SuaraJogja.id - Konflik antara Rusia dan Ukraina masih terus berlangsung. Bahkan operasi militer khusus juga telah diluncurkan oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin di bagian Ukraina timur pada Kamis (24/2/2022) waktu setempat.
Pengamat hubungan internasional UGM Riza Noer Arafani menilai bahwa kondisi tersebut sebenarnya dapat menjadi peluang untuk negara-negara seperti Indonesia. Khususnya dalam hal mengajukan proposal sebagai saran untuk menurunkan tensi ketegangan dua negara itu.
"Ya ini sebenarnya peluang juga ya untuk negara-negara seperti Indonesia untuk mengajukan proposal di luar yang sudah ada lewat mekanisme internasional, utamanya lewat perserikatan bangsa-bangsa ya. Paling tidak sekarang ini bisa diserukan untuk semua pihak menahan diri untuk tidak melanjutkan eskalasi konfliknya," kata Riza saat dihubungi awak media, Kamis (24/2/2022).
Menurutnya langkah atau upaya untuk menurunkan eskalasi konflik itu penting untuk dilakukan. Tentu saja jika memang memungkinkan harus ada upaya untuk menurunkan ketegangan hingga menghentikan konflik itu.
Baca Juga: Perang Mulai Berkecamuk, 138 WNI di Ukraina dalam Kondisi Aman
Hal itu yang kemudian dinilai mendesak dalam jangka waktu setidaknya menengah dan panjang. Tidak hanya Indonesia, kata Riza beberapa negara lain pun bisa ikut terlibat sebagai penengah di konflik tersebut.
"Saya kira memang negara-negara selatan, negara-negara emerging power seperti Indonesia, Brasil, Afrika Selatan dan Turki misalnya, itu bisa menjadi alternatif ya untuk menjadi penengah dari konflik yang sudah berkepanjangan di sana," ujarnya.
Meskipun memang untuk Indonesia sendiri tidak mempunyai track record untuk itu. Namun melihat kepentingan yang ada sekarang ini untuk menghindarkan konflik dalam skala yang lebih besar upaya itu harus dilakukan.
"Mungkin dengan menggandeng Cina, walaupun ya agak susah kalau memasukkan Cina di dalamnya tapi India, Indonesia, Brasil, Afrika Selatan itu negara-negara yang kunci," ungkapnya.
Belum lagi, ditambahkan Riza terkait dengan negara-negara tersebut yang masuk di dalam G20. Mengingat presidensi Indonesia juga ada di sana.
Baca Juga: Serangan Siber Meningkat di Ukraina, Prancis dan Australia Selamatkan Warga
Menurutnya G20 harus mempunyai pesan kaitannya dengan penyelesaian konflik Rusia dan Ukraina tersebut. Walaupun memang G20 tidak dirancang untuk menyelesaikan persoalan di bidang-bidang politik atau militer melainkan lebih ke ekonomi dan keuangan.
Berita Terkait
-
Guru Besar UGM Dipecat buntut Terlibat Kasus Kekerasan Seksual
-
Jadwal Timnas Indonesia U-17 vs Yaman, Link Live Streaming dan Prediksi Susunan Pemain
-
Asal Usul Darah Indonesia Laurin Ulrich, Eligible Bela Skuad Garuda
-
Korea Selatan Dihajar Timnas Indonesia U-17, Shin Tae-yong Tak Beri Selamat Nova Arianto
-
Kembali Naik Peringkat, Timnas Indonesia Berpotensi Tempel Ketat Vietnam di Ranking FIFA
Tag
Terpopuler
- Baru Sekali Bela Timnas Indonesia, Dean James Dibidik Jawara Liga Champions
- Terungkap, Ini Alasan Ruben Onsu Rayakan Idul Fitri dengan "Keluarga" yang Tak Dikenal
- Lisa Mariana Pamer Foto Lawas di Kolam Renang, Diduga Beri Kode Pernah Dekat dengan Hotman Paris
- JakOne Mobile Bank DKI Diserang Hacker? Ini Kata Stafsus Gubernur Jakarta
- Chat Istri Ridwan Kamil kepada Imam Masjid Raya Al Jabbar: Kami Kuat..
Pilihan
-
Jadwal Timnas Indonesia U-17 vs Yaman, Link Live Streaming dan Prediksi Susunan Pemain
-
Minuman Berkemasan Plastik Berukuran Kurang dari 1 Liter Dilarang Diproduksi di Bali
-
Nova Arianto: Ada 'Resep Rahasia' STY Saat Timnas Indonesia U-17 Hajar Korea Selatan
-
Duh! Nova Arianto Punya Ketakutan Sebelum Susun Taktik Timnas Indonesia U-17 Hadapi Yaman
-
Bukan Inter Milan, Dua Klub Italia Ini Terdepan Dapatkan Jay Idzes
Terkini
-
Prabowo Didesak Rangkul Pengusaha, Tarif Trump 32 Persen Bisa Picu PHK Massal di Indonesia?
-
Viral, Mobil Digembosi di Jogja Dishub Bertindak Tegas, Ini Alasannya
-
Tanggapi Langkah Tarif Trump, Wali Kota Jogja: Kuatkan Produk Lokal!
-
Masa WFA ASN Diperpanjang, Pemkot Jogja Pastikan Tak Ganggu Pelayanan Masyarakat
-
Kurangi Kendaraan Pribadi Saat Arus Balik, Menhub Lepas 22 Bus Pemudik di Giwangan