SuaraJogja.id - Kerajaan Mataram Kuno didirikan Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya pada tahun 732. Awalnya, Kerajaan Hindu-Budha ini berlokasi di Bhumi Mataram (Yogyakarta) dan Jawa Tengah, namun kemudian bergeser ke Jawa Timur.
Ketika berada di sekitar atau wilayah Mataram (kini Yogyakarta), kerajaan ini diperintah wangsa Sanjaya dan wangsa Syailendra. Lalu ketika pindah ke Jawa Timur, Kerajaan Medang, sebutan lain Kerajaan Mataram Kuno, diperintah wangsa Isyana.
Sumber sejarah dari Kerajaan Mataram Kuno berasal dari prasasti dan candi. Prasasti yang ditemukan ialah Prasasti Canggal yang ditemukan di Candi Gunung Wukir, tepatnya kecamatan Salam, Kabupaten Magelang.
Prasasti Canggal ditulis menggunakan bahasa Sanskerta pada tahun 732 Masehi. Prasasti tersebut dibuat Raja Sanjaya untuk memperingati pendirian lingga di atas Bukit Sthirangga.
Baca Juga: Wonderloft Hostel Jogja: Kental dengan Gaya Retro Kontemporer
Ada pula Prasasti Kalasan yang dibuat tahun 778 Masehi. Prasasti ini ditemukan di Desa Kalasan, Sleman. Prasasti dibuat menggunakan bahasa Sanskerta, namun hurufnya merupakan Pranagari, berbeda dari Prasasti Canggal yang ditulis menggunakan huruf Palawa.
Sementara untuk Candi, Kerajaan Mataram Kuno membuat Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Kalasan, Candi Plaosan, Candi Arjuna, Candi Bima, Candi Sewu, Candi Mendut, Cando Semar, hingga Candi Srikandi. Candi-candi ini menjadi bukti bahwa era Kerajaan Mataram Kuno menghadirkan arsitektur dan karya seni yang luar biasa.
Hindu dan Budha di Kerajaan Mataram Kuno
Wangsa Sanjaya memeluk agama Hindu. Ketika kepemimpinan beralih ke Wangsa Syailendra yang menganut agama Budha, ajaran Hindu tetap lestari. Para penganut agama Hindu berada di Jawa bagian tengah dan utara dan penganut Budha ada di Jawa bagian tengah dan selatan.
Dua kepemimpinan ini melahirkan banyak karya yang kental dengan ajaran agama Hindu dan Budha. Untuk ajaran Hindu, dibangun Candi Prambanan sebagai yang terbesar di Indonesia. Sementara untuk ajaran Budha, dibangun Candi Borobudur sebagai yang terbesar di dunia.
Baca Juga: Ini 9 Tema Wisata di Borobudur Trail of Civilization
Dua candi dengan arsitektur dan karya seni luar biasa ini sudah ditetapkan UNESCO sebagai situs warisan dunia. Baik wisatawan maupun penganut agama Hindu dan Budha menjadikan dua candi tersebut sebagai salah satu tujuan, baik untuk mengenang sejarah maupun upacara keagamaan.
Kerajaan Mataram Kuno cukup rajin berpindah-pindah dalam setiap masa kepemimpinan. Awal berdiri, Kerajaan Mataram Kuno berada di wilayah Bhumi Mataram atau yang kini dikenal dengan Yogyakarta.
Lalu, ketika Rakai Pikatan memimpin, pusat kerajaan pindah ke Mamrati atau kini ada di wilayah Kedu. Pusat pemerintahan kemudian pindah lagi ke Poh Tilu pada masa Dyah Balitung.
Pusat pemerintah sempat kembali lagi ke Mataram, pada masa Dyah Wawa, sebelum kemudian pindah ke Jawa bagian Timur. Kepindahan ke wilayah yang kini bernama Jawa Timur ini dilakukan pada kepemimpinan Wangsa Isyana tahun 929.
Kepemimpinan dalam Kerajaan Mataram Kuno berjalan dalam tiga wangsa, mulai dari Wangsa Sanjaya, Wangsa Syailendra dan Wangsa Isyana. Pada kepemimpinan Raja Sanjaya, Kerajaan Mataram Kuno berkuasa, hingga wilayah kekuasan terus bertambah luas.
