SuaraJogja.id - Gunung Merapi masih terus meluncurkan awan panas pada Sabtu (11/3/2023). Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) menyebut terjadi 24 kali rentetan awan panas guguran.
Kepala BPPTKG, Agus Budi Santosa, Sabtu Sore mengungkapkan erupsi Gunung Merapi terjadi karena awan panas yang memicu runtuhnya kubah lava di barat daya. Selain itu terjadi tekanan aktivitas magmatik dari dalam gunung Merapi yang terus terjadi.
"Aktivitas gunung merapi memang unik karena ada dua kubah lava. Di mana awan panas kali ini terkait kubah barat daya yang runtuh sehingga mengarah ke barat daya. Dan aktivitas tadi siang adalah memang kombinasi runtuhnya kubah lava dengan tekanan magma dari dalam," paparnya.
Menurut Agus, kubah lava barat daya menempati tempat yang miring. Kubah tersebut benar-benar tidak stabil sehingga saat mendapat dorongan dari dalam atau tidak, maka bisa secara tiba-tiba runtuh.
Suplai magma pun masih terus terjadi. Hal itu berpotensi keluarnya magma dari dalam bumi masih tinggi. Aktivitas itu yang menyebabkan kenapa status Gunung Merapi saat ini berada di level III alias siaga diterapkan
"Setahun aktivitas sesmig dan awan panas ke arah barat daya, jarak paling besar terjadi hari ini. Tetapi sejak 2021 ini ada yang lebih tinggi yaitu di Gendol yang juga jaraknya 5 km, setahun terakhir," jelasnya.
Pada peristiwa alam kali ini, lanjut Agus, luncuran awan panas memang berpotensi luncuran awan panas ke arah barat daya sejauh 7 km dan selatan 5 km. Karenanya masyarakat diharapkan tetap tenang. Sebab erupsi Sabtu siang masih di dalam radius potensi bahaya yang ditetapkan.
"Saat ini belum perlu evakuasi, hanya dihimbau untuk bersiap-siap saja jika terjadi hal yang urgent," jelasnya.
Dengan aktivitas erupsi yang seperti ini, lanjut Agus, maka potensi bahaya Gunung Merapi lebih terukur. Besar kubah lava pun bisa dihitung untuk memperkirakan jarak luncur awan panas yang terjadi.
Baca Juga: Sejarah Erupsi Gunung Merapi dari Masa ke Masa
"Karena terukur sehingga masyarakat sudah tenang karena tahu tidak akan menjangkau pemukiman mereka," imbuhnya.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Motor Bekas di Bawah 10 Juta Buat Anak Sekolah: Pilih yang Irit atau Keren?
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- 5 Mobil Bekas 3 Baris Harga 50 Jutaan, Angkutan Keluarga yang Nyaman dan Efisien
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
- 10 Mobil Bekas Rp75 Jutaan yang Serba Bisa untuk Harian, Kerja, dan Perjalanan Jauh
Pilihan
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
-
Agensi Benarkan Hubungan Tiffany Young dan Byun Yo Han, Pernikahan di Depan Mata?
-
6 Smartwatch Layar AMOLED Murah untuk Mahasiswa dan Pekerja, Harga di Bawah Rp 1 Juta
Terkini
-
Dukung Konektivitas Sumatra Barat, BRI Masuk Sindikasi Pembiayaan Flyover Sitinjau Lauik
-
Hidup dalam Bayang Kejang, Derita Panjang Penderita Epilepsi di Tengah Layanan Terbatas
-
Rayakan Tahun Baru di MORAZEN Yogyakarta, Jelajah Cita Rasa 4 Benua dalam Satu Malam
-
Derita Berubah Asa, Jembatan Kewek Ditutup Justru Jadi Berkah Ratusan Pedagang Menara Kopi
-
BRI Perkuat Pemerataan Ekonomi Lewat AgenBRILink di Perbatasan, Seperti Muhammad Yusuf di Sebatik