SuaraJogja.id - Forum Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) DIY mendatangi Kompleks Kepatihan Yogyakarta untuk bertemu Gubernur DIY Sri Sultan HB X, Senin (2/11/2020). Mereka terdiri dari perwakilan BEM berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta di DIY.
Dalam pertemuan tersebut, mereka menyampaikan klarifikasi terkait aksi unjuk rasa buruh di DIY yang melibatkan bentrokan pada 8 Oktober 2020 lalu. BEM SI DIY menolak tuduhan terlibat dalam aksi perusakan sejumlah fasilitas dan sarana publik.
"Kami tidak berafiliasi dengan kepentingan politik praktis apa pun," ujar Koordinator Umum Forum BEM SI DIY Muhammad Asfar Yakib Untung usai audensi.
Berbagai aksi vandalisme yang terjadi dalam berbagai unjuk rasa, menurut Asfar, bukan agenda terencana mahasiswa.
Namun, aksi tersebut merupakan tindakan oknum-oknum tertentu yang ingin membuat gaduh untuk mengadu domba dan membuat gap antara masyarakat dan beberapa kelompok yang menyampaikan aspirasi.
Meski menolak terbitnya Omnibus Law UU Cipta Kerja, mahasiswa diharapkan menyampaikan aspirasinya dengan tertib. Demonstrasi disebutkan bisa menjadi jalan aspirasi terakhir yang bisa ditempuh bila menyangkut kepentingan masyarakat.
"Kami mengajak semua pihak untuk mengingat keistimewaan Yogyakarta yang mengedepankan kultur intelektualnya," ujarnya.
Sementara, Sekda DIY Baskara Aji mengungkapkan, Pemda tidak mempermasalahkan berbagai kegiatan mahasiswa, termasuk melakukan aksi unjuk rasa asal mereka meminta izin kepada pihak yang berwenang.
"Jangan melakukan aksi demo bila tidak ada izin dari kepolisian karena itu ketentuan," ujarnya.
Baca Juga: Perempuan Polandia Tuntut Pemerintah Batalkan Larangan Aborsi
Sultan, menurut Aji, juga berpesan agar mahasiswa bisa melihat kondisi saat berunjuk rasa. Bila ada potensi ditunggangi oknum-oknum tertentu, maka mereka diminta menunda atau membatalkan aksi tersebut untuk mengantisipasi aksi anarkis.
Apalagi sebagai mahasiswa, kata Aji, mereka dikirim ke kampus untuk belajar menimba ilmu. Kampus pun menargetkan mahasiswa minimal 80 persen harus hadir baik secara daring maupun luring untuk bisa lulus.
"Jangan sampai pulang tidak membawa ijazah, jangan kecewakan orang tua. Pada prinsipnya masyarakat DIY siap menjadi orang tua kedua dari mahasiswa luar daerah untuk belajar cepat sampai lulus," ungkapnya.
Seperti diketahui, unjuk rasa tolak Omnibus Law UU Cipta Kerja yang dilakukan buruh dan mahasiswa di Jogja pada 8 Oktober 2020 lalu diwarnai kericuhan.
Sejumlah fasilitas dan sarana serta kendaraan di beberapa titik mengalami kerusakan.
Kantor DPRD DIY pun rusak parah karena dilempari bom molotov dan berbagai benda lain. Salah satu restoran di kawasan Malioboro juga terbakar saat aksi berlangsung.
Berita Terkait
-
Perempuan Polandia Tuntut Pemerintah Batalkan Larangan Aborsi
-
Soal Pelanggaran Prokes Covid-19, Rocky: Pemerintah Gagal Yakinkan Publik
-
Injak Poster Macron, Emak-emak di Medan Serukan Boikot Produk Prancis
-
Detik per Detik, Begini Kronologi 62 Menit Operasi Pembakaran Halte Sarinah
-
Terungkap! Aksi Pembakaran Halte Sarinah Terorganisir, Siapa Pelakunya?
Terpopuler
- Breaking News! Akhir Pahit Mees Hilgers di FC Twente
- 'Ogah Ikut Makan Uang Haram!' Viral Pasha Ungu Mundur dari DPR, Benarkah?
- Satu Kata Misteri dari Pengacara Pratama Arhan Usai Sidang Cerai dengan Azizah Salsha
- Eks Feyenoord Ini Pilih Timnas Indonesia, Padahal Bisa Selevel dengan Arjen Robben
- Uya Kuya Klarifikasi Video Joget 'Dikira Rp3 Juta per Hari itu Gede'
Pilihan
-
Figur Kontroversial Era 98 Dianugerahi Bintang Jasa, Siapa Sebenarnya Zacky Anwar Makarim?
-
3 Rekomendasi HP Samsung Rp 1 Jutaan Terbaru Agustus 2025, Terbaru Galaxy A07
-
Shin Tae-yong Batal Dampingi Korea Selatan U-23, Rencana 'Reuni Panas' di Sidoarjo Buyar
-
Daya Beli Melemah, CORE Curiga Target Pajak RAPBN 2026 'Ngawang'!"
-
Prabowo Kirim 'Surat Sakti' ke DPR Demi Dua Striker Baru Timnas Indonesia
Terkini
-
Yogyakarta Siap Jadi Magnet Wisata Dunia: Ini Strategi Jitu Hadapi Tantangan Global
-
Warga Jogja Merapat! Link DANA Kaget Aktif Baru Dibagikan, Siapa Cepat Dia Dapat!
-
Residen RSUP Dr Sardjito Jadi Korban Amukan Keluarga Pasien, Ini Kronologi dan Fakta Sebenarnya
-
Jogja Tak Lagi Kejar Turis Massal: Strategi Baru Pariwisata Fokus Kualitas, Bukan Kuantitas!
-
'Siapa Dia': Film Musikal Garin Nugroho yang Paksa Nicholas Saputra Menyanyi