Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Selasa, 03 September 2019 | 16:44 WIB
Pelajar asal Papua di SMA Negeri 10 Yogyakarta. [Suara.com/Putu Ayu P]

SuaraJogja.id - Sejumlah pelajar asal Papua yang belajar di berbagai sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menolak untuk diprovokasi akan keluar dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Namun mereka berharap tidak ada lagi diskriminasi terhadap warga Papua.

Siswi SMA Stella Duce 1 Yogyakarta asal Jayapura Karina Kostafina mengatakan meski tak ingin lepas dari NKRI, dia berharap tidak ada diskriminasi terhadap warga Papua.

"Masalah kerusuhan harus diselesaikan dengan sebaik-baiknya agar semua warga merasa nyaman," katanya, Selasa (3/9/2019).

Sementara itu, siswa SMAN 10 Yogyakarta asal Manokwari Alexander Minifos mengaku tidak ingin terlibat dengan orang-orang yang melakukan provokasi terhadap anak-anak Papua di DIY untuk lepas dari Indonesia, termasuk informasi yang marak di media sosial (medsos). Sebab dia lahir, besar dan bersekolah di negara ini.

Baca Juga: Fadli Zon Sindir Jokowi: Blusukan ke Papua, Pembangunan yang Dibanggakan

"Tidak, tidak mau lepas dari Indonesia. Saya cinta negeri ini," katanya.

Meski sempat khawatir akan kondisi orang tuanya di Manokwari yang sempat rusuh, Minifos yakin persoalan di tanah kelahirannya itu bisa diselesaikan. Apalagi, ada dukungan dari keluarga dan pihak sekolah yang selalu melindunginya.

"Saya ingin melanjutkan kuliah di Brawijaya biar bisa bangun Papua," ungkapnya.

Hal senada disampaikan pelajar asal Papua lainnya, Yohanes Richardo. Kerusuhan yang membuat kotanya hancur, tak lantas membuatnya takut tinggal di Yogyakarta dan menjadi bagian dari NKRI.

"Orang tua saya di Papua, toko di depan rumah kami hancur saat kerusuhan. Orang tua khawatir kondisi di sini tapi tetap ngomong harus fokus sekolah tidak perlu pulang," ungkapnya.

Baca Juga: Rudiantara: Pencabutan Blokir Internet di Papua Dilakukan Bertahap

Pun serupa dengan pelajar asal Nabire Yosua Agapa yang mengaku tidak ingin ikut-ikutan berdemo untuk lepas dari Indonesia. Yosua yang memilih kos di dekat sekolah juga tidak merasa terancam keamanannya.

Load More