SuaraJogja.id - Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Sleman mencatat ada 62 Sekolah Dasar (SD) Negeri yang kekurangan siswa pada Sistem Penerimaan Siswa Baru (SPMB) 2025 tahun ajaran 2025/2026.
Puluhan SD Negeri di Bumi Sembada itu hanya tercatat mendapat kurang dari 10 siswa.
"Dari 374 SD Negeri itu, setelah proses SPMB dan daftar ulang dengan jalur yang ada, itu ada 62 SD Negeri yang penerimaan murid di bawah 10," kata Sekretaris Dinas Pendidikan Sleman, Sri Adi Marsanto dikutip Minggu (13/7/2025).
Menurut Sri Adi, ada dua penyebab utama yang membuat sejumlah SD Negeri sepi peminat.
Pertama, meningkatnya minat orang tua untuk menyekolahkan anak ke lembaga pendidikan swasta yang dianggap memiliki kualitas lebih baik.
"Sebabnya apa, pertama kecenderungan orang tua atau wali murid menyekolahkan anak untuk jenjang TK atau PAUD dan SD itu lebih tinggi ke swasta," ujarnya.
Dia tidak menampik bahwa sebagian orang tua memilih sekolah swasta sebab dianggap unggul dalam segi manajemen dan kualitas guru.
"Ya bisa jadi dari segi quality itu di bawahnya, kalau sekolah swasta di bawah yayasan yang kuat otomatis manajemen bagus, kompetensi guru dan lainnya," ucapnya.
Selain itu, faktor kedua tak lepas dari rendahnya populasi anak usia masuk sekolah dasar di beberapa wilayah.
Baca Juga: Nasib Transmigran Sleman di Ujung Tanduk? Pemkab Sleman Kembali Datangi Konawe Selatan
"Bisa jadi masyarakat di situ khususnya siswa yang berusia sekolah SD itu sedikit. Mungkin SD 3-4 atau di bawah balita misalkan," imbuhnya.
Ditegaskan Sri Adi, Disdik Sleman tak tinggal diam terkait persoalan ini. Pihaknya terus melakukan berbagai upaya agar SD Negeri tetap diminati masyarakat.
Peningkatan kualitas guru, kepala sekolah, hingga perbaikan sarana prasarana menjadi beberapa poin yang penting untuk dijadikan evaluasi.
"Memperbaiki kualitas dari sisi tenaga pendidik, kependidikannya, guru, kepala sekolah, manajemen harus bagus. Kepala sekolah berperan untuk ini seperti sebuah usaha, promosi bagus, kualitas bagus, pasti didatangi orang," tuturnya.
Terkait peningkatan kompetensi dan kapasitas guru, kata Sri Adi, hal itu sudah rutin dilakukan. Baik melalui pelatihan, sosialisasi, serta forum diskusi.
"Kembali lagi kalau keinginan orang tua ke swasta ya apa boleh buat," tambahnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Mobil Keluarga Tahan Banting Anti Mogok, Mulai Rp 60 Jutaan
- 23 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 17 Oktober: Klaim 16 Ribu Gems dan Pemain 110-113
- Makan Bergizi Gratis Berujung Petaka? Ratusan Siswa SMAN 1 Yogyakarta Keracunan Ayam Basi
- Jepang Berencana Keluar dari AFC, Timnas Indonesia Bakal Ikuti Jejaknya?
- Muncul Dugaan Kasus Trans7 vs Ponpes Lirboyo untuk Tutupi 4 Kasus Besar Ini
Pilihan
-
Menkeu Purbaya Curigai Permainan Bunga Usai Tahu Duit Pemerintah Ratusan Triliun Ada di Bank
-
Pemerintah Buka Program Magang Nasional, Siapkan 100 Ribu Lowongan di Perusahaan Swasta Hingga BUMN
-
6 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori Besar untuk Orang Tua, Simpel dan Aman
-
Alhamdulillah! Peserta Magang Nasional Digaji UMP Plus Jaminan Sosial dari Prabowo
-
Kabar Gembira! Pemerintah Guyur BLT Ekstra Rp30 T, 17 Juta Keluarga Baru Kebagian Rezeki Akhir Tahun
Terkini
-
Sleman Dikepung Ancaman Banjir Lahar, hingga Longsor dari Lereng Merapi ke Prambanan
-
Jokowi Kembali ke 'Rumah', Jawab Isu Ijazah Palsu Tanpa Kata di Dies Natalis Kehutanan UGM
-
Jokowi Ucapkan Selamat Ulang Tahun untuk Prabowo: Semoga Diberi Kekuatan dan Kesehatan Pimpin Negara
-
Gugup Pidato Depan Jokowi, Celetukan Ijazah Asli Menteri Raja Juli Bikin Seisi UGM Riuh
-
Jokowi dan Raja Juli Hadiri Rapat Senat Dies Natalis Fakultas Kehutanan UGM