SuaraJogja.id - Sektor pertanian menjadi salah satu penyumbang pendapatan negara terbesar di Indonesia. Namun regenerasi menjadi salah satu masalah yang sering kali ditemui.
Berangkat dari persoalan tersebut Yayasan Dayasos didukung PT PLN (Persero) menggencarkan program bertajuk Community for Sustainability. Di dalamnya berfokus pula pemberdayaan para petani muda dengan menggunakan electrifying agriculture.
Electrifying Agriculture itu sendiri memberikan layanan listrik untuk sektor-sektor pertanian. Dalam rangka meningkatkan produktivitas dan efisiensi.
"Ada beberapa permasalahan yang ditemui di lapangan, kenapa pertanian dirasakan bukan sesuatu yang keren. Karena secara komersil tidak jalan, ongkos produksi tinggi tapi hasil tak menjanjikan," kata Program Manager Community for Sustainability Lisa Lindawati, Rabu (30/8/2023).
Baca Juga: Rangkul Para Petani Muda, OMG Jabar Gelar Pelatihan Pertanian Organik
Electrifying agriculture mencoba membantu memecahkan persoalan itu. Bukan dari sisi pasar tetapi lebih kepada menurunkan ongkos produksi para petani.
"Ini upaya membantu petani menurunkan ongkos produksinya. Sehingga nanti harga hasil panennya bisa lebih bersaing di pasaran. Apalagi kita bicara ada bicara produk impor yang membuat harga kurang bersaing karena ongkos produksi tinggi," terangnya.
Dengan harga produksi yang bisa ditekan diharapkan kemudian produk itu dapat bersaing di pasaran. Selain itu ke depan dapat pula untuk menarik lebih banyak generasi muda untuk terjun ke dunia pertanian.
"Harapannya dari sisi menjanjikan akan banyak generasi muda yang melirik sektor ini. Dengan adanya generasi muda nanti inovasi bisa berjalan lebih cepat sehingga akan meningkat secara akseleratif," tuturnya.
Salah satu petani muda, dari Sriharjo, Imogiri, Bantul, Anton mengungkapkan program electrifying agriculture sangat dirasakan manfaatnya. Terlebih soal menekan biaya produksi selama ini.
Baca Juga: Komunitas Petani Muda Keren Bali Ciptakan 'Bertani Cerdas' Gabungkan Pertanian dan Teknologi
"Awalnya mesin diesel atau manual sekarang menggunakan sistem listrik dan pakai timer. Jadi berapa jumlah air yang dibutuhkan bisa terkontrol. Kita ngirit waktu, ngirit biaya juga hampir 80-90 persen bisa," ungkap Anton.
Disampaikan Anton, jika saat menggunakan BBM lalu setiap bulan ia bisa merogoh kocek hingga Rp360 ribu. Namun dengan layanan listrik ini hanya menjadi kisaran Rp60-100 ribu saja.
"Produktivitas relatif tinggi karena segala kebutuhan tercukupi dengan listrik tadi. Ketika berbicara pertanian produktivitas meningkat karena listrik berarti sistem perairan sudah terjamin. Mempercepat masa panen dan hasilnya lebih bagus. Awalnya misal selada hijau keriting dua batang itu beratnya sekilo, jadi bisa satu batang sekilo," tandasnya.
Saat ini kelistrikan sudah mulai merambah sistem pertanian di daerahnya. Mulai digunakan untuk hydroponik, pengolahan pupuk hingga perawatan hewan ternak dan irigasi.
Diketahui, sepanjang tahun 2020 hingga 2023, PT PLN (Persero) berhasil merealisasikan program electrifying agriculture (EA) yang di manfaatkan 6.167 petani di 197 lokasi dalam upayanya meningkatkan produktivitas sektor pertanian di Indonesia. Upaya tersebut telah membawa dampak signifikan pada hasil panen dan pendapatan para petani.
Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo menuturkan program ini berhasil menyerap sebanyak 3.121 tenaga kerja, di sektor pertanian dengan akumulasi pendapatan sebesar Rp3,2 miliar. Selanjutnya berhasil meningkatkan waktu panen rata-rata sekitar 30 hari, menghasilkan produksi panen sebanyak 21.843 Ton, dan berhasil memanfaatkan lahan pertanian seluas 1.654.405 Hektar.
"Selain itu, program ini juga sukses menghemat konsumsi BBM guna menekan emisi karbon dari sektor pertanian. Lalu, pelanggan electrifying agriculture kami meningkat menjadi 16.493 pelanggan dengan konsumsi listrik sebesar 54.197.723 kWh," tambah Darmawan.
Berita Terkait
-
Agroteknologi Belajar Apa? Latar Belakang Pendidikan Melody Laksani Dinilai Cocok Bantu Kementan
-
Apakah Petani Milenial Digaji? Nominal Menggiurkan Bisa Tembus Double Digit!
-
Mau Gaji Rp10 Juta per Bulan? Buruan Cek Cara Daftar Petani Milenial 2024!
-
Diumpakan Angsa Bertelur Emas, Pemerintah Konsisten Dukung Industri Sawit
-
Wamentan Sudaryono Soroti Beredarnya Bibit Sawit Palsu, Petani Diminta Cermat
Terpopuler
- Agus dan Teh Novi Segera Damai, Duit Donasi Fokus Pengobatan dan Sisanya Diserahkan Sepenuhnya
- Raffi Ahmad Ungkap Tragedi yang Dialami Ariel NOAH, Warganet: Masih dalam Lindungan Allah
- Bak Terciprat Kekayaan, Konten Adik Irish Bella Review Mobil Hummer Haldy Sabri Dicibir: Lah Ikut Flexing
- Bukti Perselingkuhan Paula Verhoeven Diduga Tidak Sah, Baim Wong Disebut Cari-Cari Kesalahan Gegara Mau Ganti Istri
- Beda Kado Fuji dan Aaliyah Massaid buat Ultah Azura, Reaksi Atta Halilintar Tuai Sorotan
Pilihan
-
Thom Haye hingga Ragnar Oratmangoen Punya KTP DKI Jakarta, Nyoblos di TPS Mana?
-
Awali Pekan ini, Harga Emas Antam Mulai Merosot
-
Ada Marselino Ferdinan! FIFA Rilis Wonderkid Kualifikasi Piala Dunia 2026
-
Desas-desus Shell Mau Hengkang dari RI Masih Rancu, SPBU Masih Beroperasi
-
Media Asing Soroti 9 Pemain Grade A Timnas Indonesia di Piala AFF 2024, Siapa Saja?
Terkini
-
Sunarso Dinobatkan Sebagai The Best CEO untuk Most Expansive Sustainable Financing Activities
-
Reza Arap Diam-Diam Tolong Korban Kecelakaan di Jogja, Tanggung Semua Biaya RS
-
Sayur dan Susu masih Jadi Tantangan, Program Makan Siang Gratis di Bantul Dievaluasi
-
Bupati Sunaryanta Meradang, ASN Selingkuh yang Ia Pecat Aktif Kerja Lagi
-
Data Pemilih Disabilitas Tak Akurat, Pilkada 2024 Terancam Tak Ramah Inklusi