SuaraJogja.id - Suasana pasar sepeda yang terletak di Jalan MT Haryono, Kelurahan Suryodiningrat, Kemantren Mantrijeron, Kota Yogyakarta berbeda jauh dengan kondisi pada tahun 2020 lalu. Pasar sepeda bekas yang lebih akrab dengan nama Pasar Gappsta itu sangat sepi. Hanya tiga pedagang yang terlihat menunggu pelanggan yang berniat membeli sepeda.
Bukan tanpa alasan pasar sepeda bekas yang sudah dikenal oleh warga Jogja itu sepi. Dampak perpanjangan PPKM, menjadi salah satu faktor lengangnya barisan sepeda yang biasa tertata rapi disana.
Meski sedikit pedagang yang berjualan, terhitung ada 1-2 pelanggan yang masuk ke dalam pasar. Tidak membeli, hanya sekadar bertanya soal harga sepeda yang menjadi incarannya.
Kondisi ini hanya bisa dijalankan dengan pasrah oleh seorang pria paruh baya 50 tahunan. Suyoto pedagang sepeda yang sejak tahun 2000 sudah memulai usahanya berjualan sepeda mengaku belum bisa berbuat banyak.
"Belum tentu sehari ada yang datang ke sini. Kadang yang datang saja belum mau membeli," ujar Suyoto ditemui SuaraJogja.id di pasar Gappsta, Sabtu (18/9/2021) siang.
Bulan September merupakan momen yang sebenarnya Suyoto tunggu. Pasalnya pada tahun 2020 sejak Juni hingga Oktober permintaan akan sepeda sangat tinggi. Pedagang sepeda bahkan kebanjiran order.
"Saat itu selain permintaan sepeda baru yang tinggi, banyak juga yang mencari sepeda bekas. Waktu itu memang menggembirakan karena saat Covid-19, penjual sepeda ini cukup untung termasuk saya," ujar bapak 2 anak ini.
Sehari bisa 2-5 sepeda bekas yang laku terjual. Suyoto tak merinci total omzet yang dia kantongi saat itu, namun per sepeda biasa dijual dengan kisaran harga Rp200-500 ribu.
Keuntungannya berlipat-lipat saat itu. Penghasilannya ia sisihkan untuk disimpan dan lainnya untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Baca Juga: Tak Ada Transportasi Umum Bertahun-tahun, Trans Jogja Uji Coba Rute Kaliurang
Euforia boomingnya permintaan akan sepeda di tahun 2021 nyaris tidak ada. Mau tidak mau pendapatan Suyoto juga berkurang termasuk dampak dari PPKM yang sebelumnya diberlakukan mulai Juli hingga pekan kedua September 2021.
Pihaknya juga menceritakan bagaimana ia bertahan saat seluruh pasar non-esensial atau selain bahan kebutuhan pokok ditutup pemerintah selama pemberlakukan PPKM.
Hampir satu bulan sejak Juli hingga awal Agustus 2021 Suyoto dan keluarganya tak berjualan.
"Saya juga bingung darimana bisa mendapat uang tambahan jika tidak berjualan. Sementara 1 bulan pasar ditutup," katanya.
Suyoto berusaha tak meminjam uang atau hutang ke orang-orang. Hal itu akan memberatkan kehidupannya di masa depan.
Beruntung, hasil penjualan sepeda tahun lalu cukup tinggi. Suyoto dan istrinya sudah menyiapkan uang tabungan yang menjadi satu-satunya uang untuk kebutuhan harian.
Ia tak membeberkan detail tabungan yang dia simpan. Tapi jumlahnya bisa untuk menghidupi bahkan membayar kuliah dua anaknya selama pandemi Covid-19.
"Saya coba syukuri yang saya dapatkan berapapun jumlahnya. Ya bertahan itu kan harus, maka tabungan itu yang saya kelola dan akhirnya bisa memenuhi kebutuhan kami," terang dia.
Meski pupus untuk merasakan momen boomingnya sepeda di Jogja, Suyoto hanya perlu bersabar dengan keadaan. Turunnya PPKM ke Level 3 diharapkan menjadi awal mengembalikan kondisi penjualan sepeda normal kembali.
Salah seorang pedagang Pasar Gappsta Heru Anwar (43) mengaku dalam sehari belum tentu ada yang membeli. Biasanya baru 2-3 hari ada pembeli.
Meski begitu, dalam sepekan, ia tetap mendapat untung dari penjualan sepedanya meski hanya Rp50 ribu.
"Sekarang pasar kan sudah dibuka kembali. Memang untungnya sedikit, malah jarang mendapat untung. Tapi dalam sepekan kami masih ada pendapatan," ujar dia.
Heru tidak begitu paham, pedagang lain di Pasar Gappsta jarang membuka lapaknya. Kadangkala hari ini buka, besok mereka tak berjualan.
Padahal, ia berharap dengan dibolehkannya membuka pasar di tengah penerapan PPKM Level 3, pedagang sudah memenuhi ruang atau lapak berjualannya.
"Sebenarnya kan kami minta agar semua pedagang datang. Jadi lebih kurang ada 13 pedagang di sini, ketika pasar ramai, saya yakin pembeli juga tertarik untuk datang," kata dia.
Disamping itu Pemkot yaitu Dinas Perdagangan Kota Yogyakarta juga sudah memberikan fasilitas dengan wastafel portable. Sehingga upaya menjaga protokol kesehatan tetap diupayakan di pasar setempat.
"Ya kami berharap semuanya kan kembali normal. Tapi saat ini hanya bersabar dahulu, pasti ada momen lagi dimana pembelian sepeda itu melonjak," ujar Heru.
Berita Terkait
-
Kreatif! Mahasiswa Untag Surabaya Rancang Sepeda Pembersih Sampah
-
Sepeda Motor Chopper Milik Presiden Jokowi Tidak Dicantumkan di LHKPN, Kenapa?
-
Best 5 Oto: Megan Fox Pakai Helm Sepeda Motor, New Audi RS 4 Avant Melaju di Tanah Air
-
Taliban Berkuasa, Atlet Sepeda Sonia Sultani Lari dari Afghanistan Demi Kejar Mimpi
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Dukung Konektivitas Sumatra Barat, BRI Masuk Sindikasi Pembiayaan Flyover Sitinjau Lauik
-
Hidup dalam Bayang Kejang, Derita Panjang Penderita Epilepsi di Tengah Layanan Terbatas
-
Rayakan Tahun Baru di MORAZEN Yogyakarta, Jelajah Cita Rasa 4 Benua dalam Satu Malam
-
Derita Berubah Asa, Jembatan Kewek Ditutup Justru Jadi Berkah Ratusan Pedagang Menara Kopi
-
BRI Perkuat Pemerataan Ekonomi Lewat AgenBRILink di Perbatasan, Seperti Muhammad Yusuf di Sebatik