SuaraJogja.id - Pascasejumlah nama diusung sebagai calon presiden (capres) pada Pemilu 2024 mendatang seperti Ganjar Pranowo, Anies Baswedan dan menyusul Prabowo Subianto, peta politik semakin berkembang. Beberapa nama calon wakil presiden (cawapres) yang akan menjadi pasangan capres pun mulai mengemuka.
Sebut saja Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Menparekraf Sandiaga Uno, Menteri BUMN Erick Thohir hingga Gubernur Jatim Kofhifah Indar Parawangsa. Berdasarkan rilis Lembaga Survei Indonesia (LSI) pada 3 Mei 2023, bahkan elektabilitas Ridwan Kamil sebagai cawapres paling tinggi berada pada angka 19,5 persen.
Pengamat politik dan Pakar Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Zuly Qodir pun menyampaikan tanggapannya, Kamis (04/05/2023). Menurutnya, menjelang tahun politik, nama-nama politisi memang akan semakin mengemuka. Komunikasi politik pun akan semakin intensif dilakukan hingga 2024 mendatang.
"Cawapres seperti ridwan kamil, khofifah, dan lain-lain tentu akan melakukan komunikasi politik secara intensif dengan calon presiden yang sudah diusung," ujarnya.
Baca Juga: Elektabilitas Ganjar Naik Lagi Usai Dideklarasikan Jadi Bakal Capres, Begini Nasib Prabowo dan Anies
Menurut Zuly, komunikasi politik yang semakin intensif itu menandakan terjadi dinamika di tingkat elit partai. Setelah Ganjar yang bukan merupakan Ketua Umum PDIP akhirnya diusung sebagai capres alih-alih Puan Maharani yang merupakan Ketum PDIP, dimungkinkan tokoh-tokoh dari sejumlah partai politik (parpol) dengan elektabilitas tinggi menurut sejumlah lembaga survei pun akan diusung sebagai cawapres.
Dengan banyaknya kandidat capres yang muncul saat ini pun disebut menandakan akan banyak alternatif yang bisa diambil sebagai pasangan kandidat presiden. Pimpinan parpol pun bisa memilih kandidat-kandidat tersebut untuk diusung menjadi cawapres. Parpol dinilai tak lagi bersikukuh mengusung ketua umumnya untuk diusung jadi cawapres.
"Pimpinan parpol pasti juga melihat elektabilitas dan aksebilitas kandidat [cawapres] yang diterima si capres. Kalau dia jadi ketua partai kemudian elektabilitasnya rendah atau dianggap jadi kartu mati, maka tidak akan dipilih capres yang diusung partai tertentu. Namun sekalipun [kandidat] bukan ketua partai, lalu kemudian dia memiliki elektabilitas yang tinggi dan aksebilitas yang tinggi maka kemungkinan didorong maju [cawapres]," tandasnya.
Dicontohkan Zuly, Ridwan Kamil yang masuk Partai Golkar bukan merupakan ketua partai. Namun dengan elektabilitasnya yang tinggi maka bisa saja didorong jadi cawapres alih-alih Airlangga Hartanto sebagai ketum Partai Golkar.
Apalagi bila dalam berbagai survei, elektabilitas Airlangga Hartanto lebih rendah dari Ridwan Kamil, maka diduga Partai Golkar akan realistis untuk mengajukan Ridwan Kamil sebagai cawapres. Begitu pula dengan partai lain yang melakukan komunikasi politik, baik di tingkat internal partai maupun dengan parpol lain dalam rangka menyesuaikan visi misi dan platform mereka.
Baca Juga: Ada 10 Nama Cawapres Tengah Masuk Radar PDIP untuk Dampingi Ganjar di Pilpres 2024
"Kita akan lihat dinamikanya ini luar biasa. Bisa kita lihat pdip yang mengusung ganjar [jadi capres] dan bukan puan [maharani]. Dugaan saya selama ini untuk capres bukan puan, pasti orang lain karena bagaimanapun, survei meski bukan satu-satunya alat ukur yang bisa dijadikan patokan pasti terpilih [namun bisa jadi referensi]. Semu tergantung komunikasi politik dan elektabilitas di lapangan," ungkapnya.
Sebelumnya berdasar hasil survei LSI, ada lima besar nama cawapres dengan elektabilitas tinggi. Selain Ridwan Kamil dengan 19,15 persen, nama Sandiaga Uno muncul dengan elektabilitas mencapai 14,4 persen. Disusul Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan 11,6 persen, Erick Thohir dengan 10,5 persen dan Khofifah Indar Parawansa dengan 6,8 persen.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
-
Hasil Survei Indikator Terbaru Jelang Pemilihan, Pramono-Doel Paling Unggul
-
Empat Hari Jelang Pencoblosan Pilkada Jateng, Elektabilitas Ahmad Luthfi-Taj Yasin di Atas 50 Persen
-
Pede Elektabilitas RIDO Bakal Meroket, Jubir Sindir Kubu Pramono Hanya Baca Survei Jarang Turun ke Masyarakat
-
Unggul 10 Persen Seminggu Jelang Nyoblos: 'Tikungan Maut' Pramono-Rano Bikin RK-Suswono Keok!
-
Survei PolMark Indonesia: Elektabilitas Pramono-Rano Unggul, RIDO Kedua, Dharma-Kun Stagnan
Terpopuler
- Raffi Ahmad Ungkap Tragedi yang Dialami Ariel NOAH, Warganet: Masih dalam Lindungan Allah
- Eliano Reijnders Ungkap Rencana Masa Depannya, Berniat Susul Tijjani Reijnders
- Seharga Raize tapi Mesin Sekelas Innova: Yuk Simak Pesona Toyota Frontlander
- Crazy Rich Kalimantan, Begini Mewah dan Mahalnya Kado Istri Haji Isam untuk Ulang Tahun Azura
- Bayern Munchen Pampang Foto Nathan Tjoe-A-On, Pindah ke Bundesliga Jerman?
Pilihan
-
Rupiah Loyo! Tembus Rp15.900 per Dolar AS, Calon Menkeu AS Jadi Biang Kerok
-
Harga Emas Antam Jatuh Terjungkal, Balik ke Level Rp1,4 Juta/Gram
-
Viral Pertamax Dituding Jadi Biang Rusaknya Fuel Pump Mobil, ITB Sampai Dipanggil
-
MR.DIY Mau Melantai Bursa di BEI, Ini Harga Saham dan Jadwal IPO
-
Diskusi OIKN dan BPK RI: Pembangunan IKN Harus Berlanjut dengan Tata Kelola yang Baik
Terkini
-
DMFI Bareng Shaggydog Serukan Larangan Peredaran Daging Anjing, Pemda DIY Siapkan Perda
-
Minta ASN yang Selingkuh Tetap Diberhentikan, Bupati Sunaryanta: Saya Siap Tempuh PTUN Kalau Tak Ada Titik Temu
-
Bawaslu Sleman Temukan 23 TPS Rawan Bencana dan 37 TPS Bermasalah Internet
-
Eks Karyawan jadi Mucikari Online, Jual PSK via MiChat usai Kena PHK
-
Potensi Bencana Ancam Pilkada di DIY, KPU Siapkan Mitigasi di TPS Rawan