SuaraJogja.id - Pemda DIY akan kembali membatasi mobilitas masyarakat. Kebijakan ini kemungkinan akan diberlakukan mengingat Bed Occupancy Rate (BOR) atau tingkat keterisian Rumah Sakit (RS) Rujukan COVID-19 semakin meningkat dari hari ke hari.
Berdasarkan data Satgas COVID-19 DIY, BOR di RS Rujukan untuk non kritikal pada Sabtu (05/02/2022) kemarin sebesar 11,16 persen atau 125 tempat tidur yang digunakan dari total 1.120 tempat tidur non kritikal. Untuk BOR tempat tidur kasus kritikal sebanyak 12 atau 8,51 persen dari total 141 tempat tidur yang tersedia.
Padahal pekan lalu pada 31 Januari 2022, BOR di DIY masih berada di angka 1,57 persen untuk non kritikal dan 4,26 persen untuk kritikal. BOR terus mengalami peningkatan selama seminggu terakhir seiring makin banyaknya kasus baru COVID-19 di lima kabupaten/kota.
"Ngarso Dalem (Gubernur DIY-red) sedang memikirkan bagaimana kita bisa melakukan skirning terhadap orang yang masuk ke DIY. Nanti kita akan cari cara skriningnya [untuk membatasi mobilitas masyarakat]," ungkap Sekda DIY, Baskara Aji, Minggu (06/02/2022).
Baca Juga: DIY Masuk Sasaran, Ini Alasan Vaksin HPV Bakal Disuntikkan ke Anak Kelas 5 dan 6 SD
Dicontohkan Aji, skrining pembatasan mobilitas dilakukan di sejumlah titik masuk DIY. Diantaranya di stasiun, terminal, bandara dan perbatasan DIY-Jateng.
Pemda juga akan melakukan pemeriksaan mobil-mobil pribadi yang masuk ke DIY. Pemeriksaan akan dilakukan secara acak di titik-titik perbatasan.
"Kita lakukan pemeriksaan untuk memastikan pelaku perjalanan telah tervaksin [COVID-19] dan memantau kepemilikan dokumen bebas COVID-19," ungkapnya.
Aji menambahkan, Pemda meminta RS Rujukan untuk kembali menambah kapasitas ruang perawatan bagi pasien COVID-19 bila kasus tren kasus COVID-19 terus meningkat. Untuk RS Rujukan milik pemerintah, alokasi tempat tidur yang harus disiapkan sekitar 30 persen dari total tempat tidur yang dimiliki. Sedangkan untuk RS swasta sekitar 20 persen.
Deteksi penularan varian Omicron juga terus dilakukan. Pasien yang terindikasi Omicron dilakukan tes dengan metode PCR PCR SGTF atau S-gene target failure dan Whole Genome Sequencing (WGS).
Baca Juga: Klaster PTM Semakin Meluas, 18 Sekolah di DIY Terpapar Covid-19
"Banyak [pasien] yang terindikasi omicron kan OTG (orang tanpa gejala-red) dan bergejala ringan. Namun untuk rumah sakitnya, kalau memang ada tanda-tanda naik kita siapkan kembali, tinggal alih tugas saja," tandasnya.
- 1
- 2
Berita Terkait
-
Kasus Positif COVID-19 di Lampung Naik 161 Orang, 1 Meninggal Dunia
-
Kasus Covid-19 di Kepri Naik Tajam, Pemprov Ingatkan Warga Jangan Lengah
-
Kasus COVID-19 Kembali Melonjak, Ini Cara Kerja PCR 0+ untuk Deteksi Varian Omicron
-
Tenang! Varian Omicron Menyebar di Daerah-daerah, Ahli: Kasus Kematian Akibat Varian Ini Rendah
Terpopuler
- 8 Rekomendasi Mobil Bekas Murah Tipe MPV Mei 2025: 7-Seater Harga Mulai Rp30 Jutaan, Pajak Miring
- 3 Pihak Blak-blakan Beri Dukungan untuk Yuran Fernandes, Komdis PSSI Revisi Hukuman
- Rekomendasi 5 Mobil Bekas Murah Meriah untuk Ibu Muda yang Super Aktif! Mulai 65 Jutaan
- Olla Ramlan Resmi Umumkan Lepas Hijab: Pilihan Terbaik Bukan yang Bikin Kita Nyaman
- 10 Pemain Keturunan Bisa Dinaturalisasi Demi Timnas Indonesia Lolos Olimpiade 2028
Pilihan
-
Muhammadiyah dan BSI Rujuk?
-
Cerita Stefano Lilipaly Diminta Bela Timnas Indonesia: Saya Tidak Bisa
-
Rekomendasi HP Murah Rp1 Jutaan RAM 6 GB: Kamera 50 MP, Baterai Super Awet
-
Rumit! Ini Skenario Semen Padang, Barito Putera dan PSS Sleman Lolos Degradasi
-
Comeback Bela Timnas Indonesia, 10 Keunggulan Stefano Lilipaly
Terkini
-
Terinspirasi Kisah Nyata! Film Horor 'Dasim' Bongkar Cara Jin Dasim Hancurkan Rumah Tangga
-
Rahasia Dapat Saldo Gratis Rp200 Ribu dari DANA Kaget: Ini Link Aktif untuk Diklaim
-
Kritik Suporter PSS ke Manajeman Viral, Bupati Sleman: Ya Harus segera Berbenah
-
BRI Dorong UMKM dan Energi Hijau dengan Prinsip ESG, Portofolio Rp796 T Hingga Akhir Kuartal I 2025
-
70 Persen SD di Sleman Memprihatinkan, Warisan Orde Baru Jadi Biang Kerok?