Scroll untuk membaca artikel
M Nurhadi
Rabu, 13 Mei 2020 | 12:48 WIB
Bedug Nyai Pringgit di Masjid Gede Mataram, Yogyakarta. [Times Indonesia]

Saking besarnya bedug ini, lubang depan dan belakang ditutup dengan kulit banteng dengan jumlah pakuan 120 buah untuk bagian depan dan 98 buah untuk bagian belakang. Bedug itu lalu dinamai Kyai Bagelen atau Pendowo.

Pada 3 Mei 1936, kulit bedug bagian belakang sempat mengalami kerusakan dan diganti dengan kulit sapi ongale (benggala) dan sapi pemacek yang berasal dari Desa Winong, Kecamatan Kemiri, Purworejo.

Kini, Bedug Kyai Bagelen diletakkan di sebelah dalam serambi masjid. Suaranya akan terdengar saat jamaah salat wajiib.

Selain itu, bedug juga ditabuh saat melaksanakan salat Ied dan kegiatan-kegiatan keagamaan tertentu. Tidak hanya kegiatan keagamaan saja, saat detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Bedug Kyai Bagelen juga ditabuh guna memberi penghormatan.

Baca Juga: Pengawalan Pasien Virus Corona Kabupaten Simeulue

2. Bedug Nyai Pringgit

Bedug ini ada di Masjid Gede Mataram yang terletak di Dusun Sayangan RT 04 Jagalan, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul. Sesuai dengan namanya, bedug ini merupakan hadiah dari Nyai Pringgit yang berasal dari Kulon Progo.

Konon, berdasarkan cerita turun temurun, Nyai Pringgit menggendong sendiri bedug ini dari Kulonprogo hingga tiba ke Masjid Gede Mataram.

3. Bedug Masjid Jami' Madandan

Masjid Jami' Madandan yang dibangun pada tahun 1858 adalah masjid pertama yang dibangun di tanah tersebut. Masjid terletak di Kabupaten Tana Toraja ini dibangun oleh Opu Den Ma'Kalu atau Andi Budu' dari Kota Palopo.

Baca Juga: Bupati Aceh Barat Minta PT Pos Hentikan Sementara Penyaluran Bansos

Nasrullah Sa'pang Allo pengurus masjid mengatakan, bedug pertama di Toraja ini tetap digunakan hingga kini meski sudah berusia ratusan tahun.

Load More