SuaraJogja.id - Deretan batik jenis shibori tertata di sebuah meja panjang bertaplak putih. Beberapa kain batik buatan tangan juga menggantung di sekitar ruangan di Pondok Pesantren Waria Al-Fatah Yogyakarta, Banguntapan, Kabupaten Bantul.
Tidak hanya kain-kain yang dipamerkan, kerajinan tangan dari sisa plastik juga dimanfaatkan dan dibuat menjadi wayang. Selain itu, sejumlah foto kegiatan transpuan beberapa tahun terakhir dipamerkan juga di dalam ponpes tersebut.
Bukan tanpa alasan pondok pesantren yang didirikan sejak 2014 ini menggelar pameran karya seni dan kerajinan tangan. Acara ini bertujuan untuk memperingati Transgender Day of Remembrance (TDOR).
Kegiatan tersebut merupakan serangkaian acara yang dibuka pada Rabu (10/11/2021) dan ditutup pada Sabtu (20/11/2021) depan. Puncak acara akan digelar pemutaran film bersama di ponpes setempat. Kegiatan juga dihadiri oleh sejumlah transpuan yang berada di wilayah Jogja hingga luar kota.
Baca Juga: KaIND Hadirkan Batik Scarf Bernuansa Modern, Pakai Pewarna dari Ampas Kopi
"Di samping memperingati TDOR, kegiatan ini adalah bentuk evaluasi kami selama menjalankan sekolah sore dan juga aktivitas yang dijadwalkan di Ponpes Al-Fatah," kata Ketua Ponpes Waria Al-Fatah Yogyakarta, Shinta Ratri ditemui Suarajogja.id, Kamis (11/11/2021).
Puluhan pameran karya itu ada yang dijual dan dijadikan sebagai potret bagaimana perjalanan transpuan di Kota Pelajar. Adapun makna yang ingin diberikan, bahwa kegiatan-kegiatan tersebut merupakan upaya untuk mengadvokasi penerimaan transpuan dalam kebijakan, kebudayaan dan hal lain yang ada di tengah kehidupan masyarakat.
"Jadi kami ikut berjuang di dalam berbagai lini, baik itu spiritual, ekonomi, peningkatan kesejahteraan, kesehatan dan paling penting adalah mendapatkan rasa aman. Karena itu hak setiap warga negara," terang Shinta yang merupakan alumni Universitas Gadjah Mada.
Dalam advokasi yang dilakukan transpuan berjumlah lebih kurang 62 orang itu juga menggandeng sejumlah lembaga sosial dan pendidikan sebagai jejaringnya. Sehingga masyarakat tidak melulu memandang sebelah mata dengan kehadiran transpuan.
"Artinya ada pesan untuk menunjukkan bahwa kami ada dan merupakan bagian dari lingkungan juga. Sehingga cara-cara ini yang kami buat agar terlihat bagaimana transpuan ikut bersosialisasi," terang dia.
Baca Juga: Bosan Kondangan Pakai Batik, Rombongan Tamu Ini Nekat Pakai Kostum Tak Terduga
Kondisi saat ini, lanjut Shinta berbeda dengan pada tahun 2008 silam, dimana waria pada saat itu masih selalu dilibatkan dalam kegiatan bersama. Menurutnya berkembangnya zaman, politik dan pemikiran masyarakat seakan dikucilkan.
Beberapa kegiatan seperti HUT Jogja serta Hari Kemerdekaan kerap dilibatkan. Saat ini sudah jarang diikutsertakan dan kadang terkesan dibiarkan.
"Kami senang bahwa keberadaan kami diperhatikan, kalau sekarang susah sekali padahal kami juga merupakan salah satu kesatuan warga di Jogja ini, sehingga penerimaan waria ini perlu diperjuangkan" katanya.
Terpisah, Ketua Ikatan Waria Yogyakarta Kusuma Ayu mengaku kegiatan ini adalah gebrakan yang ingin dilakukan transpuan bahwa mereka bisa ikut andil dalam kegiatan kemasyarakatan.
"Ya ini gebrakan bahwa bagaimana kami bisa terjun ke masyarakat secara inklusif. Artinya stigma buruk terhadap transpuan ini lambat laun bisa terkikis," ungkap Ayu.
Hal sama juga diharapkan Yuni Sara Al-Bukhori. Transpuan asal Jogja ini menuturkan kegiatan inklusi ke masyarakat dan lembaga sudah sejak lama dilakukan. Maka dari itu, kesempatan untuk berkegiatan bersama warga diharapkan dibuka lebih lebar.
- 1
- 2
Berita Terkait
-
KaIND Hadirkan Batik Scarf Bernuansa Modern, Pakai Pewarna dari Ampas Kopi
-
Bosan Kondangan Pakai Batik, Rombongan Tamu Ini Nekat Pakai Kostum Tak Terduga
-
Makan Bakso Usai Kondangan, Cowok Ini Salting Lihat Batiknya Seragam Dengan Penjual
-
Mengenal Asal-usul dan Jenis Motif Batik yang Hiasi Sirkuit Mandalika
-
Melihat Proses Produksi Kain Jumputan dan Batik Khas Palembang
Terpopuler
- 3 HP Murah RAM 12 GB dan Memori 256 GB Terbaik Mei 2025
- Yamaha Scorpio Z Terlahir Kembali: Harga Mulai Rp30 Juta, Mesin Seirit Supra X 125
- Dirumorkan Jadi WNI, Pemain Keturunan Indonesia Berbandrol Rp596 M Dibajak Belanda
- 5 Rekomendasi Sunscreen untuk Usia 50 Tahun ke Atas, Kulit Tetap Sehat dan Terlindungi
- Pengamat Bola Internasional Blak-blakan Kualitas Mees Hilgers di Belanda: Bek Bagus tapi Dia...
Pilihan
-
Kakang Rudianto dan Malik Risaldi Cetak Sejarah di Hadapan Bruno Fernandes
-
Mees Hilgers Lempar Senyum Kawanua Saat Tiba di TC Timnas Indonesia
-
Google News Showcase Resmi Hadir di Indonesia
-
9 Rekomendasi HP Rp 3 Jutaan Layar AMOLED Terbaik Mei 2025, Terang di Bawah Terik Matahari
-
Ray Dalio Diisukan Mundur dari Danantara, Ekonom Bocorkan Ada Masalah Serius
Terkini
-
DANA Kaget Cuma Sekali Klik Langsung Dapat Uang? Ini Cara Gampang Klaimnya
-
Deadline Usai, Warga Tegal Lempuyangan Yogyakarta Bertahan Sampai Keraton Turun Tangan
-
DANA Kaget Hari Ini, Tips & Link Klaim Biar Enggak Kehabisan
-
Tak Langsung Tahan Christiano usai Kecelakaan di Jalan Palagan, Polisi Bilang Begini
-
Kebijakan Kemenkes Dinilai Kontroversial, Keselamatan Pasien bakal Terancam