SuaraJogja.id - Puteri bungsu Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Inayah Wulandari atau Inayah Wahid hadir dalam deklarasi Capres dan Cawapres Pameran Presiden Alternatif di rumah Nasirun di Yogyakarta, Kamis (17/8/2023) kemarin.
Dalam acara tersebut, Inayah didapuk memberikan sambutan. Namun Inayah yang dikenal humoris, dia justru melakukan stand up comedy di hadapan puluhan seniman.
Sejumlah 'sindiran' disampaikan Inayah. Sesuai tema pameran yang mengusung tajuk Capres dan Cawapres serta Presiden Alternatif, Inayah pun menyampaikan beberapa kritik pada elite politik berdasarkan tema tersebut.
Menurut Inayah, bangsa Indonesia perlu memiliki kesabaran dan ketelatenan. Termasuk sabar dan telaten mendapatkan pemimpin yang sesuai harapan rakyat.
Baca Juga: Dihadapan Anak Presiden, Sujiwo Tejo dan Nasirun Deklarasi Capres Alternatif
"Sabar itu kayak ibu saya, sabar menunggu karena setiap lima tahun pintu rumahnya diketok oleh calon presiden. Lalu lima tahun lagi baru main," ungkapnya dikutip Jumat (18/8/2023).
Kesabaran itu juga dibutuhkan para politisi. Mereka harus sabar menunggu setiap lima tahun untuk bisa bertarung mendapatkan predikat kekuasaan.
"Sabar itu levelnya capres, karena nunggunya [pemilu] setiap lima tahun tok. Ada capres yang sabar setiap pemilu ikut atau cawapres yang tiap pemilu ikut padahal tidak pernah menang," ungkapnya.
Dalam berpolitik, lanjut Inayah juga perlu ada kesabaran. Sebab koalisi saja bisa berubah sewaktu-waktu tanpa ada kepastian sampai akhir.
Karenanya rakyat Indonesia perlu mempunyai kesabaran dan ketelatenan untuk bisa menjadi negara maju laiknya tema HUT RI tahun ini, yakni 'Terus Melaju untuk Indonesia Maju'. Termasuk ketelatenan dalam menunggu pemimpin yang tidak mengecewakan meski Indonesia pada tahun ini sudah mencapai 78 tahun tahun kemerdekaannya.
Karenanya dalam Pemilu mendatang, Inayah berharap para elit politik yang mengikuti kontestasi politik tidak hanya mengedepankan politik dalam membangun bangsa. Namun mereka yang juga memikirkan kebudayaan.
"Mungkin kita menunggu calon pemimpin yang bukan lagi politisi karena sudah seringkali dikecewakan politisi. Mungkin kita butuh [politisi] yang dari pelaku kebudayaan. Karena saya yakin kemajuan sebuah bangsa, salah satu tolok ukurnya adalah kebudayaan," ujar dia.
Kontributor : Putu Ayu Palupi
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Keluarga 3 Baris Bekas di Bawah Rp50 Juta: Irit dan Nyaman, Pilihan Cerdas 2025!
- 37 Kode Redeem FF Max Terbaru 22 Juni: Klaim Diamond, Mytos Fist, dan Bundle Apik
- Luput dari Sorotan, Pemain Keturunan Serba Bisa 21 Tahun Bisa Langsung Masuk Timnas Indonesia Senior
- Pemain Keturunan Rp17,3 Miliar Berdarah Curacao Eligible Bela Timnas Indonesia di Ronde 4
- 5 Pilihan HP OPPO RAM 8 GB Mulai Rp1 Jutaan: Nge-game Kencang, Jernih Buat Foto
Pilihan
-
Here We Go! Dean James Bakal Cetak Sejarah di Negeri Para Dewa
-
Cicilan Utang RI Bikin Ketar-ketir
-
Awan Gelap Selimuti Ekonomi RI, Prabowo Bisa Apa?
-
Lokasi KKN Jokowi Nyata, Warga Ketoyan Boyolali Skakmat Rismon Sianipar: Dia Menyesatkan!
-
Tolak Timnas Indonesia Demi Qatar, Pemain Keturunan Kini Minta Tolong di Tengah Perang Iran-Israel
Terkini
-
Helikopter Siaga, Begini Skema Evakuasi Korban Kecelakaan di Tol Jogja-Solo
-
Darurat Sampah di Jogja: DPRD DIY Desak Pemda Tiru Bali Soal Pengelolaan Sampah di Tempat Wisata
-
'Minta Maaf Saja...' Roy Suryo Blak-blakan Diancam Mantan Wamen Gara-Gara Ijazah Jokowi
-
Lampu Hijau untuk PSIM di Maguwoharjo? Bupati Sleman Ajukan 2 Syarat Super Ketat
-
Dari Keluarga untuk Indonesia Maju, Harganas 2025 Bawa Peran Baru di Jogja untuk Warga