SuaraJogja.id - Ramai perbincangan di media sosial, seorang pasien tidak wajib membeli obat yang diresepkan dokter. Hal ini dipicu karena tulisan resep dokter yang tidak bisa dibaca dalam sebuah foto yang diunggah akun @ribonk pada hari Senin kemarin (5/9/2022).
"Pasien ga wajib loh beli obat yg diresepkan dokter. Misal khawatir uangnya ga cukup, tanya dulu aja sama apoteker/farmasinya. Nanti bisa beli 1/2 resep dulu, ganti obat/merk yg lbh murah, atau alternatif lain. Ga usah bingung atau malu, itu hak pasien kok," cuitnya.
Berdasarkan cuitannya, menurut akun @ribonk tidak wajib membeli obat yang diresepkan dokter dengan pertimbangan uang tidak cukup, membeli obat setengahnya dulu, atau mengganti obat dengan merek lain yang harganya lebih murah.
Dalam cuitan berikutnya, pasien itu tidak perlu khawatir jika ingin membeli merek obat yang lain dengan harga lebih murah karena apotekernya sudah mengerti.
"Tenang aja, apoteker/farmasinya paham kok mana yg boleh langsung diganti dan mana yg harus konfirmasi balik kok ke dokternya. Semua udah diatur di Permenkes dan kode etik profesi masing-masing," sebutnya.
"Kalo menurut Permenkes malah ganti obat merk ke generik ga perlu persetujuan dokter, itu kompetensi apoteker," katanya
Akun @ribonk pun mengutarakan bahwa proses pengobatan itu sifatnya kontrak dengan persetujuan dua pihak yang setara.
"Proses pengobatan itu sifatnya kontrak, persetujuan dua pihak yang setara. Pasien ga setuju yha dokter ga bisa maksa. Dokter yg marah saat terapinya dipertanyakan itu bukan dokter yg baik. (kecuali kasus emergency)," jelas dia.
Sejumlah netizen pun menceritakan beberapa pengalamannya saat ingin membeli obat berdasarkan resep dokter.
Baca Juga: Resep Obat Batuk Herbal Praktis, Semua Bisa Bikin di Rumah
Akun @osharik pun membalas cuitan @ribonk tersebut dengan cerita pernah mengganti obat yang ditebus karena mahal.
"Saya pernah dok wkwk pernah batuk pilek tp semingguan gak beres-beres akhirnya ke dokter, pas konsul dokternya basa-basi nanya kerjaan, pas mau nebus resep total obatnya 600rb lsg ke apotekernya saya minta ganti ke yg generiknya aja," kata dia.
Netizen dengan akun @raksahcrigis pun memiliki pengalaman berbeda terkait menebus resep obat.
"Ketika aku lagi sakit dan periksa ke dokter terus fotoin resepnya share ke group keluarga auto dijawab sama eyangkung (dokter), gak usah ditebus terus suruh ganti obatnya yg lbh murah karena obat diresepnya mahal-mahal semua, kalau gak nanya sama mamah (apoteker) dikasih pengganti obat," kata dia.
Berbeda dengan dua akun sebelumnya, akun @Ana_Ike mengungkapkan momen menebus obat menjadi bagian terseram bagi dirinya.
"Nah bertahun-tahun bolak-balik ke dokter, part terserem tu selain nunggu hasil diagnosa ya nebus obat. Karena biasanya justru mahal di sini. Dokternya mah 50-200K (ribu) palingan ya. Tapi obatnya bisa sampe sejutaan kadang. Standarnya sih 300-500 (ribu) lah ya buat obatnya doang," keluhnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Kumpulan Prompt Siap Pakai untuk Membuat Miniatur AI Foto Keluarga hingga Diri Sendiri
- Terjawab Teka-teki Apakah Thijs Dallinga Punya Keturunan Indonesia
- Bakal Bersinar? Mees Hilgers Akan Dilatih Eks Barcelona, Bayern dan AC Milan
- Gerhana Bulan Langka 7 September 2025: Cara Lihat dan Jadwal Blood Moon Se-Indo dari WIB-WIT
- Geger Foto Menhut Raja Juli Main Domino Bareng Eks Tersangka Pembalakan Liar, Begini Klarifikasinya
Pilihan
-
Nomor 13 di Timnas Indonesia: Bisakah Mauro Zijlstra Ulangi Kejayaan Si Piton?
-
Dari 'Sepupu Raisa' Jadi Bintang Podcast: Kenalan Sama Duo Kocak Mario Caesar dan Niky Putra
-
CORE Indonesia: Sri Mulyani Disayang Pasar, Purbaya Punya PR Berat
-
Sri Mulyani Menteri Terbaik Dunia yang 'Dibuang' Prabowo
-
Surat Wasiat dari Bandung: Saat 'Baby Blues' Bukan Cuma Rewel Biasa dan Jadi Alarm Bahaya
Terkini
-
Rp4 Miliar untuk Jembatan Pucunggrowong: Kapan Warga Imogiri Bisa Bernapas Lega?
-
2000 Rumah Tak Layak Huni di Bantul Jadi Sorotan: Solusi Rp4 Miliar Disiapkan
-
Malioboro Bebas Macet? Pemkot Yogyakarta Siapkan Shuttle Bus dari Terminal Giwangan untuk Turis
-
Tunjangan DPRD DIY Bikin Melongo, Tunjangan Perumahan Lebih Mahal dari Motor Baru?
-
KPKKI Gugat UU Kesehatan ke MK: Komersialisasi Layanan Kesehatan Mengancam Hak Warga?