Scroll untuk membaca artikel
Muhammad Ilham Baktora
Rabu, 28 Februari 2024 | 14:27 WIB
Keluarga korban menunjukkan wajah Fara Diansyah, korban pembunuhan yang tewas di Kotabaru, Kota Jogja, Rabu (28/2/2024). [Kontributor Suarajogja.id/ Julianto]

SuaraJogja.id - Tenda terbuat dari seng masih terpasang di depan rumah Fara Diansyah (23) perempuan warga Dusun Jaban RT 02 RW 032, Kalurahan Tridadi, Kapanewon/Kabupaten Sleman, korban pembunuhan yang mayatnya ditemukan di kamar kos di kawasan Kotabaru, Kota Yogyakarta, Sabtu (24/2/2024) lalu.

Tadi malam, Selasa (27/2/2024) merupakan malam terakhir tahlilan 7 hari almarhumah. Meskipun ditemukan pada hari Sabtu yang lalu, namun keluarga menganggap Fara meninggal ketika terakhir kali tidak bisa dihubungi tanggal 21 Februari 2024 yang lalu.

Adik almarhum, Kholud Afrizal (18) mengaku tidak ada yang aneh dari perilaku kakak sulungnya tersebut sebelum akhirnya ditemukan tewas mengenaskan. Hanya saja, Selasa (20/2/2024) ketika korban terakhir kali terlihat di rumahnya, kakaknya memang terburu-buru pergi.

"Jadi waktu itu kakak saya baru pulang kerja langsung masuk kamar dan kayake teleponan atau WA-nan," ujar Kholud ketika ditemui di rumahnya, Rabu (28/2/2024).

Tanggal 20 Februari malam sekira pukul 19.30 WIB, Fara tiba-tiba keluar dari kamar dan pamit untuk pergi. Pergi ke mana, keluarga tidak pernah ada yang mengetahuinya karena memang Fara jarang memberitahu hendak pergi ke mana.

Hanya saja, saat hendak pergi itu Fara terlihat sangat terburu-buru. Bahkan Fara sama sekali tidak memakai make up meski sekedar bedak. Padahal biasanya, setiap hendak pergi ke luar rumah Fara pasti memakai make up dulu termasuk lipstik.

"Ya ini aneh, tidak biasanya pergi tanpa make up dulu," ujar dia.

Hingga larut malam, Fara tak terlihat pulang ke rumah. Bahkan hingga Rabu (21/2/2024) Fara juga belum menampakkan diri di rumahnya. Namun keluarga masih berbaik sangka, kemungkinan Fara langsung pergi ke tempat kerjanya di Jalan Godean.

Rabu siang, pihak keluarga mencoba menghubungi Fara melalui nomor pribadinya. Panggilan ke nomor Whatsapp Fara sebenarnya masuk hanya saja berdering saja karena tidak dijawab. Kemudian pesan WA juga masuk dan centang 2.

"Kami langsung ke Polsek dan diarahkan ke Polres untuk laporan orang hilang. Di sana suruh menunggu, ndak tahu menunggu apa," kata dia.

Pihaknya juga sudah mencoba melacak ke nomor pribadi, alamat email ataupun nomer imei HP kakaknya namun semuanya telah di log out. Sehingga tidak bisa dilacak kembali di mana keberadaan kakaknya tersebut dan membuat keluarganya kian kalut.

Keluarga juga berusaha untuk menanyakan keberadaan kakaknya dengan mendatangi 'orang pintar'. Orang pintar tersebut mengatakan jika kakaknya masih dalam keadaan baik-baik saja dan pergi bersama teman-temannya.

"Hari Jumat (23/2/2024) kami ke orang pintar. Dan katanya baik-baik saja," tambahnya.

Dan Sabtu malam, keluarga mendapat kabar dari bos tempat Fara bekerja yang menyatakan jika Sang Bos dipanggil oleh polisi untuk datang ke lokasi penemuan mayat perempuan. Di mana di dekatnya ditemukan KTP kakaknya dan juga KTP yang diduga milik pelaku.

Minggu (24/2/2024) dini hari, sekira pukul 01.30 WIB dia didatangi reserse Polresta Yogyakarta dan diminta untuk datang ke RS Bhayangkara guna identifikasi mayat. Sesampai di rumah sakit, dia langsung diminta mengenali sosok yang ditemukan di Kotabaru.

"Saya memastikan itu kakak saya. Meski sulit dikenali tetapi saya hafal bentuk wajahnya," kata dia.

Saat pertama kali melihatnya, Kholud mengaku kaget karena muka kakaknya sudah tidak berbentuk penuh luka lebam. Di samping itu juga ada luka bekas senjata tajam di leher dan di dada kiri yang tembus ke ulu hati.

Seluruh keluarga kaget dan terkejut dengan peristiwa tersebut karena selama ini memang tidak ada perilaku yang aneh pada diri kakaknya. Semua berjalan normal dan tidak nampak ada masalah sama sekali. Namun dia memang tidak tahu yang sebenarnya karena memang kakaknya tertutup.

"Kakak saya memang tertutup sama keluarga kalau ada masalah. Mungkin cerita ya sama teman kerja ataupun teman di kampung. Namun ceritanya hanya sebatas apa yang disuka," tuturnya.

Tak ada pesan khusus dari Fara yang diingat keluarganya kecuali keinginan anak sulung dari 2 bersaudara ini yang ingin menonton konser BTS di Jakarta tanggal 15 Maret 2024 mendatang. Namun niat tersebut belum kesampaian, Fara sudah dipanggil Yang Maha Kuasa.

"Tiket belum beli sih. Baru ngumpulin uang," kata dia

Kontributor : Julianto

Load More