SuaraJogja.id - Sejumlah pelajar asal Papua yang belajar di berbagai sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menolak untuk diprovokasi akan keluar dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Namun mereka berharap tidak ada lagi diskriminasi terhadap warga Papua.
Siswi SMA Stella Duce 1 Yogyakarta asal Jayapura Karina Kostafina mengatakan meski tak ingin lepas dari NKRI, dia berharap tidak ada diskriminasi terhadap warga Papua.
"Masalah kerusuhan harus diselesaikan dengan sebaik-baiknya agar semua warga merasa nyaman," katanya, Selasa (3/9/2019).
Sementara itu, siswa SMAN 10 Yogyakarta asal Manokwari Alexander Minifos mengaku tidak ingin terlibat dengan orang-orang yang melakukan provokasi terhadap anak-anak Papua di DIY untuk lepas dari Indonesia, termasuk informasi yang marak di media sosial (medsos). Sebab dia lahir, besar dan bersekolah di negara ini.
Baca Juga: Fadli Zon Sindir Jokowi: Blusukan ke Papua, Pembangunan yang Dibanggakan
"Tidak, tidak mau lepas dari Indonesia. Saya cinta negeri ini," katanya.
Meski sempat khawatir akan kondisi orang tuanya di Manokwari yang sempat rusuh, Minifos yakin persoalan di tanah kelahirannya itu bisa diselesaikan. Apalagi, ada dukungan dari keluarga dan pihak sekolah yang selalu melindunginya.
"Saya ingin melanjutkan kuliah di Brawijaya biar bisa bangun Papua," ungkapnya.
Hal senada disampaikan pelajar asal Papua lainnya, Yohanes Richardo. Kerusuhan yang membuat kotanya hancur, tak lantas membuatnya takut tinggal di Yogyakarta dan menjadi bagian dari NKRI.
"Orang tua saya di Papua, toko di depan rumah kami hancur saat kerusuhan. Orang tua khawatir kondisi di sini tapi tetap ngomong harus fokus sekolah tidak perlu pulang," ungkapnya.
Baca Juga: Rudiantara: Pencabutan Blokir Internet di Papua Dilakukan Bertahap
Pun serupa dengan pelajar asal Nabire Yosua Agapa yang mengaku tidak ingin ikut-ikutan berdemo untuk lepas dari Indonesia. Yosua yang memilih kos di dekat sekolah juga tidak merasa terancam keamanannya.
"Jogja aman kok, tidak ada masalah walaupun ada demo. Sekolah juga selalu pantau saya," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala SMAN 10 Yogyakarta Basuki mengungkapkan selama ini kerap memantau siswa asal Papua lewat keterlibatan wali kelas. Sekolah juga melakukan pembinaan pada anak-anak sejak mereka masuk ke sekolah di kelas X.
"Mereka merupakan anak-anak baik dan cerdas. Tidak pernah ada masalah. Tahun ini ada lima anak asal Papua yang sekolah di sini," ungkapnya.
Terpisah, Kepala SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta Slamet Purwo juga memastikan siswa asal Papua yang bersekolah di tempatnya juga aman.
"Kami selalu membantu kesulitan anak-anak yang sekolah disini untuk terus bisa berkomunikasi dengan orang tuanya di Papua," jelasnya.
- 1
- 2
Berita Terkait
Terpopuler
- Pemain Keturunan Berbandrol Rp208 M Kirim Kode Keras Ingin Bela Timnas Indonesia
- 6 Rekomendasi City Car Bekas Mulai Rp29 Jutaan: Murah dan Irit Bensin
- 9 Rekomendasi HP Murah Rp 1,5 Jutaan di Juni 2025, Duet RAM 8 GB dan Memori 256 GB
- Pemain Keturunan Rp 312,87 Miliar Juara EFL Masuk Radar Tambahan Timnas Indonesia untuk Ronde 4
- 5 Rekomendasi Mobil Bekas Kapasitas 8 Orang, Kursi Nyaman untuk Perjalanan Jauh
Pilihan
-
Persaingan Sengit Udinese vs Bologna Rekrut Jay Idzes: Bianconeri Siapkan Rp469 M
-
Penyerang Naturalisasi Timnas Indonesia Akhirnya ke Liga 1! Siap Bantu Tim Bersaing
-
Juara Liga Champions Minat Rekrut Pemain Keturunan Indonesia Berbandrol Rp243 M
-
4 Rekomendasi HP Murah Xiaomi dengan Layar AMOLED, Terbaik Juni 2025
-
Dikeroyok Negara Teluk, Timnas Indonesia Diprediksi Bisa Lolos dari Ronde Keempat
Terkini
-
Mbah Tupon Jadi Korban Mafia Tanah: JPW Desak Polda DIY Umumkan Tersangka
-
Motif Penumpang Begal Driver Ojol di Kalasan, Terlilit Utang Pinjol
-
Kiprah Sultan HB II di Jogja, Seminar Nasional Bakal Ungkap Perlawanan dan Pemikirannya
-
Ciamiknya Pakaian Bekas Disulap Jadi Berkelas di Ibis Styles Yogyakarta
-
Masa Depan Transportasi Pelajar Bantul: 3 Bus Sekolah Baru Segera Hadir, Apa Dampaknya?