Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana
Kamis, 20 Agustus 2020 | 21:43 WIB
Tokoh Dian di film Tilik - (YouTube/Ravacana Films)

Melalui persiapan selama empat bulan, Elena dan timnya pun membutuhkan waktu yang cukup pendek untuk syuting selama empat hari di kawasan Imogiri, Bantul hingga Gamping, Sleman. Proses editing sendiri membutuhkan waktu sekitar tiga bulan hingga film tersebut diluncurkan pada akhir 2018.

Pemilihan Ozie sebagai Bu Tejo yang fenomenal di medsos pun juga sudah direncanakan. Meski memakai proses casting, Elena, yang mengenal akting Ozie dalam berbagai teater, langsung berpikir bahwa tokoh Bu Tejo harus dimainkan seniman perempuan tersebut.

Film Tilik [Youtube/Ravacana Films]

"Ada fenomena dalam film Tilik yang kami angkat dari kultur, seperti edukasi crosscheck yang tidak merata di seluruh Indonesia. Ini sesuai kampanye pilpres saat itu, dan Tilik jadi bahan untuk diskusi lagi kalau informasi jangan ditelan mentah mentah. Bukan sekedar kearifan lokal, [plot] film ini lebih pada kedekatan selama ini, jadi apa yang dialami [sehari-hari], tapi kami membebaskan masyarakat dalam mengintepretasi film ini," jelasnya.

Film ini ternyata mendapatkan sambutan yang luar biasa dalam sejumlah festival hingga akhirnya menjadi pemenang untuk Kategori Film Pendek Terpilih pada Piala Maya 2018, Official Selection Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF) 2018, dan Oficial Selection World Cinema Amsterdam 2019.

Baca Juga: Jalan Bantul - Sleman Ini Jadi Saksi 'Lambe Nyinyir' Bu Tejo di Film Tilik

Sebelummya Elena memproduseri tiga film yang juga mengangkat isu sosial. Sebut saja Film Nilep pada 2015, Singsot pada 2016, dan Kodok pada 2017 lalu.

Dalam peringatan ke-75 Kemerdekan Republik Indonesia (RI) pada 17 Agustus 2020 kemarin, Elena dkk mengunggah film Tilik di kanal YouTube. Tak disangka, selama beberapa hari saja, film yang juga dibintangi Brilliana Desy sebagai Yu Ning, Angeline Rizky sebagai Bu Tri, dan Dyah Mulani sebagai Yu Sam ini mendapatkan reaksi yang luar biasa dari warganet.

Setelah filmnya trending di Twitter, tim Elena pun membuat subtitle dalam bahasa Inggris pada Kamis pagi agar film tersebut bisa dinikmati semua orang.

Bumbu-bumbu cerita yang menyertai film, seperti kisah Dian, yang ternyata banyak dipersepsikan sebagai perebut laki orang alias pelakor, makin membuat film ini disukai masyarakat.

Padahal, kisah Dian yang ditampilkan di akhir film tersebut menyertakan pesan moral akan kemerdekaan dalam kemandirian, yang seharusnya dimiliki perempuan, tanpa bergantung pada laki-laki.

Baca Juga: Selain Tilik, Ini 7 Film Pendek Jogja yang Bisa Ditonton di YouTube

Inspirasi tersebut didapat Elena, Agung, dan Bagus dari ketiga ibu mereka masing-masing, yang merupakan perempuan mandiri di mata anak-anaknya.

Load More