Budi Arista Romadhoni
Sabtu, 13 Desember 2025 | 10:47 WIB
Kendaraan menuju arah Menara Kopi di Kleringan pasca penutupan Jembatan Kewek.
Baca 10 detik
  • Penutupan Jembatan Kewek sejak 10 Desember 2025 menguntungkan 230 pedagang dan 60 juru parkir di Menara Kopi Kotabaru, Yogyakarta.
  • Rekayasa lalu lintas akibat penutupan memaksa bus wisata mencari jalur alternatif menuju kantong parkir Menara Kopi.
  • Pedagang Menara Kopi berharap pemerintah menertibkan parkir liar agar kantong parkir resmi dapat ramai secara berkelanjutan.

SuaraJogja.id - Di tengah kekhawatiran menjelang libur Natal dan Tahun Baru (Nataru), secercah harapan justru datang dari peristiwa yang tak terduga.

Bagi ratusan pedagang dan juru parkir (jukir) di Menara Kopi Kotabaru, Yogyakarta, penutupan Jembatan Kewek sejak Rabu (10/12/2025) bukanlah musibah, melainkan berkah yang lama dinanti.

Selama berbulan-bulan, asa mereka nyaris padam. Sejak direlokasi dari Tempat Parkir Khusus (TKP) Abu Bakar Ali pada Juni 2025, kehidupan di Menara Kopi terasa sunyi.

Banyak pedagang bahkan hanya membuka lapak untuk sekadar memastikan lokasi itu tidak mati suri.

Agil Suhariyanto, Wakil Ketua Paguyuban Keluarga Besar ABA, menggambarkan betapa beratnya perjuangan mereka.

Di lokasi baru, 230 pedagang dan 60 jukir menggantungkan hidup pada arus wisatawan yang tak kunjung deras.

"Pada hari-hari biasa kami datang hanya untuk memastikan tempat itu belum sepenuhnya ditinggalkan," jelas Agil, Jumat (12/12/2025).

Kondisi itu berbanding terbalik saat mereka masih di TKP ABA, di mana minimal 20 bus wisata datang setiap hari. Di Menara Kopi, pada akhir pekan saja mereka hanya kedatangan 10–15 bus, sementara hari biasa nyaris tanpa aktivitas.

"Kalau bukan karena warga dan pedagang lain, mungkin saya sudah menyerah," ujarnya lirih.

Baca Juga: Target Wisata Sleman Saat Libur Nataru Turun, Dispar Pasang Proyeksi Lebih Realistis

Namun, takdir berkata lain. Penutupan Jembatan Kewek yang kritis mengubah total peta pergerakan wisatawan. Rekayasa lalu lintas yang diterapkan pemerintah memaksa bus-bus pariwisata dari arah timur mencari jalur alternatif.

Doni Rulianto, ketua pengelola Menara Kopi, menjelaskan bahwa portal pembatas tinggi di jalur Kridosono membuat bus tidak bisa melintas. Akibatnya, kendaraan besar itu kini diarahkan melalui jalur barat dan utara, yang muaranya tepat di kantong parkir Menara Kopi.

"Biasanya bus itu memang paling banyak masuknya dari arah barat. Nah sejak Kewek ditutup, jalur itu makin jadi satu-satunya. Jadi justru mulai muncul kehidupan lagi di lokasi ini," ungkap Doni.

Perubahan itu terasa signifikan. Jika sebelumnya mereka harus menunggu akhir pekan untuk melihat keramaian, kini denyut ekonomi mulai terasa bahkan di hari kerja. Pada Kamis (11/12/2025) saja, tercatat ada 17 bus pariwisata yang masuk.

"Biasanya kan cuma belasan. Ada perkembangan yang cukup terasa," tambahnya.

Meski asa kembali menyala, perjuangan belum usai. Agil menyoroti masalah lama yang tak kunjung tuntas: parkir liar. Menurutnya, kantong-kantong parkir resmi seperti Menara Kopi akan selalu ramai jika pemerintah tegas menertibkan parkir ilegal yang masih marak di beberapa titik.

Load More