SuaraJogja.id - Pelan tapi pasti, tangan kanan Suster Mariati mengambil adonan tahu dan telur yang telah dicampur membentuk bola. Usai terbentuk, dirinya meletakkan adonan diatas mie yang telah diremukkan.
Sambil membuat adonan, suster yang juga sebagai Koordinator Syantikara Youth Center ini juga mengecek minyak yang dia panaskan di atas kompor. Satu-persatu, adonan yang dia sebut bola-bola tahu kribo itu dimasukkan ke dalam minyak panas.
Tak hanya sendiri, Suster Mariati dibantu sejumlah relawan dan suster lainnya memasak hingga menyiapkan puluhan makanan yang akan diambil mahasiswa indekos di Yogyakarta.
"Menu hari ini adalah nasi ungu, bola-bola tahu kribo, tempe goreng dan juga terong balado," kata Suster Mariati ditemui SuaraJogja.id di Syantikara Youth Center, Jalan Colombo, Caturtunggal, Depok Sleman, Rabu (15/7/2020).
Aktivitas memasak dan menyiapkan makanan ini rutin dilakukan wanita 49 tahun tersebut bersama relawan dan karyawan di Syantikara Youth Center. Mulai Senin-Sabtu puluhan bahkan ratusan boks plastik transparan selalu diletakkan di depan taman parkir Syantikara untuk diambil mahasiswa secara gratis pada pukul 15.30 wib.
"Mereka jelas terdampak di tengah pandemi Corona. Ada yang terlambat mendapat uang kiriman, ada yang memang tidak ada uang. Sehingga langkah ini saya ambil untuk membantu mereka bertahan di tengah wabah," ungkap Mariati sambil sesekali membuat adonan menjadi bola.
Ia mengisahkan, ide itu tercetus saat dirinya membuat sebuah minuman kesehatan yakni Serai Jeruk Nipis (Seruni) dan juga Jahe Kunir Temulawak (Jakute). Awalnya sempat kesulitan karena hanya dibantu dua orang karyawan. Belakangan ia kemudian merekrut mahasiswa sebagai relawannya.
"Mereka kami ajak untuk membuat minuman kesehatan tersebut. Saya membimbing tujuh orang dan semuanya saya beri fasilitas tempat tidur di komplek Syantikara. Nah saya juga melihat, ternyata mahasiswa ini menjadi kelompok yang cukup terdampak oleh Covid-19. Akhirnya saya membuat makanan gratis ini kepada mahasiswa dengan dana seadanya," jelas dia.
Niat baik Suster Mariati tak sepenuhnya berjalan mulus. Dirinya berjualan makanan dengan harga murah Rp3 ribu terlebih dahulu. Hasil uang tersebut dia belanjakan bahan makanan untuk dimasak dan diberikan kepada mahasiswa terdampak.
Baca Juga: Pemotor Tewas Tabrak Truk di Sleman, Warga Sebut Truk Minim Tanda Berhenti
Kepedulian sosial untuk membantu sesama terus dia lakukan hingga dilihat oleh beberapa Romo. Dari aksi sosial tersebut, banyak donatur yang datang memberi bantuan dana dan bahan makanan.
"Akhirnya ada bantuan dana dan juga bahan makanan untuk menjalankan aksi sosial ini. Tiap pekannya saya membuat laporan kepada donatur terhadap aktivitas pembagian nasi gratis tersebut," kata Mariati.
Tidak hanya soal memberi, wanita yang ditahbiskan sebagai Suster pada 1990 ini juga menerapkan berbagi secukupnya dan berhemat. Pasalnya, jika makanan yang dibuat terlalu berlebihan, hal itu tentu merugikan orang yang seharusnya mendapat hak untuk menerima.
"Jadi kami buat sebuah grup WhatsApp yang berisi mahasiswa indekos. Jadi sehari sebelum makanan ini dibuat, mereka mendaftar terlebih dahulu di grup. Kami ingin mengajarkan mereka untuk disiplin dan juga berbagi dengan cara yang baik," kata dia.
Suster Mariati juga menerapkan prinsip untuk berhemat. Donasi yang dia terima dia belanjakan sesuai kebutuhan mahasiswa yang mendaftar.
"Donasi ini kan harapannya bisa digunakan untuk hari-hari selanjutnya. Sehingga tidak dihabiskan saat itu juga, tapi bisa dihemat untuk hari lain. Maka ini perlu kami contohkan kepada mahasiswa dan juga relawan yang ada di sini," ungkapnya.
Syantikara Youth Center diketahui berfokus pada kegiatan remaja dan pemuda. Namun tak seluruhnya menyasar kelompok masyarakat tersebut, lansiapun juga menjadi sasaran dari unit sosial di bawah Yayasan Syantikara itu.
"Kami bergerak di bidang sosial. Apalagi di tengah wabah seperti ini banyak hal yang perlu kami lakukan. Artinya kami berupaya untuk memberi manfaat untuk bangsa termasuk anak muda yang nantinya akan memimpin bangsa ini dengan berbagai ilmu, baik rohani dan keterampilan," jelas dia.
Seorang relawan asal Nias, Sumatera Utara, Joni mengaku tak hanya mendapat ilmu dan keterampilan di Syantikara. Pria 20 tahun ini juga belajar bagaimana menjaga perilaku dan menghargai orang lain.
"Banyak hal yang saya dapat selama tiga bulan di sini. Terutama tumbuh rasa peduli dan menghargai orang lain. Dari sini juga saya bisa menghargai diri saya sendiri sebagai pemuda. Tentunya harus bisa bermanfaat untuk masyarakat, minimal di lingkungan tempat kita tinggal," kata Joni.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Dukung Konektivitas Sumatra Barat, BRI Masuk Sindikasi Pembiayaan Flyover Sitinjau Lauik
-
Hidup dalam Bayang Kejang, Derita Panjang Penderita Epilepsi di Tengah Layanan Terbatas
-
Rayakan Tahun Baru di MORAZEN Yogyakarta, Jelajah Cita Rasa 4 Benua dalam Satu Malam
-
Derita Berubah Asa, Jembatan Kewek Ditutup Justru Jadi Berkah Ratusan Pedagang Menara Kopi
-
BRI Perkuat Pemerataan Ekonomi Lewat AgenBRILink di Perbatasan, Seperti Muhammad Yusuf di Sebatik