Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Rabu, 13 Mei 2020 | 05:10 WIB
Pedagang kolang-kaling, Tukirah, menunjukkan kolang-kaling dagangannya yang masih banyak dalam tong plastik pada Selasa (12/5/2020) di Pasar Wates, Kulon Progo. - (SuaraJogja.id/Hiskia Andika)

SuaraJogja.id - Di Indonesia, bulan Ramadan menjadi ajang bagi penjual takjil atau makanan pembuka puasa untuk menjajakan dagangannya berjejer-jejer di pinggir jalan. Meski di tengah pandemi Covid-19, tradisi itu nyatanya tidak begitu saja hilang, tetapi tetap ada yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.

Jumlah pembeli jadi pembeda. Pada keadaan normal, biasanya di tempat-tempat strategis sudah sangat ramai dijejali pembeli di sore hari jelang buka puasa. Sayangnya saat ini tidak demikian, kenyataan itulah yang sekarang dikeluhkan salah satu pedagang kolang-kaling di Pasar Wates, Kulon Progo, Tukirah.

Kolang-kaling biasanya menjadi salah satu primadona di bulan Ramadan, sehingga penjualannya bisa meningkat, tetapi sekarang kebalikannya. Penjualan kolang-kaling Tukirah saat ini tengah merosot tajam dibanding sebelumnya.

Perempuan yang sudah hampir 30 tahun menghabiskan waktunya untuk berjualan kolang-kaling ini tidak menyangka kondisi saat ini sebegitu parahnya. Ia mengatakan, Ramadan tahun ini adalah bulan paling lesu untuk penjualan kolang-kalingnya.

Baca Juga: PMI Terima Bantuan 30 Ventilator untuk RS Rujukan Covid-19

"Ini penjualan paling buruk sejak 30 tahun saya berjualan," ujar Tukirah, ditemui SuaraJogja.id di Pasar Wates, Selasa (12/5/2020).

Penurunan jumlah penjualan kolang-kaling milik Tukirah mencapi 50% jika dibanding Ramadan tahun lalu. Dikatakannya, tahun lalu satu kuintal lebih kolang-kaling bisa ludes, tetapi kini hanya 50-60 kilogram per hari saja sudah bagus baginya.

Penjualan partai besar pun sangat terasa drastis kemerosotannya. Pembelian perseorangan bahkan tidak dapat menutup hal itu. Sempat naik di tiga hari awal Ramadan, Tukirah menyebutkan, penjualan kolang-kaling kembali terjun dan akhirnya landai di hari-hari berikutnya.

"Ya masih ada beberapa yang beli banyak, misal 10 kilogram buat dijual lagi, tapi tetap enggak sebanyak kalau biasanya [partai besar], lumayanlah," ucapnya.

Tukirah mengatakan, kolang-kaling sangat pas jika disajikan sebagai menu es campur, yang biasa dinikmati bersama semangkuk bakso. Ia pun menduga, pandemi Covid-19 mengakibatkan banyak tukang bakso terpaksa menutup warung karena sepi pembeli.

Baca Juga: Listrik Mesin Cetak Label Obat Bocor, Seorang Pria Tewas Tersetrum

Nasib serupa juga dirasakan komoditi sejenis yang kerap menjadi santapan wajib untuk berbuka puasa, seperti cincau, cendol, dan jeli. Cincau contohnya, kemerosotan penjualan mencapai 50%.

Load More