Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Selasa, 10 Maret 2020 | 16:18 WIB
[Ilustrasi] Simulasi penanganan pasien yang terdeteksi Virus Corona di RS Margono Soekarjo Purwokerto. [Suara.com/Anang Firmansyah]

SuaraJogja.id - Orang dalam pemantauan (ODP) virus Corona Covid-19 di rumah sakit rujukan RSUD Wates hingga Selasa (10/3/2020) bertambah menjadi lima orang. Semua pasien dirawat karena mengalami keluhan batuk dan pilek sehabis pulang umrah.

Informasi tersebut disampaikan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit drg Th Baning Rahayujati dalam acara Puskesmas Wates untuk sosialisasi tentang Covid-19 kepada lintas sektor di Kecamatan Wates. Ia mengatakan bahwa dari laporan yang diterimanya, ada lima orang yang sudah masuk rumah sakit terkait Covid-19.

Rinciannya, empat orang rawat inap dan satu orang rawat jalan. Kelimanya terdiri dari tiga orang laki-laki dan dua orang perempuan. Satu laki-laki rawat jalan, sementara sisanya, dua laki-laki serta dua perempuan, masih disolasi. Semua pasien tersebut disebutkan sudah lansia.

"Untuk pasien yang dirujuk ke RSUD Wates, sampai pagi tadi saya mendapat informasi semua masih dalam pemantauan, belum masuk dalam pasien dalam pengawasan," kata Baning.

Baca Juga: Korban yang Ditabrak Bus TransJakarta Ternyata Istri Irjen Boy Rafli

Sampai saat ini, kondisinya dikabarkan makin membaik. Aktivitasnya sesuai standar, masih seperti biasa karena memang belum diarahkan menjadi pasien dalam pengawasan (PDP).

Baning menuturkan bahwa pasien tersebut memang dipisahkan dengan pasien lain, keluarga, dan pengunjung serta sebisa mungkin meminimalisasi kontak dengan orang lain.

Ia menjelaskan, pasien ada yang datang sendiri, ada juga yang dari rujukan Puskesmas karena memang ada gejala yang mengarah ke sesak napas. Hal itu yang mengharuskan pasien itu dirujuk ke RSUD Wates untuk ditentukan apakah masuk dalam PDP atau tidak.

"Masih ditunggu perkembangan hingga 14 hari. Namun, kalau kondisinya sudah baik, mungkin akan dipulangkan. Kami menunggu informasi dari rumah sakit. Karena tidak masuk dalam pasien dalam pengawasan, maka tidak diambil spesimennya, kita menggunakan penentuan diagnosis, sesuai standar yang ada," imbuhnya.

Ia menambahkan agar masyarakat makin bisa memahami apa itu Covid-19. Menurutnya, permasalahan yang terjadi sekarang adalah, kasusnya relatif tidak banyak dibanding penyakit menular yang lain, tapi keresahan masyarakat akibat kemudahan info yang cepat masuk dan salah membuat masyarakat panik, sehingga tidak jarang masyarakat melakukan tindakan-tindakan yang sebenernya tidak diperlukan. Baning menegaskan perlunya membenarkan informasi agar masyarakat tenang, tetapi tetap waspada.

Baca Juga: RSPI Sulianti Saroso Obati Pasien Corona dengan Konten Video

Selanjutnya, Baning mengatakan, terdapat empat tahapan dalam penentuan status pasien. Pertama adalah orang dalam pemantauan, yaitu orang yang batuk, pilek, dan pernah mengunjungi negara yang terjangkit Covid-19.

Selanjutnya, pasien dalam pengawasan, yaitu orang dalam pemantauan tapi memiliki gejala pneumonia dan harus dibuktikan dengan foto rontgen. Kemudian, pasien dalam pengawasan itu akan diambil spesimennya lalu dikirimkan ke Litbangkes. Jika hasilnya itu corona, baik corona jenis H5N1 atau H1N1, pasien itu disebut pasien "probable". Namun, jika positif Covid-19, sebutannya menjadi pasien "confirmed".

Kades Ngestiharjo Umarotun Asyifah, yang ditemui di tempat yang sama, mengatakan akan melakukan berbagai upaya untuk memberikan informasi yang benar kepada masyarakat agar tidak terjadi kepanikan.

"Saya akan berusaha memberikan informasi yang benar terkait Covid-19 semampu saya walaupun mungkin dengan keterbatasan saya agar masyarakat tidak panik," katanya.

Ia juga menganjurkan masyarakat untuk tidak takut melaporkan diri ke Puskesmas terdekat setelah berkunjung ke luar negeri.

Load More