Berbicara soal perempuan sebagai penyumbang sampah terbesar, Ani dengan tegas menejelaskan bahwa penggunaan pembalut sekali pakai disebabkan karena suatu keterpaksaan. Sebab konstruksi yang terbangun menggiring perempuan yang menstruasi untuk menggunakan pembalut sekali pakai, sebagai solusi yang dianggap paling praktis dan tak mengganggu produktivitas.
Hal ini yang menurut Ani membuat perempuan masih jauh dari rasa nyaman dan aman, sekaligus pilihan perangkat yang bisa digunakan saat menstruasi.
"Kita enggak paham, oh ternyata kita tuh harusnya menstruasi bisa dengan rasa aman dan nyaman, yaitu harusnya kita punya pilihan-pilihan dalam memilih support system, dalam hal ini alat serap darah menstruasi. Kalau ingat juga dulu di sekolah anak perempuan SMP atau SMA musti dibagiin (pembalut) gratis artinya ini jadi satu konstruksi sosial masyarakat bahwa perempuan menstruasi harus memakai pembalut sekali pakai, tapi kita tidak dikenalkan alternatif lain atau pilihan lain," jelasnya.
Menurut Badan Anak-Anak PBB, UNICEF menyatakan bahwa banyak anak perempuan tidak memiliki pemahaman yang lengkap dan akurat tentang menstruasi sebagai proses biologis yang normal. Hal ini disebabkan karena ketabuan masyarakat terkait dengan menstruasi itu sendiri.
Baca Juga: Olahraga yang Tepat Selama Menstruasi, Apa yang Perlu Diperhatikan?
Biyung pun melihat fakta itu sendiri di lapangan. Lewat salah satu kegiatan di padukuhan Gunung Kidul, Ani menyatakan bahwa para perempuan yang ia temui kebanyakan mengaku mengalami masalah karena pembalut sekali pakai.
Semakin banyak perempuan yang bercerita padanya, ia semakin manyadari bahwa sebenarnya perempuan memiliki banyak keluhan akibat menstruasi namun jarang membicarakannya secara gamblang.
"Mereka banyak yang mengalami iritasi dan infeksi, sebenarnya banyak yang mau bicara tapi tidak tahu mau bicara sama siapa. Ya udah seperti ini nasib kita perempuan kalau menstruasi bonusnya iritasi gatal-gatal kalau pakai pembalut sekali pakai," ungkapnya.
Ketidaknyamanan perempuan dengan menstruasi, menurut Ani terlihat pada respon awal saat Biyung mengampanyekan pembalut kain. Berdalih pada efektivitas, efisiensi, dan kepraktisan, kebanyakan perempuan akan lebih memilih pembalut sekali pakai daripada pembalut kain.
"Di situlah ada persoalan yang enggak selesai, kita dijauhkan dari tubuh kita, dibuat tidak suka dengan mesntruasi, sehingga ketika tidak suka dengan menstruasi maka kita akan mencari sesuatu yang sepraktis mungkin untuk tidak berurusan dengan menstruasi,” terangnya.
Baca Juga: Mulanya Menstruasi Tidak Teratur, Wanita Ini Didiagnosis Kanker Serviks!
Padahal pada tahun 2015, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menemukan kandungan klorin atau zat pemutih pada 9 merek pembalut dan 7 merek pantyliner yang beredar di pasaran Indonesia. Menurut lembaga tersebut, klorin dalam pembalut sekali pakai bias meningkatkan iritasi, gatal-gatal, keputihan dan dalam jangka panjang bisa memicu kanker serviks.
Berita Terkait
-
Kepingan Mosaik Keadilan Reproduksi bagi Perempuan Korban Kekerasan Seksual
-
7 Pengobatan Alami untuk Nyeri Haid yang Terbukti Ampuh dari Rempah Indonesia
-
Minum Kopi Dapat Memperburuk Nyeri Haid, Mitos atau Fakta?
-
Haid di Bulan Ramadan, Wajib Ganti Puasa atau Cukup Bayar Fidyah?
-
Soroti Masalah Kesehatan Reproduksi Perempuan, Begini Kata Wamen PPPA Veronica Tan
Terpopuler
- Advokat Hotma Sitompul Meninggal Dunia di RSCM
- Jay Idzes Ditunjuk Jadi Kapten ASEAN All Star vs Manchester United!
- Kejutan! Justin Hubner Masuk Daftar Susunan Pemain dan Starter Lawan Manchester United
- Sosok Pria di Ranjang Kamar Lisa Mariana Saat Hamil 2021 Disorot: Ayah Kandung Anak?
- Hotma Sitompul Wafat, Pengakuan Bams eks Samsons soal Skandal Ayah Sambung dan Mantan Istri Disorot
Pilihan
-
LAGA SERU! Link Live Streaming Manchester United vs Lyon dan Prediksi Susunan Pemain
-
BREAKING NEWS! Indonesia Tuan Rumah Piala AFF U-23 2025
-
Aksi Kamisan di Semarang: Tuntut Peristiwa Kekerasan terhadap Jurnalis, Pecat Oknum Aparat!
-
Belum Lama Direvitalisasi, Alun-alun Selatan Keraton Solo Dipakai Buat Pasar Malam
-
IHSG Susah Gerak, Warga RI Tahan Belanja, Analis: Saya Khawatir!
Terkini
-
Rendang Hajatan Jadi Petaka di Klaten, Ahli Pangan UGM Bongkar Masalah Utama di Dapur Selamatan
-
Dari Perjalanan Dinas ke Upah Harian: Yogyakarta Ubah Prioritas Anggaran untuk Berdayakan Warga Miskin
-
PNS Sleman Disekap, Foto Terikat Dikirim ke Anak: Pelaku Minta Tebusan Puluhan Juta
-
Tendangan Maut Ibu Tiri: Balita di Sleman Alami Pembusukan Perut, Polisi Ungkap Motifnya yang Bikin Geram
-
Ribuan Umat Padati Gereja, Gegana DIY Turun Tangan Amankan Paskah di Jogja