Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo | Rahmat jiwandono
Rabu, 02 Maret 2022 | 13:29 WIB
Penjual ayam geprek di Nitiprayan, Kasihan, Bantul, Rabu (1/2/2022). (SuaraJogja.id/Rahmat Jiwandono)

SuaraJogja.id - Penjual ayam geprek mengeluhkan harga cabai rawit yang kembali mahal. Kekinian harga cabai rawit mencapai Rp65.000 per kilogram (kg).

Penjual ayam geprek di Nitiprayan, Kapanewon Kasihan, Kabupaten Bantul, Nur Amin mengatakan, kini ia memulai membatasi jumlah cabai dalam setiap ayam geprek yang dipesan. Satu orang pembeli maksimal mendapat lima cabai.

"Saya batasi lagi pemberian cabainya untuk setiap porsi ayam geprek. Satu porsi paling banyak lima cabai, kalau biasanya bebas ada yang minta 10-12 cabai saya layani," paparnya kepada SuaraJogja.id, Rabu (2/3/2022).

Apabila pemberian cabai tidak dibatasi maka dia sebagai pedagang bisa rugi. Dalam sehari ia dapat menjual sekitar 50 potong ayam geprek.

Baca Juga: BI: Cabai Rawit dan Minyak Goreng Penyumbang Inflasi Desember

"Coba saja dibayangkan kalau enggak dibatasi cabainya dan sehari saya bisa jual 50 potong ayam geprek. Kalau enggak begitu bisa tombok," katanya.

Amin mengaku kurang tahu mengapa harga cabai rawit kembali mahal. Dia menilai ada kebijakan yang tidak pas sehingga harganya yang tadinya sudah turun sekarang naik lagi.

"Enggak tahu maunya pemerintah seperti apa. Tadinya sudah turun harga kok naik lagi," katanya.

Selain itu, dia juga mengeluhkan harga serta kelangkaan minyak goreng. Sebab, usahanya sangat tergantung dengan minyak goreng serta cabai rawit.

"Ini harganya sudah mahal dan sulit untuk dapetinnya. Satu liter saya beli harganya Rp18.000," ujarnya.

Baca Juga: Jelang Pergantian Tahun, Harga Cabai Rawit di Bandung Tembus Rp 120 Ribu per Kilogram

"Itu saja susah carinya. Kadang diantar dan kadang enggak," tambahnya.

Ia berharapan agar harga minyak goreng dan cabai rawit kembali stabi.

"Ya inginnya harganya jadi normal lagi dan petani juga diuntungkan," papar dia.

Load More