SuaraJogja.id - Puluhan transpuan atau waria bersama Pekerja Seks Komersial (PSK) dan sejumlah kaum disabilitas serta seniman Yogyakarta mengikuti Jogja Incusion Art Festival (JIAF) 2022 di Museum Sandi, Jumat (09/12/2022). Para transpuan tersebut menampilkan beragam produk dan hasil karya mereka dalam pameran selama dua hari.
"Kegiatan ini mencoba mensinergikan teman-teman dari kelompok minoritas seperti waria, psk dan kaum disabilitas untuk berdaya dan diterima masyarakat," ungkap Ketua Ikatan Waria (Iwayo) Yogyakarta, Ayu Kusuma disela acara.
Ayu mengungkapkan, selama ini kaum marjinal memiliki kekhawatiran untuk bisa berdaya dan meningkatkan kesejahteraan mereka. Keterbatasan lapangan kerja akibat pilihan hidup mereka seringkali menjadi kendala.
Karena itu mereka berupaya untuk bisa diterima masyarakat melalui kegiatan-kegiatan positif. Selain mengembangkan potensi diri di berbagai industri kreatif, mereka mencoba berbaur dengan masyarakat luas.
Melalui berbagai kegiatan positif yang dilakukan kaum marjinal, termasuk membantu para korban bencana di DIY maupun luar DIY.
"Kami bersyukur saat ini penerimaan masyarakat terhadap kaum rentan semakin terbuka. Masyarakat bisa membuka diri pada kami dan memanuasiakan kami sebagai manusia," paparnya.
Sementara Direktur Eksekutif Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) DIY, Budhi Hermanto mengungkapkan JIAF merupakan upaya mengenalkan gagasan inklusif dalam arti yang luas. JIAF juga menjadi upaya kecil mereka untuk meningkatkan pemahaman, membangun perspektif yang lebih baik dalam penerimaan kaum marjinal, termasuk Anak Yang berhadapan Dengan Hukum (ABH).
"Juga membangun perspektif nonbinary terhadap transgender, mendorong kebijakan yang memiliki perspektif keadilan dan perlindungan bagi anak, perempuan, lansia, warga miskin, juga penyandang disabilitas," paparnya.
Vella Massardi, relawan PKBI DIY menyatakan JIAF menjadi ruang untuk membangun cara pandang inklusi dan mengembangkan nilai-nilai yang lebih berempati terhadap komunitas marginal. Mereka yang terpinggirkan dari kebijakan agar bisa mendapatkan kesempatan yang sama dengan ukuran dasar keadilan dan kesetaraan.
Baca Juga: Kaesang dan Erina Akan Menikah, Kenali Beda Paes Solo dan Paes Jogja
"Kami sedang bekerja untuk menumbuhkan penghapusan stigma, diskriminasi dan kekerasan yang didasarkan pada kondisi kekerasan terhadap anak, perempuan, transpuan, pemenuhan hak disabilitas, lansia, kelompok rentan dan marjinal lainnya. Mereka punya hak yang sama dalam pembangunan manusia, pun semestinya mendapatkan kesempatan dan kesetaraan," imbuhnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Seharga NMax yang Jarang Rewel
- Here We Go! Peter Bosz: Saya Mau Jadi Pelatih Timnas yang Pernah Dilatih Kluivert
- 5 Mobil Keluarga 7 Seater Mulai Rp30 Jutaan, Irit dan Mudah Perawatan
- Sosok Timothy Anugerah, Mahasiswa Unud yang Meninggal Dunia dan Kisahnya Jadi Korban Bullying
- Lupakan Louis van Gaal, Akira Nishino Calon Kuat Jadi Pelatih Timnas Indonesia
Pilihan
-
Hasil Drawing SEA Games 2025: Timnas Indonesia U-23 Ketiban Sial!
-
Menkeu Purbaya Curigai Permainan Bunga Usai Tahu Duit Pemerintah Ratusan Triliun Ada di Bank
-
Pemerintah Buka Program Magang Nasional, Siapkan 100 Ribu Lowongan di Perusahaan Swasta Hingga BUMN
-
6 Rekomendasi HP 2 Jutaan Memori Besar untuk Orang Tua, Simpel dan Aman
-
Alhamdulillah! Peserta Magang Nasional Digaji UMP Plus Jaminan Sosial dari Prabowo
Terkini
-
'Indonesia Sengsara': BEM KM UGM Rilis Laporan Pedas 1 Tahun Prabowo-Gibran
-
3 Link DANA Kaget: Amplop Digital Gratis? Buruan Klaim sebelum Habis
-
Makan Bergizi Gratis Diteruskan Meski Ratusan Siswa Keracunan, DIY Beri Pelatihan Penjamah Makanan
-
Borobudur Highland Siap Jadi "Luar Biasa"': Kemenpar Dorong Event Kelas Dunia Pacu Sport Tourism
-
Rp8,6 Miliar untuk Beasiswa, Sleman Buka Peluang Kuliah bagi Ribuan Keluarga Miskin