SuaraJogja.id - Anak-anak yang baru sembuh dari COVID-19 boleh menerima vaksin campak rubela sejak satu hari setelah dinyatakan negatif dari paparan virus tersebut, seperti dinyatakan Dinas Kesehatan DKI Jakarta.
"Jika ada yang COVID-19, satu hari sesudah sembuh pun bisa langsung disuntikan vaksin campak rubela. Pastikan anak sehat saat penyuntikan dan belum ulang tahun ke-5," ujar Kepala Seksi Surveilans Epidemiologi dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta Ngabila Salama di Jakarta, Selasa.
Ngabila mengatakan, tidak ada jarak waktu dari merek vaksin lain bagi anak yang akan divaksin campak rubela. Vaksin tersebut bahkan bisa diberikan langsung sekaligus, yakni empat sampai lima merek vaksin berbeda dalam satu waktu.
Ngabila menjelaskan, anak yang sedang menderita batuk dan pilek juga dapat menerima vaksin dalam kegiatan Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN). Tetapi vaksin harus ditunda jika anak sedang demam dengan suhu lebih dari 38 derajat Celsius.
"Vaksin campak rubela aman, sehat, bermanfaat dan berkualitas," katanya.
Pemerintah membuat program prioritas untuk memberi vaksin gratis karena campak rubela sangat berbahaya untuk kesehatan anak.
Di 34 provinsi secara serentak dilakukan kampanye imunisasi campak rubela pada Agustus 2022 untuk menciptakan "herd immunity" anak.
BIAN merupakan upaya pencegahan agar tidak terjadi Kejadian Luar Biasa Penyakit-Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (KLB PD3I) dan akibat terjadi penurunan cakupan imunisasi rutin pada anak selama pandemi COVID-19.
Provinsi DKI Jakarta dalam menjalankan BIAN ini memiliki sasaran balita usia sembilan sampai 59 bulan dengan imunisasi tambahan campak rubela tanpa memandang status imunisasi.
Baca Juga: 3,4 Juta Balita Di Jabar Ditargetkan Diimunisasi Campak Rubela hingga Polio
Selain itu, imunisasi kejar bagi yang belum lengkap imunisasi polio oral sebanyak empat kali, polio suntik sebanyak satu kali dan DPT-Hb-Hib (pentabio) sebanyak tiga kali.
"Manfaat BIAN dapat mencegah kesakitan dan kecacatan akibat campak, rubela, polio, difteri, pertusis (batu rejan), hepatitis B, pneumonia (radang paru) dan meningitis (radang selaput otak)," tutur Ngabila. [ANTARA]
Berita Terkait
-
3,4 Juta Balita Di Jabar Ditargetkan Diimunisasi Campak Rubela hingga Polio
-
Campak dan Rubella Bukan Penyakit Ringan! IDAI: Efeknya Bisa Kejang Otak dan Cacat
-
Jabar Penyumbang Tertinggi Kasus Covid-19, Banten Jadi Provinsi Kelima dengan Jumlah Pasien Sembuh Terbanyak
-
Setelah Sembuh Covid-19, Wagub DKI Ahmad Riza Ajak Istri Kondangan 2 Pesta Pernikahan Sekaligus
-
Ayo Taat Prokes! Satgas Covid-19 Catat Pasien Sembuh Bertambah 25.386 Orang
Terpopuler
- Susunan Tim Pelatih Timnas Indonesia U-23 di SEA Games 2025, Indra Sjafri Ditopang Para Legenda
- 7 Sunscreen yang Wudhu Friendly: Cocok untuk Muslimah Usia 30-an, Aman Dipakai Seharian
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- Pria Protes Beli Mie Instan Sekardus Tak Ada Bumbu Cabai, Respons Indomie Bikin Ngakak!
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 23 Oktober 2025: Pemain 110-113, Gems, dan Poin Rank Up Menanti
Pilihan
-
Harga Emas Sabtu 25 Oktober 2025: Antam Masih 'Hilang', UBS dan Galeri 24 Menguat
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
Terkini
-
Mengulik Festival Angkringan Yogyakarta 2025, Dorong Transformasi Digital Pasar dan UMKM Lokal
-
Ironi Distribusi Sapi: Peternak NTT Merugi, Konsumen Jawa Bayar Mahal, Kapal Ternak Jadi Kunci?
-
Rejeki Nomplok Akhir Pekan! 4 Link DANA Kaget Siap Diserbu, Berpeluang Cuan Rp259 Ribu
-
Petani Gunungkidul Sumringah, Pupuk Subsidi Lebih Murah, Pemkab Tetap Lakukan Pengawasan
-
Makan Bergizi Gratis Bikin Harga Bahan Pokok di Yogyakarta Meroket? Ini Kata Disperindag