Scroll untuk membaca artikel
Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana | Hiskia Andika Weadcaksana
Sabtu, 14 Agustus 2021 | 15:15 WIB
Teten Masduki Menteri Kementerian Koperasi dan UKM (Dok. Humas KemenKopUKM)

SuaraJogja.id - Pemerintah menyatakan tidak semua pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) terdampak pandemi Covid-19. Sejumlah UMKM yang bisa beradaptasi dengan memanfaatkan teknologi digital malah justru tumbuh secara signifikan.

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan memang terdapat sejumlah sektor di UMKM yang terdampak dari pandemi Covid-19 ini.

Di antaranya UMKM yang terkait dengan kegiatan perkantoran, sekolah, industri. Hal itu disebabkan karena pemberlakukan kebijakan WFH oleh pemerintah. Usaha yang terhenti itu sendiri kebanyakan berasal dari sektor makan dan minuman.

"Ada juga UMKM yang masih bisa berjualan namun omzetnya turun. Di luar itu ada yang tumbuh, yakni UMKM yang terhubung ke platform digital,” kata Teten dalam webinar "Mendorong Transformasi Digital UMKM Melalui E-Commerce", yang tayang di channel YouTube tempo.co, Sabtu (14/8/2021).

Baca Juga: Pontianak PPKM Level 3, Pelaku Usaha Diminta Manfaatkan Peluang

Teten tidak menampik bahwa pandemi turut mendorong akselerasi UMKM untuk akhirnya go digital.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Indonesian E-Commerce Association (idEA) tercatat sebelum pandemi hanya 8 juta UMKM yang terhubung dengan ekosistem digital. Namun hanya dalam kurun waktu 1,5 tahun ini jumlah itu bertambah menjadi 14,6 juta UMKM atau sekitar 22 persen.

"Jadi ini hampir 6,6 juta pertambahannya dalam waktu 1,5 tahun. Karena ada situasi yang mendorong mereka harus segera adaptasi dan transformasi ke digital. Target kita nanti di 2024 ini ada 30 juta UMKM yang terhubung ke platform digital," tegasnya.

Diharapkan Teten, pihak-pihak e-commerce pun harus dapat membantu UMKM yang memang memiliki keterbatasan dari segi modal. Setidaknya untuk melakukan market intelligence sehingga dapat menentukan peluang pasar, strategi penetrasi pasar, serta pengembangan pasar yang kuat.

Selain itu Teten juga meyakini bahwa vaksinasi menjadi kunci utama untuk bisa mendukung pemulihan ekonomi.

Baca Juga: Pemkot Medan Sebut Sistem OSS Permudah Izin Investasi di Daerah

"Kuncinya pemulihan ekonomi ini adalah vaksinasi. Saya kira kalau vaksinasi mendekati ideal dari segi prosentase jumlah orang Indonesia yang tervaksinsi termasuk para pelaku usahanya, saya kira ini akan membuat kegiatan ekonomi bisa berangsur-angsur pulih," tandasnya.

Peneliti Tempo Data Science (TDS), Ai Mulyani menyebut dari hasil survei yang telah dilakukan tentang praktik e-commerce di Indonesia pada periode Mei - Juli 2021 lalu. UMKM yang bisa bertahan dan berkembang selama pandemi itu berusaha mengoptimalkan aktivitas penjualan online melalui outlet mereka di platform e-commerce dan juga lapak di media sosial.

“Tidak ada hambatan berarti bagi para penjual dalam pemanfaatan platform pemasaran online. Minimnya barriers to entry memberikan keuntungan optimum bagi para UMKM untuk memanfaatkan infrastruktur yang telah tersedia,” kata Ai.

Survei tersebut lanjut Ai juga menemukan fenomena bahwa ternyata penjual cenderung multi user. Dalam artian mereka memanfaatkan lebih dari satu platform di saat bersamaan.

