SuaraJogja.id - Ketua Pokja Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) UGM dr. Gunadi menyatakan Covid-19 varian Mu tidak lebih ganas dengan varian delta. Sebab Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah menyebutkan varian Mu sebagai kategori variant of Interest (VoI) atau yang perlu mendapat perhatian.
"Dibandingkan dengan varian Delta yang masuk kategori Variant of Concern (VoC) atau yang perlu diwaspadai. Meskipun varian baru ini belum terdeteksi di Indonesia, menurutnya perlu diantisipasi," papar dr. Gunadi pada Sabtu (11/9/2021).
Seperti diketahui bahwa varian Mu menyebabkan penurunan kadar antibodi baik karena infeksi ataupun vaksinasi. Hal itu menurut hasil riset awal menunjukkan varian Mu menyebabkan penurunan kadar antibodi netralisasi baik karena infeksi alamiah maupun vaksinasi.
"Mirip dengan varian Beta namun diperlukan penelitian lebih lanjut,” katanya.
Baca Juga: Stok Vaksin COVID-19 di Sumsel Terbatas, Ajukan Penambahan ke Kemenkes
Hingga saat ini varian baru virus corona penyebab Covid-19 yakni B.1.621 atau varian Mu ini belum terdeteksi di Indonesia. Meski begitu, perlu pengetatan pintu masuk ke Tanah Air agar tidak sampai menyebar luas seperti varian delta sebelumnya.
Ihwal tingkat keganasannya, ia berkeyakinan varian ini tidak seganas varian delta. ”Karena Delta kategori VoC levelnya tentunya di atas Mu yang kategori VoI,” jelasnya.
Menurutnya, virus Covid-19 terus bermutasi dengan memunculkan varian-varian baru yang memiliki tingkat keganasan dan keparahan yang berbeda apabila terinfeksi. Namun, bagi mereka yang sudah pernah terpapar Covid-19 atau pun yang sudah mendapat vaksin sudah memiliki kekebalan alami.
“Kekebalan alami yg ditimbulkan oleh infeksi alamiah pasti ada, tapi seberapa besar bisa melindungi dari risiko terinfeksi varian lain diperlukan riset lebih lanjut,” katanya.
Kekebalan alami yang sudah terinfeksi walau belum vaksin, sambung dia, sama halnya mengukur efektivitas vaksin terhadap suatu varian dengan melakukan riset terlebih dahulu. Namun, antisipasi tetap diperlukan dengan melaksankan protokol kesehatan (prokes) secara ketat dan percepatan program vaksinasi.
Baca Juga: Update Covid-19 Global: Bangkok Akan Dibuka Untuk Turis Mancanegara yang Sudah Divaksinasi
"Bagi mereka yang sudah vaksin mampu meminimalkan tingkat keparahan apabila terpapar virus corona dengan berbagai varian yang ada. Vaksin mencegah keparahan,” ucapnya.
Berita Terkait
-
Update Covid-19 Global: Bangkok Akan Dibuka Untuk Turis Mancanegara yang Sudah Divaksinasi
-
Pelajar di Klaten Mulai Divaksin, Ini Lho Tips Menjaga Kondisi Tubuh Sebelum Disuntik
-
Studi Baru Temukan bahwa Penularan Virus Corona di Toilet Umum Justru Rendah
-
Tetap Olahraga Meski di Rumah Aja, Begini Caranya
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Murah Desain Timeless: Enak Dilihat Sepanjang Waktu, Mulai Rp 30 Jutaan
- Pemain Keturunan Rp 312,87 Miliar Juara EFL Masuk Radar Tambahan Timnas Indonesia untuk Ronde 4
- 7 Rekomendasi Mobil Bekas Mesin Diesel Harga di Bawah Rp100 Juta
- Selamat Tinggal Mees Hilgers, Penggantinya Teman Dean James
- 5 Alasan Honda Supra X 125 Old Masih Diminati, Lengkap dengan Harga Bekas Terbaru Juni 2025
Pilihan
-
3 Mobil Toyota Bekas di Bawah Rp80 Juta: Kabin Lapang, Hemat Bensin dan Perawatan
-
Catatan Liputan Suara.com di Jepang: Keajaiban Tas, Uang dan Paspor Hilang Kembali ke Pemilik
-
Proyek Rp1,2 Triliun Kerap Bermasalah, Sri Mulyani Mendadak Minta Segera Diperbaiki
-
DOR! Dua Bule Australia Jadi Korban Penembakan di Bali, Pelaku Disebut Gunakan Jaket Ojol
-
AFPI Geram, Ajak Pelaku Gerakan Gagal Bayar Pinjol Dipolisikan Biar Ditangkap
Terkini
-
Geger di Bantul! Granat Zaman Perang Ditemukan Saat Kerja Bakti, Tim Gegana Turun Tangan!
-
Proyek Tol Jogja-Solo: Penambahan Lahan 581 Bidang di Sleman dan Progres Konstruksi Sentuh 60 Persen
-
Mbah Tupon Jadi Korban Mafia Tanah: JPW Desak Polda DIY Umumkan Tersangka
-
Motif Penumpang Begal Driver Ojol di Kalasan, Terlilit Utang Pinjol
-
Kiprah Sultan HB II di Jogja, Seminar Nasional Bakal Ungkap Perlawanan dan Pemikirannya