Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Muhammad Ilham Baktora
Senin, 10 Februari 2020 | 14:57 WIB
Mantan Preman asal Semarang, Pri Anggono (kiri), menghapus tato peserta hapus tato tanpa syarat di warung Kongsuu, Dusun Pringgen, Desa Widodomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Senin (10/2/2020). - (Suara.com/Baktora)

SuaraJogja.id - Mengajak orang untuk berlomba-lomba dalam kebaikan bisa dilakukan setiap insan manusia. Namun, jika hal tersebut dilakukan seorang mantan preman, bagaimana jadinya?

Hal tersebut direalisasikan mantan preman asal Semarang yang berdomisili di Dusun Pringgen, Desa Widodomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Pri Anggono (43). Pria yang mengaku pernah bekerja sebagai debt collector di salah satu bank swasta tersebut memilih berhijrah setelah menonton film tentang bersedekah.

"Sejak SMP saya sudah nakal, sudah pakai tato hingga berjualan pil koplo. Karena ketahuan, akhirnya saya keluar dan tak melanjutkan sekolah. Hidup juga di jalanan dan dekat dengan maksiat, minum-minum, dan kegiatan tak bermanfaat lainnya," ungkap Pri, ditemui SuaraJogja.id di lokasi Hapus Tato Gratis Tanpa Syarat, Warung Kongsuu, Sleman, Senin (10/2/2020).

Lepas dari sekolah, Pri lebih sering hidup di jalanan. Pri mengisahkan, semasa masih menjadi preman di Jalan Pamularsih, Semarang, dirinya kerap mendapat jatah. Namun, uang yang diterimanya selalu habis untuk menenggak minuman keras hingga akhirnya dia kembali ke orang tua dan membantu pekerjaan ibunya.

Baca Juga: Penggugat KPK Sebut Nama Hasto Sekjen PDIP di Sidang Praperadilan

Masih menyandang status preman, laki-laki yang lebih senang dipanggil Pri Beruntung ini mendapat pekerjaan sebagai tukang jaga di salah satu rumah yang ada di Simpang Lima Semarang. Seiring berjalannya waktu, ia mendapat pekerjaan sebagai cleaning service di salah satu bank swasta.

Hidup dalam tekanan ekonomi, ia pun mencoba melamar menjadi karyawan bank, tetapi pemilik panti asuhan dan warung makan itu ditunjuk menjadi debt collector. Sehari-hari ia menagih para nasabah yang tunggakannya selalu melebihi batas waktu yang disepakati.

"Saya selalu mencapai target setiap kali melakukan pekerjaan. Namun lama-lama saya berpikir, apakah pekerjaan saya ini baik atau tidak, karena gaji saya diambil dari bunga bank itu sendiri. Karena kegelisahan itu, saya sempat menonton film tentang sedekah. Dari situ mulailah tergerak untuk lebih mendekat dengan Islam. Akhirnya saya keluar dari pekerjaan itu dan pertama kali saya keluar dan memilih berjualan soto bersama istri di dekat kampung [Widodomartani]," ungkapnya.

Mantan Preman asal Semarang, Pri Anggono, diwawancarai di warung miliknya di Dusun Pringgen, Desa Widodomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Senin (10/2/2020). - (Suara.com/Baktora)

Tahun 2012, setelah pindah ke Ngemplak, Sleman, merupakan langkah awalnya mengarungi hidup yang lebih baik. Meski mendapat banyak cobaan, tekad untuk berhijrah akhirnya mendapat kemudahan pada 2013. Tak ingin berhenti di situ, ia lantas membangun panti asuhan bernama Darul Qolbu sebagai bentuk amalnya, dengan harapan bisa menghapus dosa yang pernah Pri lakukan.

Ia menjelaskan, memilih membangun panti asuhan tidak lain karena ia peracaya, umat yang membantu anak yatim piatu akan dimudahkan jalannya oleh Allah SWT.

