Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Jum'at, 16 Juli 2021 | 12:51 WIB
Seorang pria hirup napas pasien Covid-19. [Julie Kresna]

“Dia orangnya sangat baik, suka menolong, membangun Masjid, hasil kerjanya tidak dipakai dirinya sendiri, melainkan sebagian buat membantu orang yang membuahkan, membangun jalan, bedah rumah, banyak sekali yang dia lakukan, kami turut berduka dan sangat kehilangan,” ujarnya.

Peraih rekor terapi tercepat

Semasa hidupnya, Masudin dikenal sebagai sosok terapis yang ahli mengobati pasien tuna rungu, baik bawaan dari lahir maupun karena sebab lain. Namanya makin melejit saat tahun 2012 silam. 

Saat itu Masudin pertama kali menerima penghargaan dan memecahkan rekor MURI sebagai seorang terapi tercepat.

Baca Juga: Aldy Maldini Disebut Tilap Duit Penggemar, Fans Beri Sindiran Menohok

Selain MURI, ia juga mendapat penghargaan kategori terapi tercepat dari Centurion World Record, penghargaan kelas dunia dari Amerika Serikat.

Sejak saat itu, sejumlah pasien dari berbagai daerah bahkan dari luar negeri mulai datang. Terapi syaraf telinga Masudin dikenal dengan terapi kelas ‘sultan’.

Namun, tidak demikian sebenarnya. Sebab, semasa hidupnya, mendiang tidak selalu memasang tarif yang sama untuk para pasien. Kadang pasien dengan tingkat ekonomi menengah ke atas, dirinya mematok tarif yang mahal. Namun sebaliknya, tak jarang pasien yang kurang mampu malah digratiskan.

Bahkan, sebagian besar penghasilanya itupun selalu dia gunakan untuk kegiatan sosial.

Baca Juga: Semangat Banget! Viral Reaksi Pria setelah Sah Ijab Kabul, Bikin Ikutan Senyum

Load More