SuaraJogja.id - Masyarakat di Kalurahan Wonokromo, Kapanewon Pleret, Bantul kembali gelar Rebo Pungkasan setelah dua tahun lamanya tidak diselenggarakan karena pandemi Covid-19.
Ratusan warga dari 12 padukuhan melakukan kirab dan mengarak lemper raksasa dan berbagai macam hasil bumi dari masjid Al Huda sampai ke pendopo Kalurahan Wonokromo. Gelaran adat ini disaksikan oleh ribuan orang yang hadir pada Selasa (20/9/2022) malam.
Lurah Wonokromo, Machrus Hanafi mengatakan gelaran Rebo Pungkasan telah ada sejak abad ke-17. Gelaran tahun ini tak jauh berbeda dengan yang telah diselenggarakan pada tahun-tahun sebelumnya.
"Sebenarnya perjalanan sejarah yang panjang dari abad ke-17. Tahun ini setelah pademi baru diselenggarakan dengan konsep yang sama seperti sebelumnya," katanya saat ditemui SuaraJogja.id selepas acara Rebo Pungkasan, Selasa.
Baca Juga: Bangkitkan Budaya Bali, Puri Pemecutan Tampilkan Atraksi Pecut di Peringatan Puputan Badung
Machrus menjelaskan, gelaran Rebo Pungkasan dimaknai sebagai salah satu pelestarian budaya serta akulturasi antara agama dan budaya dimana diselenggarakan di hari Rabu terakhir bulan Safar dalam penanggalangan Jawa.
"Dilaksanakan hari rabu terakhir bulan Sapar, patokannya itu. Kalau tanggal nasional jatuh kapan itu dinamis," tuturnya.
Ia melanjutkan dalam rangkaian gelaran Rebo Pungkasan juga turut menghadirkan majelis doa untuk mendoakan leluhur yang telah mendahului serta mendoakan yang masih hidup agar tehindar dari musibah. Bagian rangkaian Rangkaian Rebo Pungkasan ini telah dilaksanakan pada Senin (19/9/2022) sejak subuh hingga maghrib.
"Merujuk dalam ajaran agama bahwa di bulan Sapar semakin mendekatkan diri pada Allah, berdoa meminta keselamatan dan kesehatan. Karena memang di bulan Sapar kebanyakan juga banyak musibah, ada bala [malapetaka]. Makanya kita rangkai juga majelis doa untuk tolak bala," paparnya.
Mengenai lemper yang diarak, Machrus menuturkan makanan ini merupakan sajian khas dari leluhur sejak abad 17 untuk menjamu tamu-tamu kehormatan. Selain itu makanan lemper sendiri memiliki makna filosofis yang dalam, dimana untuk merasakan kenikmatan kita harus menjalani proses untuk mencapainya.
Baca Juga: Kirab Budaya Jarwana, Kerukunan Akulturasi Budaya 3 Etnis di Kelurahan Jayengan Solo
"Lemper sendiri yang terdiri dari 3 lapis ada filosofinya. Pertama kita harus mengupas kulit atau daun itu untuk menuju kenikmatan. Terus kita menemukan ketan yang rasanya biasa saja, tetapi ketika dilanjutkan sampai pada inti atau akhir, kita akan menemukan kenikmatan dari isian daging," jelasnya
Berita Terkait
-
Benarkah Robot Vakum Lantai Bisa Gantikan Peran ART di Rumah? Ini Kesaksian Konten Kreator
-
Gelar Kunjungan Industri, Siswa MAN 2 Bantul Praktik Olah Bandeng Juwana
-
Mempelajari Pembentukan Pulau Jawa di History of Java Museum
-
MAN 2 Bantul Terima Wakaf dari Keluarga Almh Hj. Munifah binti Istamar
-
Penyerahan Sertifikat Wakaf kepada Keluarga Hj. Munifah di MAN 2 Bantul
Terpopuler
- Pemilik Chery J6 Keluhkan Kualitas Mobil Baru dari China
- Profil dan Aset Murdaya Poo, Pemilik Pondok Indah Mall dengan Kekayaan Triliunan
- Jadwal Pemutihan Pajak Kendaraan 2025 Jawa Timur, Ada Diskon hingga Bebas Denda!
- Pemain Keturunan Maluku: Berharap Secepat Mungkin Bela Timnas Indonesia
- Jairo Riedewald Belum Jelas, Pemain Keturunan Indonesia Ini Lebih Mudah Diproses Naturalisasi
Pilihan
-
Solusi Pinjaman Tanpa BI Checking, Ini 12 Pinjaman Online dan Bank Rekomendasi
-
Solusi Aktivasi Fitur MFA ASN Digital BKN, ASN dan PPPK Merapat!
-
5 Rekomendasi HP Murah Rp 1 Jutaan RAM 8 GB, Terbaik untuk April 2025
-
Gelombang Kejutan di Industri EV: Raja Motor Listrik Tersandung Skandal Tak Terduga
-
Harga Emas Antam Lompat Tinggi Lagi Rp34.000 Jadi Rp1.846.000/Gram
Terkini
-
IHSG Masih Jeblok Jadi Momentum Berinvestasi? Simak Tips dari Dosen Ekonomi UGM
-
Jogja Hadapi Lonjakan Sampah Pasca Lebaran, Ini Strategi Pemkot Atasi Tumpukan
-
Revitalisasi Stasiun Lempuyangan Diprotes, KAI Ungkap Alasan di Balik Penggusuran Warga
-
Soal Rencana Sekolah Rakyat, Wali Kota Yogyakarta Pertimbangkan Kolaborasi Bersama Tamansiswa
-
Solusi Anti Pesing Malioboro, Wali Kota Jogja Cari Cara Antisipasi Terbaik