Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Senin, 14 Maret 2022 | 12:13 WIB
Presiden Rusia Vladimir Putin bersalaman dengan Presiden China Xi Jinping [Foto: Antara]

Beijing, mitra perdagangan penting Rusia, telah menolak menyebut aksi militer Rusia sebagai invasi, meskipun Presiden China Xi Jinping pekan lalu menyerukan "penahanan diri maksimal" di Ukraina setelah bertemu virtual dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz dan Presiden Prancis Emmanuel Macron.

Xi juga mengungkapkan keprihatinannya tentang dampak sanksi terhadap keuangan global, pasokan energi, transportasi dan rantai pasokan, di tengah gejala yang meningkat bahwa sanksi Barat sedang membatasi kemampuan China untuk membeli minyak Rusia.

Namun, Hu Xijin, mantan pemimpin redaksi harian Global Times yang didukung pemerintah China, menulis di Twitter: "Jika Sullivan berpikir dia bisa membujuk China untuk ikut memberi sanksi kepada Rusia, dia akan kecewa."

Washington dan kelompok negara ekonomi maju G7 pada Jumat menambah tekanan pada Rusia dengan menyerukan pencabutan status "negara paling disukai" dalam perdagangan.

Baca Juga: Konflik Rusia - Ukraina Bisa Sebabkan Krisis Moneter Panjang? Begini Jawaban IMF

Dengan pencabutan itu, mereka dapat menaikkan tarif pada barang-barang asal Rusia, yang ekonominya disumbang 46 persen oleh perdagangan pada 2020, sebagian besar dengan China yang menjadi tujuan ekspor terbesarnya.

Load More