Scroll untuk membaca artikel
Eleonora PEW | Rahmat jiwandono
Minggu, 28 November 2021 | 17:56 WIB
Dita Ardwiyanti (25) program studi (prodi) Magister Pendidikan Sains di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang mendapat IPK 4,00. - (SuaraJogja.id/HO-Dita)

Namun, baginya ini bukan semata masalah gelar melainkan sebuah keinginan untuk terus mengaktualisasi diri dengan menambah wawasan baru. Sebab, seorang guru harus jadi teladan bagi siswanya, terutama dalam hal belajar.

Guru SDIT Salsabila 4 Bantul tersebut mengaku kendala yang dihadapi selama menempuh kuliah juga ada. Ungkapan 'musuh terbesar bagimu adalah dirimu sendiri' ternyata benar adanya.

“Sudah saya buktikan selama kuliah, khususnya selama penyelesaian tugas akhir. Saya adalah pribadi perfeksionis dalam hal apapun. Ternyata kepribadian tersebut membuat saya takut melangkah, takut salah, dan takut tidak sesuai ekspektasi” ujarnya.

Cara mengatasinya adalah dengan membatasi proyeksi masa depan.

Baca Juga: Nadiem Makarim Diminta Memihak Para Guru Honorer

“Hal ini bukan berarti saya tidak visioner, hanya saja proyeksi masa depan yang berlebihan akan mengurangi kekhidmatan kita menjalani hidup” tambahnya.

Selanjutnya, dia masih akan mengabdi di instansi. Mengaplikasikan ilmu yang sudah diperoleh guna memajukan SDIT Salsabila 4 Bantul.

“Mimpi saya memang menjadi dosen inspiratif dan saya akan terus berjuang untuk merealisasikan mimpi tersebut dengan cara dan waktu terbaik” ucapnya.

Captions: Dita Ardwiyanti (25) program studi (prodi) Magister Pendidikan Sains di Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang mendapat IPK 4,00. (SuaraJogja.id/HO-Dita)

Baca Juga: Kado Hari Guru, PGRI Tanjungpinang Punya Gedung Sekretariat Baru

Load More