Scroll untuk membaca artikel
Eleonora PEW | Rahmat jiwandono
Rabu, 26 Januari 2022 | 15:27 WIB
Pak Pong memegang barongsai ukuran kecil yang sudah siap dijual - (SuaraJogja.id/Rahmat Jiwandono)

Pong akhirnya memutuskan untuk berhenti sebagai pemain barongsai karena sudah semakin tua. Lalu pada 2015, dia mulai membuat barongsai ukuran kecil untuk diperjualbelikan.

Proses pewarnaan kepala barongsai memakai spidol - (SuaraJogja.id/Rahmat Jiwandono)

"Untuk ukuran yang sedang seperti ini dengan panjang sekitar 1,25 meter dijual Rp75.000. Bisa dimainkan untuk dua orang," katanya.

Dalam satu bulan Pak Pong mampu menghasilkan 75 buah barongsai ukuran kecil. Angka ini bukanlah pesanan dari pembeli.

"Saya bisa membuat 75 buah barongsai dalam bentuk siap pakai karena kalau sudah sekali membuat itu keterusan, tidak bisa berhenti. Jadi bukan tergantung jumlah pesanan dari pembeli," imbuhnya.

Baca Juga: 6 Fakta Imlek: Shio, Makanan Khas, Barongsai hingga Ditetapkan Menjadi Hari Libur Nasional

Adapun bahan-bahan yang digunakan untuk membuat barongsai meliputi kertas daur ulang, bulu sintetis, dan kayu untuk kerangkanya. Sementara itu, dia juga menerima pesanan untuk membuat barongsai dari rotan yang dihiasi dengan bulu domba.

"Kalau untuk barongsai yang dari rotan dan asli bulu domba saya jual Rp4,5 juta. Harga segitu sudah termasuk pakaiannya pelengkapnya untuk yang tampil," tutur dia.

Kendala selama merakit barongsai, menurutnya, jika turun hujan maka memakan waktu lama untuk mengeringkan cat.

"Butuh panas dari sinar matahari untuk mengeringkan cat. Kalau tidak ada panas susah keringnya," ujarnya.

Dia mengatakan, tak jarang banyak orang yang datang ke rumahnya hanya sekadar ingin tahu cara membuat barongsai.

Baca Juga: Imlek 2022, Vihara Amurva Bhumi Jakarta Selatan Tiadakan Pertunjukan Barongsai

"Yang pernah datang ke sini adalah Dinas Pariwisata DIY, seniman dari Bali bahkan orang dari Malaysia ingin tahu cara bikin barongsai. Mereka minta diperagakan caranya membuat," selorohnya.

Load More