Scroll untuk membaca artikel
Eleonora PEW
Selasa, 11 Januari 2022 | 11:24 WIB
[ILUSTRASI] Sejumlah babi yang mati akibat terserang penyakit African Swine Fever (ASF) atau demam babi Afrika di Kabupaten Sikka, Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur. [ANTARA]

SuaraJogja.id - Tuduhan menutupi wabah demam babi Afrika merundung Thailand setelah tes laboratorium universitas yang dilakukan bulan lalu mengindikasikan bahwa seekor babi piaraan mati akibat penyakit tersebut. Namun, Pemerintah Thailand pada Senin (10/1/2022) membantahnya.

Otoritas Thailand selama bertahun-tahun menepis wabah lokal demam babi Afrika, yang melanda Eropa dan Asia dalam beberapa tahun terakhir dan membuat ratusan juta babi mati.

Otoritas sebelumnya menghubungkan sebagian besar kematian babi dengan penyakit virus lainnya, yakni sindrom pernapasan dan reproduktif babi (PRRS).

Beberapa pekan terakhir muncul spekulasi bahwa wabah demam babi Afrika telah membinasakan ternak babi Thailand, yang didorong oleh lonjakan drastis harga daging babi akibat minimnya pasokan domestik.

Baca Juga: 5 Ide Outfit untuk Hangout ala Tu Tontawan, Pemeran Drama F4 Thailand

"Kami sudah mengikuti semua prosedur. Kami tidak bisa menutupinya," kata Dirjen Departemen Pengembangan Ternak Thailand, Sorravis Thaneto saat konferensi pers.

"Jika kami menjumpai penyakit itu, kami akan mengumumkan sesuai prosedur."

Otoritas mulai mengumpulkan sampel darah dari peternakan babi dan rumah pemotong hewan di provinsi terkait untuk melacak penyakit tersebut, kata Sorravis.

Penyakit demam babi Afrika tidak membahayakan manusia, tetapi mematikan bagi babi.

Wabah demam babi dilaporkan di China dan sejumlah negara tetangga Thailand, termasuk Vietnam yang memusnahkan sedikitnya 230.000 babi tahun lalu. Angka itu naik tiga kali lipat dari 2020.

Baca Juga: Tak Kalah dari Seru Drakor, Ini Lima Drama Thailand yang Wajib Kamu Tonton

Pernyataan Sorravis muncul setelah pegiat terkemuka Srisuwan Janya pada Senin mengajukan keberatan ke kantor badan anti korupsi Thailand. Ia menuding Sorravis dan dua menteri lainnya menyembunyikan wabah demam babi Afrika.

Universitas Kasetsart Thailand beberapa waktu lalu mengatakan bahwa laboratorium mereka bulan lalu menemukan penyakit tersebut pada babi piaraan yang mati, yang pertama di Thailand.

Konsorsium dekan dari 14 lembaga kedokteran hewan termasuk Universitas Kasetsart mengatakan telah melayangkan surat kepada Sorravis pada awal Desember untuk memberitahu soal temuan tersebut.

Akan tetapi Sorravis mengaku tidak pernah melihat surat tersebut, namun akan mencarinya.

Pekan lalu otoritas mengatakan mengantisipasi pasokan babi yang lebih sedikit tahun ini dan mulai Kamis akan menunda ekspor babi hidup sampai 5 April. [ANTARA]

Load More