Ciri lainnya, seseorang yang terpapar radikalisme, mudah berburuk sangka dengan kelompok lain, berlebihan dalam beragama serta mudah mengkafirkan yang berbeda pendapat.
Basori melanjutkan banyak upaya yang bisa dilakukan untuk menekan isu tersebut agar tak menyesatkan masyarakat dan terjerumus ke dalam radikalisme. Pertama perkuat pilar kebangsaan yaitu memahami Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, serta UUD 1945.
"Kedua adalah moderasi beragama. Cara mengamalkan dengan cara yang baik dimana pemahaman tidak terlalu kanan dan juga tidak ke kiri. Selain itu mampu merawat kebhinekaan (perbedaan). Dengan moderasi beragama ini tidak terlalu ekstrem kanan atau kiri," ucap Basori.
Moderasi beragama kata Basori memiliki tiga prinsip dasar yang cukup penting, yaitu, berimbang, toleran serta adil.
Baca Juga: Pasca Aksi Teror, 6 Orang Terduga Teroris di Jateng Ditangkap Densus 88
"Hasil dari moderasi beragama ini adalah toleransi. Dimana memahami ditengah bagaimana cara beragama, sehingga muncul pemahaman akan perbedaan yang ada di tengah masyarakat," jelas dia.
Adapun tolak ukur yang bisa terlihat dari seseorang yang memahami moderasi beragama. Seseorang akan memahami nilai kemanusiaan dan saling mengerti.
Selanjutnya, paham dan bersepakat dengan keterbatasan dan keyakinan orang lain. Orang tersebut juga akan memberi penghormatan ke sesama orang dengan keyakinan yang berbeda.
"Langkah dari Kemenag sendiri, kami menerjunkan penyuluh dari tingkat kecamatan yang jumlahnya berbeda-beda. Dari 8-10 orang tiap kecamatan yang membina warga masyarakat. Semua kegiatan dan materi yang kami berikan berdasarkan moderasi beragama itu," jelas Basori.
Hal itu tentu harus ada pemahaman dan kemauan dari masyarakat untuk menghindari radikalisme. Menurut Basori banyak hal yang bisa dilakukan masyarakat, seperti, meningkatkan kembali wawasan kebangsaan. Masyarakat perlu memahami hingga mengamalkan agama secara komprehensif.
Baca Juga: Densus 88 Pulangkan Anak Kecil yang Bawa Pistol Mainan di Sukabumi
"Warga harus sadar dengan adanya konflik atau pemberontakan hingga terorisme ini tak akan menguntungkan bangsa. Berpikir optimis juga penting, dan amalkan dasar kebangsaan mulai dari Pancasila, Kebhinekaan, NKRI termasuk UUD 1945," jelas dia.
Berita Terkait
-
Misteri Pembakaran Kantor Media di Bogor, Densus 88 Turun Tangan
-
Densus 88 Tangkap Empat Terduga teroris di Majalengka, Salah Satunya Guru Ponpes
-
1.500 Eks Anggota JI Ucapkan Ikrar Bakal Setia Pada NKRI di Solo, Densus 88: Mereka Bukan Lawan!
-
Densus 88 Ringkus 3 Anggota Teroris MIT Pimpinan Santoso, Terlibat Pelatihan Militer dan Pembuatan Bom!
-
Densus 88 Ringkus 2 Terduga Teroris Negara Islam Indonesia di OKU Timur, Inisial MD dan MA
Terpopuler
- 10 Transformasi Lisa Mariana, Kini Jadi Korban Body Shaming Usai Muncul ke Publik
- Daftar Pemain Timnas Belanda U-17 yang Gagal Lolos ke Piala Dunia U-17, Ada Keturunan Indonesia?
- Titiek Puspa Meninggal Dunia
- Gacor di Liga Belanda, Sudah Saatnya PSSI Naturalisasi Pemain Keturunan Bandung Ini
- Eks Muncikari Robby Abbas Benarkan Hubungan Gelap Lisa Mariana dan Ridwan Kamil: Bukan Rekayasa
Pilihan
-
Profil CV Sentosa Seal Surabaya, Pabrik Diduga Tahan Ijazah Karyawan Hingga Resign
-
BMKG Bantah Ada Anomali Seismik di Bogor Menyusul Gempa Merusak 10 April Kemarin
-
6 Rekomendasi HP Rp 4 Jutaan Terbaik April 2025, Kamera dan Performa Handal
-
5 Rekomendasi HP Rp 2 Jutaan Snapdragon, Performa Handal Terbaik April 2025
-
Hasil BRI Liga 1: Diwarnai Parade Gol Indah, Borneo FC Tahan Persib Bandung
Terkini
-
Maut di Jalan Wates: Ninja Hantam Tiang, Satu Nyawa Melayang
-
Jogja Diserbu 4,7 Juta Kendaraan Saat Lebaran, 9 Nyawa Melayang Akibat Kecelakaan
-
Malioboro Bau Pesing? Ide Pampers Kuda Mencuat, Antara Solusi atau Sekadar Wacana
-
BI Yogyakarta Catat Penurunan Drastis Peredaran Uang Tunai saat Lebaran, Tren Transaksi Berubah
-
Kantongi Lampu Hijau dari Pusat, Pemkab Sleman Tancap Gas Isi Kursi Kosong OPD