Scroll untuk membaca artikel
Galih Priatmojo
Selasa, 25 April 2023 | 13:24 WIB
Sejumlah warga dan wisatawan melintas di rel perlintasan Stasiun Tugu yang sudah diportal, Senin (24/04/2023). [Kontributor/Putu Ayu Palupi]

SuaraJogja.id - PT KAI DAOP 6 dan Dinas Perhubungan (dishub) Kota Yogyakarta akhirnya menutup akses kendaraan bermotor untuk melewati perlintasan Stasiun Tugu dari arah Jalan Mangkubumi menuju Jalan Malioboro. Portal dipasang di sepanjang perlintasan rel KA sejak seminggu terakhir.

Penutupan perlintasan dengan portal dilakukan karena banyak kendaraan bermotor, terutama roda dua yang melintas di kawasan tersebut. Padahal sudah ada tanda larangan melintas yang dipasang.

Hanya pejalan kaki dan pesepeda yang bisa melewati kawasan tersebut karena ada pembatas jalan masuk yang dipasang seukuran tubuh manusia. Sedangkan becak kayuh maupun becak motor (bentor) pun tidak lagi bisa melewati portal tersebut.

Kebijakan ini membuat sejumlah tukang becak kayuh kesulitan untuk masuk ke kawasan Malioboro. Mereka harus melewati jalan turun dan menanjak di Jalan Abu Bakar Ali untuk bisa masuk ke Malioboro.

Baca Juga: Polisi Siapkan Drop Zone Bagi Angkutan Online di Kawasan Malioboro, Ini Titiknya

"Capek, harus ngalang (memutar-red) lewat jembatan kewek kalau masuk malioboro. Padahal tenaga saya hanya kaki dan tangan untuk narik becak," ungkap Maryadi (46), salah seorang tukang becak yang mangkal di Jalan Mangkubumi, Senin (23/04/2023).

Laki-laki asal tinggal di Badran tersebut menyebutkan ada sekitar sepuluhan becak kayuh yang mangkal di sepanjang Tugu hingga Jalan Mangkubumi. Belum lagi becak-becak ontel yang mangkal di beberapa hotel di kawasan Tugu Jogja dan Jalan Jenderal Sudirman yang biasanya membawa penumpang ke Malioboro.

Dengan ditutupnya perlintasan rel KA Stasiun Tugu dengan portal, mereka semua harus memutar jalan untuk menuju Malioboro. Belum lagi bila kondisi macet di perempatan Abu Bakar Ali yang menyulitkan tukang becak kayuh karena jalan yang menanjak.

"Kayaknya ditutup karena banyak motor yang bablas [lewat] palang [tanpa dituntun], yang kena imbas kami jadinya," ujarnya.

Untungnya, lanjut Maryadi, penumpang becak selama seminggu terakhir libur Lebaran tidak protes saat dia menaikkan tarif becak kayuh. Kalau biasanya dari Tugu menuju Titik Nol Km dihargai Rp 25 ribu hingga Rp 30 ribu, maka laki-laki menaikkan tarif jadi Rp 40 ribu hingga Rp 50 ribu untuk sekali jalan. Padahal selama bulan Ramadan, Maryadi dan tukang becak kayuh lain seringkali tidak dapat satupun penumpang meski seharian mangkal. 

Baca Juga: Rawan Kecelakaan, KAI Divre II Sumbar Fokus Awasi Perlintasan Sebidang Selama Lebaran 2023

Karenanya tukang becak yang sudah lebih 20 tahun menjadi tukang becak ini berharap penutupan portal perlintasan rel KA Stasiun Tugu tidak diberlakukan secara permanen dan hanya saat libur Lebaran. Namun bila diterapkan seterusnya, Maryadi berangan-angan ada solusi bagi para tukang becak kayuh.

"Puasa saja kemarin mlempem, ndak ada penghasilan. Ini baru liburan dapat rejeki sudah ada aturan lagi. Tapi ya gimana, terserah PJKA (KAI-red)," ungkapnya.

Sementara Bowo (45), tukang bentor yang merasa kasihan pada tukang becak kayuh akibat pemasangan portal di perlintasan rel KA Stasiun Tugu. Berbeda dengannya yang bisa melewati jalan turun dan menanjak karena menggunakan mesin motor untuk becaknya.

"Ya akhirnya yang bisa lewat cuma pejalan kaki, kalau sepeda dan bawa barang bawaan juga susah karena jalan masuknya kecil," ujarnya.

Secara terpisah Manager Humas PT KAI DAOP 6 Yogyakarta, Franoto Wibowo mengungkapkan, pemasangan portal tersebut bukan tanpa alasan. Kebijakan itu diberlakukan untuk meningkatkan keselamatan masyarakat yang melintas di rel tersebut.

"Perlintasan teteg Malioboro hanya boleh dilintasi oleh orang dan  orang yang melintas membawa sepeda kayuh roda dua tapi di tuntun. Meski sampai saat ini tidak pernah ada kecelakaan di rel stasiun tugu," imbuhnya.

Kontributor : Putu Ayu Palupi

Load More