Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Kamis, 18 Maret 2021 | 19:50 WIB
Ilustrasi beras. (Dok : Kementan)

SuaraJogja.id - Dinas Pertanian, Pangan, Perikanan Kabupaten Sleman prihatin dengan rencana pemerintah untuk melakukan impor beras. Pasalnya sejauh ini Bumi Sembada masih menjadi lumbung beras bagi wilayah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

"Ya kalau menurut saya, kami juga prihatin karena [impor beras] ini pas panen raya di bulan Maret dan April, sehingga harapannya petani itu bisa menjual berasnya dengan harga yang tinggi tapi kalau ada impor kan berarti sedikit terganggu," ujar Kepala Dinas Pertanian, Pangan, Perikanan Kabupaten Sleman, Heru Saptono saat dikonfirmasi awak media, Kamis (18/3/2021).

Heru menuturkan hal itu bahkan sudah terbukti dengan harga Gabah Kering Panen (GKP) di Kabupaten Sleman yang beberapa waktu lalu berada di bahwa Rp4.000. Padahal jika sesuai perhitungan seharusnya bisa lebih dari itu.

"Idealnya ya Rp4.200 - Rp4.300 petani wes ayem [sudah tenang], nggak tau ini karena ada isu impor atau karena memang antara supply dan demand," tuturnya.

Baca Juga: Tegas, Kementan Tak Setuju Ide Airlangga Soal Impor Beras

Menurut Heru, secara psikologis pun pemerintah di daerah juga tidak bisa berbuat banyak atau memberikan intervensi terhadap kebijakan pemerintah pusat tersebut.

Pihaknya kini berharap bahwa impor beras yang direncanakan oleh pemerintah itu hanya dijadikan sebagai kesediaan saja. Tidak kemudian lantas diberikan kepada pasar yang ada.

"Kita memang harus ada cadangan pangan untuk daerah, provinsi, hingga nasional. Kalau itu [impor beras] sebagai cadangan tidak dilempar ke pasar ya bisa ditolerir. Tapi kalau kemudian kalau dilempar ke pasar ya itu kami sangat prihatin," ucapnya.

Heru menjelaskan per tahun produksi beras di Kabupaten Sleman mencapai 200 ribu ton. Sementara beras yang dikonsumsi oleh masyarakat Sleman sendiri hanya sekitar 140 ribu ton.

Itu artinya, bahwa terdapat surplus di dalam setiap produksi beras di Bumi Sembada ini. Hal tersebut juga terlihat pada tahun 2020 lalu, yang mencatat bahwa produksi beras di Kabupaten Sleman mengalami surplus sekitar 60 ribu ton.

Baca Juga: Ambisi Fabiano Beltrame Bawa PSS Unjuk Gigi di Piala Menpora

"Di tahun 2020 kemarin kita masih surplus sekitar 60 ribu ton untuk beras," imbuhnya.

Begitu juga dengan kondisi produksi beras di Kabupaten Sleman pada tiga bulan awal di tahun 2021 ini. Dikatakan Heru, hingga bulan Maret ini produksi beras bahkan sudah mengalami surplus sebanyak 2 ribu ton.

"Itu hasil panen dari lahan sekitar 6 ribu hektare. Jadi sampai April nanti sekitar 18 ribu hektare, karena memang luas lahan di Sleman yang LP2B itu kan 18.137 hektare," sebutnya.

Heru memastikan bahwa ketersediaan pangan terkhusus beras di Kabupaten Sleman masih akan tetap aman dalam untuk beberapa waktu ke depan. Termasuk juga masih akan cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di tengah masa pandemi Covid-19 ini.

"Kalau dari sisi jumlah tercukupi. Ya karena dari luas lahan pertanian kita cukup, kemudian aliran irigasinya cukup, sehingga kebutuhan air juga masih cukup. Memang Sleman itu kan lumbung berasnya DIY, jadi kalau dari ketersediaan [beras] kita cukup lah," pungkasnya.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan rencana pemerintah untuk mengimpor beras sebanyak 1 juta ton dalam waktu dekat. Kebijakan ini dinilai guna terus menjaga pasokan serta harga beras di dalam negeri.

Load More