SuaraJogja.id - Bergerak untuk kemanusiaan adalah prinsip yang dipilih Septiadi Pitianta, salah satu relawan Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Sleman. Ia sudah bergabung di relawan kebencanaan dan kemanusiaan sejak 2006 silam.
Berbagai kejadian yang ia lewati sejak erupsi Gunung Merapi tahun 2006 silam menjadikan dirinya lebih dekat dengan alam dan masyarakat.
Ditengah wabah corona saat ini, ayah tiga anak itu menceritakan pengalaman mistis selama menjadi Satgas Covid-19 PMI Sleman. Adi mengatakan, dari 12 kali memakamkan jenazah diduga Covid-19, 11 diantaranya dilakukan saat malam hari.
"Tim kami namakan Tim Pendak Bengi Sobo Makam (tim tiap malam mengunjungi makam) atau TPBSM. Karena setiap memakamkan jenazah kebanyakan pada saat malam," kelakar Adi saat ditemui Suarajogja.id di kantor PMI Sleman, Kamis (7/5/2020).
Baca Juga: Kisah Keluarga Dul dan Anaknya yang Berusia 13 Bulan Hidup di Becak Sewaan
Pria yang akrab dipanggil Adi ini menuturkan, pemakaman biasa dilakukan dini hari. Terkadang, bahkan prosesi pemakaman memakan waktu hingga subuh bahkan pagi hari.
"Sebelum memakamkan, saya bersama teman harus bertemu dengan pemangku wilayah untuk memberitahu bahwa ada pemakaman jenazah di TPU setempat. Biasanya jam 10 malam saya sudah datang ke makam. Bayangkan saja waktu malam seperti itu kami masuk ke dalam lingkungan makam," kisah adi.
Biasanya, ia selalu mengucapkan salam sebelum masuk ke dalam area pemakaman. Hal serupa juga dilakukan relawan lain yang biasa memakamkan jenazah diduga Covid-19 saat malam hari.
"Jadi kami tetap kulonuwon sebelum masuk dan berdoa juga setelah selesai pemakaman. Artinya kami mencoba menghormati penunggu yang ada di makam tersebut," kata Adi.
Adi menceritakan ia bersama timnya pernah beberapa kali mengalami hal mistis saat bertugas. Tidak hanya sekedar menampakkan diri, beberapa kali timnya juga diajak berkomunikasi dengan makhluk tak kasat mata.
Baca Juga: Jalanan Sepi karena PSBB, Puluhan Mobil Dibawa Kabur Maling
"Pernah ketika memakamkan di TPU wilayah Kalasan pada bulan April. Biasanya kami mengantar jenazah menggunakan 2 mobil. Satu ambulance untuk personil dan lainnya untuk jenazah. Namun karena pada hari itu harus memakamkan 2 jenazah, alhasil mobil yang biasanya ditumpangi personil juga digunakan untuk membawa jenzah," ujarnya.
Berita Terkait
-
Negara Kaya Wajib Bantu Negara Berkembang? Ini Tuntutan AHF di WHO Pandemic Agreement
-
Sejarah Erupsi Gunung Lewotobi dari Masa ke Masa, Terbaru Telan 10 Nyawa
-
Kartu Prakerja Catat Prestasi Signifikan Hingga Dapat Puja-puji Dunia
-
Dharma Pongrekun Sebut Penyebab Tanah Abang Sepi Akibat Pandemi Covid-19
-
Kawal Masyarakat Indonesia Selama Pandemi Covid-19, 10 Tahun Jokowi Catat Kemajuan Pesat Bidang Telemedicine
Tag
Terpopuler
- Tanggapi Kisruh Andre Taulany Parodikan Gelar Raffi Ahmad, Feni Rose: Lagian Kantor yang Kasih di Ruko
- Berani Minta Maaf ke Lembaga Kerukunan Sulsel, Denny Sumargo Dapat Dukungan dari Sumatera sampai Papua
- Harta Kekayaan Roy Suryo yang Dituduh sebagai Pemilik Akun Fufufafa
- Profil Lex Wu: Tantang Ivan Sugianto Duel usai Paksa Anak SMA Menggonggong
- Geng Baru Nikita Mirzani Usai Lepas dari Fitri Salhuteru Disorot: Circlenya Lebih Berkualitas
Pilihan
-
Emiten Leasing Boy Thohir PHK Ribuan Pekerja dan Tutup Kantor
-
Prediksi Robby Darwis: Timnas Indonesia vs Jepang, Kevin Diks Jadi Kunci?
-
Nilai Tukar Rupiah Merosot Pagi Ini Jelang Rilis Neraca Perdagangan
-
3 Tim Mahal dari Liga 2: Skuat Bernilai Miliaran Rupiah!
-
Pemerintah Mau Hapus BPHTB Hingga Permudah Izin Pembangunan
Terkini
-
Gegara Emak-emak, KA Kahuripan Terlambat Berangkat di Stasiun Lempuyangan
-
Kasus Anjing Gigit Warga di Cangkringan Berakhir Damai, Korban Terima Tali Asih
-
Bawaslu Yogyakarta Surati Tiga Paslon Terkait Pelanggaran Ribuan APK
-
Perahu Terbalik Digulung Ombak, Seorang Nelayan Ditemukan Tewas di Pantai Watulumbung Gunungkidul
-
Gugatan Kepada PT KAI Berlanjut, Keraton Yogyakarta Ingatkan Kepemilikan Lahan Kasultanan