Ikan Babe Cabita Seharga Rp15 Juta Mati, Akhirnya Dipepes Ramai-ramai

SuaraJogja.id - Komika Babe Cabita berduka karena ikan kesayangannya mati. Kabar duka itu dibagikannya lewat akun Instagramnya, @babecabiita pada Kamis (2/6/2022).

"Innalillahi wa inna ilaihi rojiun," tulisnya sambil mengunggah foto dirinya memegang ikan kesayangannya yang sudah tak bernyawa.

Dia juga mengunggah video si ikan yang sudah mati mengambang di kolam rumahnya. Tak diketahui oleh dirinya apa penyebab ikan itu mati.

Padahal seperti diketahui, ikan berjenis karasi cebol itu dibeli Babe Cabita seharga Rp15 juta.

Baca Juga: Lucunya Ngonten Bareng! 5 Potret Babe Cabita Momong Anak

Beberapa netizen termasuk rekan selebriti ikut sedih melihat Babe Cabita kehilangan ikan kesayangannya yang harganya fantastis. Ada Arief Muhammad hingga Bintang Emon ikut komentar.

"Vespa melayang," celetung Bintang Emon. "Semoga husnul khatimah bee," tulis Aan Story.

Babe Cabita memutuskan untuk mengubur ikan tersebut awalnya, hanya saja tetangganya malah menawarkan diri untuk memasak ikan itu dengan cara dipepes.

Babe akhirnya merelakan ikan kesayangannya untuk dipepes dan dimakan ramai-ramai. Hal ini terlihat dari postingan di Instagram Babe Cabita selanjutnya.

"Sungguh baik ikan ini, semasa hidupnya baik membuat orang yang melihatnya senang terbebas dari stress, dan sepeninggalannya pun masih bisa bermanfaat bagi orang sekitarnya. Semoga bisa menjadi contoh buat kita semua #comingsoon #onyoutube #babecabiita," tulisnya.

Baca Juga: 5 Potret Babe Cabita Momong Anak, Walau Sibuk Masih Tetap Perhatian Ke-2 Buah Hatinya

Banyak netizen jadi penasaran bagaimana rasa pepes ikan seharga Rp15 juta itu.

"Pepes sultan 15 juta," celetuk netizen. "Kenapa nggak digoreng aja pake saos padang," timpal netizen lain.

"Dipepes, semua yang memakan pepes ikan babe dengan sungguh2 dan dari hati yang terdalam mengucapkan "TERIMAKASIH BAMBINO"," komentar yang lain.

"Kata bambino : pah ikannya enak...besok goreng lagi ya ikannya yang masih hidup," komentar netizen lainnya.

Kontributor : Tinwarotul Fatonah