Baca Juga: Jurus Jitu Pemerintah AS Lacak dan Tangkap Imigran Gelap

"Mulai dari membangun panti ini, makin hari saya mencoba mengajak orang lain dan tentunya diri saya sendiri mendekat kepada Allah, alhamdulilah selalu diberi kemudahan. Pada akhirnya saya melihat banyak orang yang ingin berhijrah, tapi malu karena masih memiliki tato. Saya melihatnya orang-orang yang hidup di jalanan seperti yang saya alami sebelumnya," terang dia.

Pri menilai, semua orang punya kesempatan untuk kembali ke jalan yang benar. Pihaknya pun membuka wadah, salah satunya dengan membuka layanan hapus tato tanpa syarat ini.

Tak hanya orang-orang dengan keyakinan Islam saja yang diperbolehkan menghapus tato dengan layanan milik Pri. Seluruh masyarakat bisa menghapus tato di sana, tetapi harus sabar lantaran banyaknya jumlah anak yang mengantre.

Layanan tersebut dia buka tiap hari dengan gratis. Hal itu dilakukan karena beberapa layanan hapus tato yang lain bisa menghabiskan ratusan ribu hingga jutaan rupiah.

Salah seorang karyawan warung Kongsuu mengoles cairan khusus sebelum menghapus tato dengan laser di warung Kongsuu, Dusun Pringgen, Desa Widodomartani, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Sleman, Senin (10/2/2020). - (Suara.com/Baktora)

"Satu ukuran KTP saja, pasien hapus tato harus membayar sekitar Rp500 ribu. Namun karena kami memiliki alat sendiri yang dibantu teman-teman lain, kami buka gratis. Jadi saat sekali selesai dilakukan hapus tato dengan laser, satu atau dua bulan lagi dia bisa kembali lagi. Jadi kami ingin memotivasi orang yang belum hijrah dan ingin kembali ke jalan yang lurus karena saat melakukan penghapusan tato, saya juga bercerita soal hijrah dan dakwah" ungkapnya.

Layanan gratis itu dia buka di warung makan miliknya bernama Kongsuu (Kongkow Sambil Nyusu). Pri memanfaatkan salah satu gubuk berukuran 4x3 meter sebagai tempat hapus tato. Peserta yang hadir bisa mencapai 30 orang dalam sehari. Tak perlu syarat khusus untuk melakukan hapus tato di warung makan miliknya.

"Baberapa layanan hapus tato gratis memang ada yang punya syarat khusus seperti menghafal surat atau membaca Al-qur'an, tapi layanan yang saya buka ini tak ada syarat seperti itu, silakan bagi siapa pun yang berkenan menghapus tato datang ke lokasi kami," ungkapnya.

Pri menerangkan bahwa layanan tersebut tak dipungut biaya. Namun, di salah satu sudut lokasi hapus tato terdapat kotak infak. Peserta bisa menyedekahkan sedikit hartanya lewat kotak tersebut.

"Saya juga mengajak masyarakat bahwa rezeki manusia itu tak sepenuhnya milik mereka. Ada rezeki lain yang harus diberikan kepada sesama manusia lewat cara sedekah. Nantinya, uang yang terkumpul akan dimanfaatkan untuk anak-anak panti asuhan Darul Qolbu," terang Pri.

Salah seorang peserta asal Desa Tamantirto, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Wawan Prianto (40), mengungkapkan alasan dia memilih menghapus tato, yaitu karena malu. Di sisi lain, anaknya juga meminta dia untuk membersihkan tato yang dia miliki.

"Setelah lulus SMA saya sudah buat tato di lengan kanan dan tangan kiri. Dulu itu tertarik pakai tato karena pandangan orang bertato itu seperti jagoan, tapi karena sudah tua dan ingat punya anak, saya ingin menghapus tato. Itu juga karena anak yang meminta dan memberi info hapus tato gratis ini," kata dia.

Wawan berpesan kepada anak muda untuk memikirkan matang-matang jika ingin membuat tato di tubuhnya supaya ketika menginjak usia tua tak akan muncul rasa sesal seperti dirinya.

Load More