SuaraJogja.id - Kepindahan ibukota RI dari Jakarta ke sebagian wilayah Kabupaten Penajam Paser Utara dan Kutai Kertanegara di Provinsi Kalimantan Timur akan membawa dampak yang besar pada kehidupan Aparat Sipil Negara (ASN).
Diperkirakan bakal ada ratusan ribu ASN bersama keluarganya yang ikut pindah.
Karenanya Pemerintah diharapkan menyiapkan layanan pendukung selain infrastruktur. Sebab selain pendidikan, kesehatan dan infraksturtur, tantangan krusial yang harus dihadapi adalah pemenuhan kebutuhan pangan.
"Yang sangat urgen adalah pangan, karena Kalimantan itu masih mendatangkan bahan pangan dari Jawa Timur,” ungkap Pakar Pembangunan Wilayah Universitas Gadjah Mada (UGM) R Rijanta, Selasa (27/8/2019).
Menurutnya, stok pangan untuk ibukota baru perlu didatangkan dari tempat yang tidak jauh dari tempat tinggal penduduk.
Untuk itu, pengembangan wilayah-wilayah pendukung untuk menyediakan kebutuhan tersebut, baik melalui penguatan kapasitas pengelolaan sumber daya serta program transmigrasi di kabupaten sekitar, mendesak dilakukan.
Selain itu, sektor pendukung lain seperti ekonomi, pariwisata, hiburan, dan lainnya yang akan muncul seiring dengan pembangunan pusat pemerintahan pun perlu diperhatikan. Rancangan serta aturan tata ruang yang jelas dan tegas sangat dibutuhkan agar tidak semrawut.
“Jangan sampai kesemrawutan baru terjadi karena mengulang apa yang terjadi di ibu kota lama. Harus dipikirkan dari sekarang, fungsi-fungsi di luar pemerintahan nanti ada di mana, dan itu harus ditegakkan secara ketat, jangan kecolongan,” tandasnya.
Rijanta menambahkan, kesiapan pemerintah untuk memulai proses perpindahan secara menyeluruh harus dilakukan secepatnya. Apalagi target pemindahan ibukota rencanya akan dilakukan pada tahun 2024.
Baca Juga: Begini Kata Pers Jerman soal Ibu Kota RI Pindah ke Kalimantan
Sebab untuk pembangunan konstruksi bisa dilakukan tiga sampai empat tahun. Namun yang lebih penting pengaturan legalitasnya.
"Penyiapan dan penyesuaian peraturan perundang-undangan yang diperlukan yang penting," tandasnya.
Rijanta menyebutkan, urgensi pemindahan ibu kota tidak semata-mata didasarkan pada kondisi kemacetan atau kepadatan penduduk yang terjadi di Jakarta,. Namun karena fungsi kota yang dijalankan oleh Jakarta sudah saling menumpuk hingga menimbulkan kompleksitas.
"Perlu keseimbangan spasial dalam pembangunan di Indonesia," katanya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Tag
Berita Terkait
-
Begini Kata Pers Jerman soal Ibu Kota RI Pindah ke Kalimantan
-
Ibu Kota Pindah, Gedung Bekas Pemerintah di Jakarta Bakal Ditukar Guling
-
Tanah di Ibu Kota Baru RI Bukan Milik Prabowo Tapi Adiknya, Hashim
-
Pemindahan Ibu Kota, Wakil Walkot Bogor: Beban Berat Lingkungan Berkurang
-
Gerindra Tak Sudi Ibu Kota Baru Dibiayai Swasta
Terpopuler
- Breaking News! Akhir Pahit Mees Hilgers di FC Twente
- 'Ogah Ikut Makan Uang Haram!' Viral Pasha Ungu Mundur dari DPR, Benarkah?
- Satu Kata Misteri dari Pengacara Pratama Arhan Usai Sidang Cerai dengan Azizah Salsha
- Eks Feyenoord Ini Pilih Timnas Indonesia, Padahal Bisa Selevel dengan Arjen Robben
- Uya Kuya Klarifikasi Video Joget 'Dikira Rp3 Juta per Hari itu Gede'
Pilihan
-
Figur Kontroversial Era 98 Dianugerahi Bintang Jasa, Siapa Sebenarnya Zacky Anwar Makarim?
-
3 Rekomendasi HP Samsung Rp 1 Jutaan Terbaru Agustus 2025, Terbaru Galaxy A07
-
Shin Tae-yong Batal Dampingi Korea Selatan U-23, Rencana 'Reuni Panas' di Sidoarjo Buyar
-
Daya Beli Melemah, CORE Curiga Target Pajak RAPBN 2026 'Ngawang'!"
-
Prabowo Kirim 'Surat Sakti' ke DPR Demi Dua Striker Baru Timnas Indonesia
Terkini
-
Yogyakarta Siap Jadi Magnet Wisata Dunia: Ini Strategi Jitu Hadapi Tantangan Global
-
Warga Jogja Merapat! Link DANA Kaget Aktif Baru Dibagikan, Siapa Cepat Dia Dapat!
-
Residen RSUP Dr Sardjito Jadi Korban Amukan Keluarga Pasien, Ini Kronologi dan Fakta Sebenarnya
-
Jogja Tak Lagi Kejar Turis Massal: Strategi Baru Pariwisata Fokus Kualitas, Bukan Kuantitas!
-
'Siapa Dia': Film Musikal Garin Nugroho yang Paksa Nicholas Saputra Menyanyi