui Saat Sudah Parah
-
Kenali Manfaat Vitamin D Bagi Kalian yang Mengeluh Punya Masalah Penapasan
-
Studi: Endometriosis Berisiko Menyebabkan Kanker Ovarium Epitel, Begini Penjelasannya
Terpopuler
- Cerita Pemain Keturunan Indonesia Tristan Gooijer Tiba di Bali: Saya Gak Ngapa-ngapain
- Review dan Harga Skincare GEUT Milik Dokter Tompi: Sunscreen, Moisturizer, dan Serum
- 5 Motor Matic Bekas Murah: Tampang ala Vespa, Harga Mulai Rp3 Jutaan
- Harley-Davidson Siapkan Motor yang Lebih Murah dari Nmax
- Simon Tahamata Dihujat Pendukung RMS: Ia Berpaling Demi Uang!
Pilihan
-
Shayne Pattynama Tulis Prediksi Skor Timnas Lawan China di Sandal
-
7 Rekomendasi HP Kamera 108 MP Terbaik 2025: Layar AMOLED, Harga Rp2 Jutaan
-
Manchester United Hancur Lebur: Gagal Total, Kehabisan Uang, Pemain Buangan Bersinar
-
Srikandi di Bali Melesat Menuju Generasi Next Level Dengan IM3 Platinum
-
30 Juta Euro yang Bikin MU Nyesel! Scott McTominay Kini Legenda Napoli
Terkini
-
Lewat Bola dan Sponsorship di GFL Series 3, BRI Tanamkan Nilai Positif ke Anak Muda
-
Hadiah Digital yang Bangkitkan Solidaritas Sosial, Klaim 3 Link Saldo DANA Kaget Ini
-
Moratorium Hotel Sumbu Filosofi Diberlakukan, PHRI Desak Penertiban 17 Ribu Penginapan Ilegal
-
Kelanjutan Soal Besaran Pungutan Ekspor Kelapa, Mendag Ungkap Hal Ini
-
Kabupaten Sleman Diganjar ANRI Award, Bupati Ungkap Strategi Jitu Pelestarian Arsip