SuaraJogja.id - Pemerintah Kota (Pemkot) Yogyakarta terus melakukan penguatan upaya pencegahan stunting di wilayahnya. Sebagai langkah percepatan tim pendamping keluarga dikerahkan di tiap kelurahan.
Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo menuturkan bahwa tim pendamping keluarga itu akan melakukan pencegahan dengan deteksi dini dan pendampingan bagi kelompok sasaran.
Adapun kelompok yang disasar itu terdiri atas calon pengantin, ibu hamil, ibu bersalin dan bayi di bawah dua tahun (baduta).
"Data itu menjadi sangat penting, apalagi untuk stunting ini harus diperbarui secara rutin untuk tahu angka real time berapa dan siapa saja yang berisiko stunting," kata Hasto, Minggu (13/7/2025).
"Bukan hanya baduta saja tapi mencegah sejak dari awal ya dari calon pengantin, berapa yang sehat, anemia, kurang energi kronis (KEK) begitu juga dengan ibu hamil," imbuhnya.
Ada pula bidan yang dikerahkan dalam program satu kampung satu bidan untuk membantu mengakselerasi upaya ini. Sehingga nantinya secara intens dapat memantau perkembangan kelompok sasaran pencegahan stunting by name by address.
"Dinas Kesehatan, DP3AP2KB, Puskesmas, Kemantren, Kelurahan, dan perangkat daerah terkait harus diperkuat koordinasinya supaya kelompok sasaran bisa diintervensi I sebelum terjadi stunting. Termasuk kaitannya dengan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) tepat sasaran," ucapnya.
Sejalan dengan itu Kepala Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Emma Rahmi Aryani menjelaskan per 7 Juli 2025 terdapat 545 calon pengantin (catin) yang berdomisili di Kota Yogyakarta di mana 518 catin sehat, 13 KEK, 8 anemia, dan 5 KEK plus anemia.
"Intervensi untuk 26 catin berisiko dilakukan dengan PMT dan atau tablet tambah darah selama tiga bulan, yang mana setiap bulan akan dipantau perkembangannya," ungkap Emma.
Baca Juga: Jogja Siaga Stunting, Data Terbaru Ungkap Ratusan Keluarga Berisiko: Ini yang Dilakukan Pemkot?
Sementara itu Sekretaris DP3AP2KB Kota Yogyakarta, Sarmin mengatakan per Juli 2025 ada 9 ibu hamil, 443 baduta dan 161 keluarga baru yang masuk dalam kategori Keluarga Berisiko Stunting.
"Keluarga Berisiko Stunting tersebut diintervensi dengan PMT yang berasal dari dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK), Dana Keistimewaan (Danais) dan BKKBN," kata Sarmin.
Tercatat prevalensi stunting di Kota Yogyakarta terus mengalami penurunan. Pada tahun 2024 berada di angka 14,8 persen turun 2 persen dibandingkan tahun 2023 sebesar 16,8 persen.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Murah untuk Aktivitas Harian Pemula, Biaya Operasional Rendah
- 51 Kode Redeem FF Terbaru 8 Desember 2025, Klaim Skin Langka Winterlands dan Snowboard
- Shio Paling Hoki pada 8-14 Desember 2025, Berkah Melimpah di Pekan Kedua!
- 7 Rekomendasi Bedak Padat Anti Dempul, Makeup Auto Flawless dan Anti Cakey
- Sambut HUT BRI, Nikmati Diskon Gadget Baru dan Groceries Hingga Rp1,3 Juta
Pilihan
-
Rekomendasi 7 Laptop Desain Grafis Biar Nugas Lancar Jaya, Anak DKV Wajib Tahu!
-
Harga Pangan Nasional Hari Ini: Cabai Sentuh Rp70 Ribu
-
Shell hingga Vivo sudah Ajukan Kuota Impor 2026 ke ESDM: Berapa Angkanya?
-
Kekhawatiran Pasokan Rusia dan Surplus Global, Picu Kenaikan Harga Minyak
-
Survei: Kebijakan Menkeu Purbaya Dongkrak Optimisme Konsumen, tapi Frugal Spending Masih Menguat
Terkini
-
Duh! 17 Ribu Lebih Titik Kebutuhan Penerangan Jalan di Sleman, Baru Setengahnya yang Standar
-
Peduli Satwa Dilindungi, Bocah Sleman Serahkan Trenggiling Temuan ke BKSDA Yogyakarta
-
Ingatkan Warga Waspada Cuaca Ekstrem, BPBD Yogya Soroti Kerentanan Kawasan Wisata
-
Berawal dari Bosan Menu Sarapan, Nada Menemukan Jalan Usaha Lewat Sushi Pagi
-
10 Tahun Pakai Biogas, Warga Sleman Tak Khawatir Jika LPG Langka atau Mahal