“Mereka beralasan penggunaan lebih banyak sarana e-commerce akan memaksimalkan jangkauan kepada lebih banyak target konsumen,” terangnya.

Menanggapai hal ini Pengamat Ekonomi Digital, Aviliani mengungkapkan pertumbuhan ekonomi di Indonesia sendiri sempat mengalami perbaikan pada triwulan dua. Terlebih saat ada respon yang baik dari masyarakat serta kepercayaan yang membaik semenjak adanya vaksin.

Kendati begitu adanya kebijakan PSBB atau PPKM lalu pada triwulan ketiga mulai terjadi penurunan lagi. Diprediksi pertumbuhan ekonomi hingga akhir tahun nanti hanya sekitar 3-4 persen.

"Tapi menurut saya itu sudah jauh lebih baik dibandingkan 2020. Sebenarnya dengan kondisi ini saatnya kita berubah. Dalam arti bagaimana role model dari UMKM itu harus diubah. Kalau kita hanya menunggu dan sama saja model bisnisnya seperti dulu itu akan masalah buat masa depan Indonesia," ucap Aviliani.

Aviliani menilai model bisnis UMKM itu memang suduah seharusnya berubah. Ia mendorong pemerintah agar bisa membuat berbagai regulasi sehingga UMKM dapat lebih bernilai tambah, lalu bisa naik kelas.

"Jadi memang target naik kelas itu menurut saya, menjadi hal penting," tegasnya.

Terkait digitalisasi sendiri, kata Aviliani saat ini di Indonesia masih tergolong sangat kecil. Tercatat baru sekitar 13 persen UMKM yang terhubung platform digital.

Kondisi ini disebabkan karena terkendala dari sisi infrastruktur. Pasalnya masih cukup banyak wilayah di tingkat kabupaten itu yang akses terhadap internetnya rendah.

"Jadi menurut saya masalah infrastruktur itu yang utama. Makanya banyak sekali kebijakan pemerintah yang dikaitkan dengan digital itu seringkali terlambat bukannya apa tapi karena infrastrukturnya. Sehingga memang PR pemerintah dari sisi infrastruktur. Itu persoalan kita," ungkapnya.

Selain itu Aviliani menilai perlukan UMKM yang menghadirkan suatu keunikan tersendiri. Sehingga tidak bisa lantas ditiru atau disamakan dengan produk-produk dari UMKM lainnya.

“Jujur saja yang masuk itu UMKM yang berdagang lebih banyak barangnya sama, tinggal persaingan harga di antara mereka,” terangnya.

Dukungan platform digital dalam mempertahankan dan mengembangkan bisnis di tengah pandemi ini dirasakan langsung CEO dan Founder Sovlo Indonesia, Lidya Valensia.

Bisnisnya di bidang souvenir dan barang promosi perusahaan dan pernikahan terhenti pada Maret 2020. Akibat dari banyaknya acara kantor dan pernikahan yang dibatalkan.

Setelah sempat kewalahan karena omzet turun drastis dan memikirkan nasib para pekerja yang kehilangan penghasilan. Lidya akhrinya memutuskan untuk bergerak cepat memanfaatkan platform e-commerce guna memasarkan souvenir yang diproduksi.

“Kami mulai akhir Mei dan pertengahan Juni 2021 sudah go online. Sambutannya sangat baik,” ujar Lidya.

Menurut Lidya, platform e-commerce memang dibutuhkan di tengah kondisi pandemi Covid-19 ini. Khususnya dengan segala fasilitas yang sangat membantu para pelaku bisnis.

“Saya memilih platform digital berdasarkan kemudahan yang ditawarkan. Kita tidak perlu bangun toko online, develop web, tidak perlu admin WhatsApp. Di e-commerce sudah terhubung dengan baik. Saya pilih platform digital yang banyak memberi kemudahan dan banyak fasilitas yang ditawarkan,” tandasnya.

Load More