Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Senin, 18 Juli 2022 | 15:36 WIB
Wakil Komandan Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) Marsekal Pertama (Marsma) TNI Wahyu Hidayat Sudjatmiko. ANTARA/Muhammad Zulfikar/am.

Dari titik tersebut, kariernya pun dimulai.

Istri yang menguatkan

Wahyu mengecap hidup penuh ketegangan ketika ia menjadi bagian dari Paskhas. Ia ikut terjun dalam penanganan konflik di Aceh, kerusuhan di Ambon, gejolak di Timor Timur, konflik di Papua, serta guncangan keamanan di berbagai sudut Indonesia lainnya.

Tas selalu siap untuk dibawa pergi bertugas. Bahkan, kalau bisa, pakaian bertugas pun selalu melekat pada tubuh karena dirinya harus selalu di dalam kondisi siaga. Tidak ada yang tahu kapan kerusuhan akan meledak dan panggilan untuk bertugas dapat datang sewaktu-waktu.

Baca Juga: Jet Tempur TNI AU Paksa Daratkan Pesawat Asing di Lanud Soewondo Medan

Terlebih, saat itu personel pasukan elit TNI AU ini tidak terlalu besar, hanya sekitar 2.000 orang.

Situasi tersebut mengakibatkan Wahyu kerap harus meninggalkan istrinya,  Neneng Roheni, dokter gigi PNS di TNI AU, untuk bertugas. Sebaliknya, Neneng tak pernah meninggalkan Wahyu. Saat mengandung anak pertama pun, Neneng lebih memilih tinggal di rumah dinas meski sendirian, ketimbang pulang ke rumah orangtuanya.

“Saya melewatkan kelahiran anak pertama saya. Saat yang kedua lahir juga saya nggak nungguin,” tuturnya.

Ketika Wahyu pulang dari bertugas, anak pertamanya sudah bisa berjalan. "Saya dipanggil Om," kata Wahyu.

Tekanan ketika berpisah dari keluarga merupakan salah satu penyebab gundah yang ia rasakan saat bertugas.

Baca Juga: Basarnas dan TNI AU Evakuasi Korban Kecelakaan Pesawat Susi Air di Timika

Dalam situasi seperti itu, Sang Istri menjadi sosok yang menenangkan bagi Wahyu. Neneng Roheni merupakan sosok yang tangguh dan mandiri, begitulah Wahyu menggambarkan istrinya.

Load More