Namun terjadi sebuah masalah ketika Rakai Panangkaran, anak dari Raja Sanjaya meninggal. Kerajaan Mataram Kuno sempat terbelah dua bagian, yakni Dinasti Sanjaya memerintah kerajaan beraliran agama Hindu di Jawa Tengah bagian uutara, serta Dinasi Syailendra memerintah kerajaan alirian agama Budha di Jawa Tengah bagian selatan.
Kemudian Kerajaan Mataram Kuno kembali bersatu, terutama ketika wangsa Sanjaya kembali memimpin. Rakai Pikatan didapuk sebagai raja, setelah menikah dengan anak Raja Samaratungga, Pramodawardhani. Rakai Pikatan menyingkirkan saudara Pramodawardhani, dari wangsa Syailendra, yang kemuudian pergi ke kerajaan Sriwijaya yang ada di Sumatera.
Berikut ini daftar dari Raja Kerajaan Mataram Kuno:
- Sanjaya
- Rakai Panangkaran
- Rakai Panunggalan (Dharanindra)
- Rakai Warak (Samaragrawira)
- Rakai Garung (Samaratungga)
- Rakai Pikatan
- Rakai Kayuwangi (Dyah Lokapala)
- Rakai Watuhumalang
- Rakai Watukura (Dyah Balitung)
- Mpu Daksa
- Rakai Layang Dyah Tulodong
- Rakai Sumba Dyah Wawa
- Mpu Sindok (pindah ke Jawa Timur)
- Sri Lokapala
- Makuthawangsawardhana
- Dharmawangsa Teguh
Demikian pembahasan mengenai sejarah Kerajaan Mataram Kuno, yang bisa dimanfaatkan sebagai tambahan ilmu pengetahuan.
Kontributor : Lukman Hakim
Berita Terkait
-
Sampang Mencekam: Konflik Pilkada Renggut Nyawa Pendukung Calon Bupati
-
Usaha Pandam Adiwastra Janaloka Menjaga, Mengenalkan Batik Nitik Yogyakarta
-
Berapa UMP Jawa Timur 2025? Cek Bocoran Terbaru dan Simulasi Hitungannya
-
Penangkapan Ivan Sugianto Dicurigai Pakai Stuntman, Mahfud MD: Itu Asli
-
Melawan Sunyi, Membangun Diri: Inklusivitas Tuna Rungu dan Wicara ADECO DIY
Tag
Terpopuler
- Raffi Ahmad Ungkap Tragedi yang Dialami Ariel NOAH, Warganet: Masih dalam Lindungan Allah
- Eliano Reijnders Ungkap Rencana Masa Depannya, Berniat Susul Tijjani Reijnders
- Seharga Raize tapi Mesin Sekelas Innova: Yuk Simak Pesona Toyota Frontlander
- Crazy Rich Kalimantan, Begini Mewah dan Mahalnya Kado Istri Haji Isam untuk Ulang Tahun Azura
- Bayern Munchen Pampang Foto Nathan Tjoe-A-On, Pindah ke Bundesliga Jerman?
Pilihan
-
5 Asteroid Paling Berbahaya Bagi Bumi, Paling Diwaspadai NASA
-
Rupiah Loyo! Tembus Rp15.900 per Dolar AS, Calon Menkeu AS Jadi Biang Kerok
-
Harga Emas Antam Jatuh Terjungkal, Balik ke Level Rp1,4 Juta/Gram
-
Viral Pertamax Dituding Jadi Biang Rusaknya Fuel Pump Mobil, ITB Sampai Dipanggil
-
MR.DIY Mau Melantai Bursa di BEI, Ini Harga Saham dan Jadwal IPO
Terkini
-
Ibunda Mary Jane Sambut Hangat Kabar Anaknya Segera Pulang
-
Mahasiswa UNY Berhasil Sulap Limbah Sampah Jadi Suplemen Tanaman
-
DMFI Bareng Shaggydog Serukan Larangan Peredaran Daging Anjing, Pemda DIY Siapkan Perda
-
Minta ASN yang Selingkuh Tetap Diberhentikan, Bupati Sunaryanta: Saya Siap Tempuh PTUN Kalau Tak Ada Titik Temu
-
Bawaslu Sleman Temukan 23 TPS Rawan Bencana dan 37 TPS Bermasalah Internet