Scroll untuk membaca artikel
Eleonora PEW | Rahmat jiwandono
Kamis, 16 Juni 2022 | 10:44 WIB
Petugas kesehatan hewan memeriksa sapi di Segoroyoso, Pleret, Bantul. - (SuaraJogja.id/Rahmat Jiwandono)

SuaraJogja.id - Sebanyak 973 hewan ternak di Kabupaten Bantul positif terpapar penyakit mulut dan kuku (PMK). Dari jumlah tersebut, ternak yang terkena PMK tersebar di 13 kapanewon/kecamatan di Bumi Projotamansari.

"Kasus PMK terbanyak ada di Kapanewon Pleret dengan 512 kasus. Terbanyak ada di Kalurahan Segoroyoso yaitu 282 kasus PMK," kata Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Bantul Joko Waluyo pada Rabu (15/6/2022).

Lebih lanjut dijelaskan Joko, dari ratusan ternak yang terpapar PMK, terdapat lima ternak yang mati. Selain itu, terdapat lima ternak yang terpaksa dipotong.

"Yang sembuh dari PMK juga ada lima ternak, kebanyakan adalah sapi. Dan untuk yang mati kebanyakan adalah pedhet (anak sapi) yang umurnya di bawah satu tahun," ujar dia.

Baca Juga: Lalu Lintas Pengiriman Sapi, Kerbau, dan Kambing ke Sabang Dihentikan untuk Cegah Wabah Penyakit Mulut dan Kuku

Ia menandaskan bahwa 973 ternak yang positif PMK merupakan hasil sampel yang sudah diteliti oleh laboratorium Balai Besar Veteriner (BBVet) Wates.

Disinggung mengenai vaksin bagi ternak yang tekena PMK, katanya, pihaknya sudah mengusulkannya. Kendati demikian, ia belum tahu berapa jumlah vaksin yang akan didapat.

"Kami belum tahu berapa yang akan turun (vaksin untuk ternak kena PMK)," ujarnya.

Pasalnya, kebijakan dari pemerintah pusat vaksin diutamakan untuk sapi perah. Alasannya lantaran produksi susu sapi perah menurun drastis imbas PMK.

"Dan untuk pemulihannya sendiri tergolong cukup lama. Kalau jumlah sapi perah di Bantul hanya ada 160 ekor. Sapi potong totalnya sekitar 72.000 ekor yang terdiri dari sapi dewasa hingga pedhet," terangnya.

Baca Juga: Heboh Peristiwa Mobil Tabrak Sapi, Bagian Bumper Depan Ringsek, Sapi Mati di Tempat

Di samping itu, DKPP Bantul tidak melakukan pengetatan terhadap arus lalu lintas ternak karena itu merupakan kewenangan DKPP DIY. Yang bisa dilakukan pihaknya ialah mengawasi jalan-jalan tikus yang dilewati oleh ternak.

"Karena sapi di Bantul itu berasal dari luar daerah seperti Wonosari, Gunungkidul dan Wonogiri, Jawa Tengah. Di perbatasan Wonosari juga tidak da pos pemeriksaan ternak. Selain itu pengetatan di pasar tradisional," kata dia.

Hal senada disampaikan oleh Koordinator Pelayanan Veteriner BBvet Wates, Indarto Sudarsono menyebutkan bahwa 973 ternak di Bantul positif PMK. Dari pengamatan dan penelitian, ada beberapa gejala yang dialami hewan yang terserang virus PMK ini.

"Gejalanya itu seperti keluar air liur, lidahnya keluar, gusi melepuh, di kuku tadi ada luka, maka PMK. Dari ciri-ciri tersebut, dokter hewan di lapangan bisa menentukan bahwa ini positif klinis," imbuhnya.

Load More