SuaraJogja.id - Sebuah akun Instagarm @faktafavoritdunia memosting sebuah cerita inspiratif tentang pesepakbola dunia asal Pantai Gading yang pernah berseragam Chelsea, Didier Drogba.
Seperti yang telah diketahui bersama di Negara Pantai Gading terjadi konflik bersaudara yang sangat besar, namun pada 8 Oktober 2005 menjadi titik awal sebuah perdamaian sesaat setelah Pantai Gading berhasil merebut tiket Piala Dunia tahun 2006 di Jerman.
"Orang yang mendamaikan pihak-pihak yang bertikai bukanlah seorang politisi atau orang yang memiliki senjata, tetapi dia adalah seorang bintang sepakbola, Didier Drogba," tulis akun Instagram @faktafavoritdunia.
Dilansir dari akun Instagram @faktafavoritdunia bahwa kapten Pantai Gading kala itu Cyril Damoraud sengaja mengundang awak media untuk masuk ke ruang ganti pemain. Sang kapten kemudian meminta kepada salah seorang jurnalis untuk menyerahkan mikrofon kepada Drogba untuk mengucapkan pidato kemenangan dan juga untuk negaranya yang sedang bertikai.
Pada saat eks pemain Chelsea yang berhasil mengangkat trofi Liga Champion bersama The Blues memulai pidatonya, semua pemain berlutut di hadapan kamera.
"Saat Drogba mulai berbicara, semua pemain berlutut di depan kamera. Drogba berkata “Wahai Warga Pantai Gading dari utara, selatan, Timur, dan barat, kami berlutut memohon kepada kalian untuk saling memaafkan. Negeri besar seperti Pantai Gading tidak bisa terus-menerus karam dalam kekacauan. Letakkan senjata kalian dan saling memaafkan. Hentikan peperangan". "Satu negara di Afrika dengan banyak kekayaan tidak boleh hancur karena perang ini. Tolong, letakkan semua senjata". Para pemain kemudian mengangkat lutut dan berdiri, senyum lebar terlihat di wajah para pemain dan mereka mulai bernyanyi," tulisnya.
"Permintaan Drogba dan para pemain lainnya di ruang ganti stadion tidak sia-sia. Kelompok yang bertikai sepakat mengadakan gencatan senjata dan beberapa lama setelahnya memulai proses perjanjian perdamaian, kedua belah pihak menandatangani perjanjian damai resmi yang menandai berakhirnya perang saudara selama bertahun-tahun," imbuhnya.
Cerita tersebut sontak memantik perhatian para penggemar sepak bola tanah air dan netizen Indonesia. Banyak dari mereka yang membanding-bandingkan antara sepak bola Pantai Gading dan Indonesia buntut dari Tragedi Kanjuruhan yang telah menewaskan ratusan korban jiwa.
"Sepakbola seharusnya mendamaikan, bukan menjadi ruang bagi fanatisme yang menimbulkan kerugian baik harta maupun nyawa," ungkap salah seorang netizen.
Baca Juga: Perang Saudara pada Semifinal Kejuaraan Dunia 2022
"Di negaranya sepak bola mendamaikan warga, di indo sepak bola merusuh warga," sindir netizen yang lain.
"ini diposting 17 yang lalu, sedangkan pagi ini, 2 Oktober 2022 tidak kurang 180+ orang meninggal dunia akibat kelamnya fanatisme sepak bola Indonesia. Hah negeri ku.." kata netizen lainnya.
Kontributor : Moh. Afaf El Kurnia
Berita Terkait
Terpopuler
Pilihan
-
Dari Tarkam ke Timnas Indonesia U-17: Dimas Adi Anak Guru yang Cetak Gol Ciamik ke Gawang Uzbek
-
Rekomendasi HP Murah Xiaomi dengan RAM Besar dan Chipset Dewa Agustus 2025
-
Wonogiri Heboh Kasus Pembunuhan Lagi, Kini Wanita Paruh Baya Diduga Dihabisi Anak Kandung
-
Prediksi Manchester United vs Arsenal: Duel Dua Mesin Gol, Sesko atau Gyokeres yang Lebih Tajam?
-
Fix! Gaji PNS Dipastikan Tak Naik di 2026
Terkini
-
Bantul Lawan Arus, Daerah Lain Naikkan PBB, Bantul Justru Beri 'Hadiah' Ini di 2026
-
Simulasi Kredit Motor Agustus 2025: Beat Cicilan Rp700 Ribuan, Mana Paling Murah?
-
Sidak Asrama Sekolah Rakyat Bantul: Puntung Rokok Ditemukan, Jam Kunjung Jadi Sorotan
-
Bikin Event Pakai Musik? Hotel dan EO Wajib Tahu Aturan Ini Kalau Tak Mau Terancam Sanksi
-
Dinkes Bantul Jemput Bola, Siswa SD & SMP Dapat Layanan Kesehatan Gratis di Sekolah